Senin, 27 Oktober 2025

Tsunami di Banten dan Lampung

Sutopo: Tsunami yang Tiba-tiba Menyebabkan Tak Ada Waktu Evakuasi

Senin, 24 Desember 2018 14:51 WIB
Tribun Video

TRIBUN-VIDEO.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut kejadian tsunami yang tiba-tiba menyebabkan masyarakat tidak memiliki waktu untuk evakuasi.

Sutopo juga menyebut, hingga Senin (24/12/2018) korban terus bertambah.

Hal itu ia sampaikan lewat akun Twiter-nya, @Sutopo_PN.

"Dampak tsunami di Selat Sunda yang menerjang pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus per 24/12/2018 pukul 10.00 WIB. Tsunami datang tiba-tiba menyebabkan masyarakat tidak memiliki waktu untuk evakuasi. Korban terus bertambah," tulis Sutopo.

Sutopo juga sempat membagikan kondisi di daerang Pantai Ratu Hideung yang rata dengan tanah.

"Semua rata tanah diterjang tsunami di daerah Pantai Batu Hideung Desa Tanjung Jaya Kecamatan Tanjung Lesung, Pandeglang. Evakuasi masih terus dilakukan tim SAR gabungan," tulis Sutopo.

Terkait bencana tsunami di Selat Sunda, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM melalui siaran persnya mengungkap penyebab tsunami.

Badan Geologi menyebut, tsunami terjadi akibat longsoran dari tubuh gunung Anak Krakatau.

"Tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material G. Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor selatan dan barat daya," dikutip dari siaran pers Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM.

Erupsi gunung Anak Krakatau, kata Badan Geologi, memang sudah terjadi sebelum tsunami terjadi.

Erupsi gunung Anak Krakatau memang sudah terjadi sejak Juni 2018.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM juga menyebut tsunami yang terjadi di Selat Sunda merupakan kasus spesial yang jarang terjadi di dunia.

"Tsunami yang terjadi adalah kasus yang spesial dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian partial collapse pada suatu gunung api. Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar G. Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan," seperti dikutip dari siaran pers.

Hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut, korban akibat tsunami yang terjadi di Selat sunda tercatat 281 orang tewas, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang, dan 11.687 orang mengungsi.

(Tribun-video.com / Teta Dian Wijayanto)

ARTIKEL POPULER:

Pantau Tsunami Banten, Jokowi Susuri Bibir Pantai Carita yang Penuh Puing Bangunan

Tsunami di Selat Sunda Kasus Spesial, Badan Geologi Sebut Jarang Terjadi di Dunia

Ulang Tahun Istri, Ifan Seventeen Berharap Dylan Sahara Segera Pulang: Aku Mau Ucapin Langsung

TONTON JUGA:

Editor: Fatikha Rizky Asteria N
Sumber: Tribun Video

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved