Senin, 12 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Bus Metromini, Warisan Ali Sadikin di Bidang Transportasi Massal

Senin, 14 Oktober 2019 11:06 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM - Metromini di Jakarta memiliki sejarah yang panjang.

Metromini tidak serta merta langsung bernama Metromini dan berwarna biru-oranye seperti sekarang ini.

Jika ditarik ke latar belakang sejarahnya, bus-bus tersebut dihadirkan di Jakarta untuk menyambut Games of the New Emerging Forces (GANEFO).

Kala Jakarta tengah dipimpin oleh Gubernur Soemarmo.

Ia memperkenalkan bus tersebut atas instruksi Presiden Soekarno pada 1962.

Seiring dengan berjalannya waktu, bus-bus tersebut dikenal dengan nama bus merah.

Pada waktu itu Jakarta memang baru beralih moda transportasi massal dari kereta listrik (trem).

Trem yang dioperasikan oleh Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) dihentikan pada 1960.

Selanjutnya, PPD mengoperasikan bus Leyland bantuan Australia pada 1959.

Bus itu berjenis Robur dari Jerman Timur.

Pada masa awal pengoperasian, belum terdapat manajemen untuk mengelola bus-bus tersebut.

PT Metromini

Setelah GANEFO dihelat, bus merah tetap beroperasi.

Gubernur Henk Ngantung sempat menitipkan bus-bus merah itu kepada perusahaan swasta seperti Airon pada 1964.

Akan tetapi perusahaan itu tidak mampu mengelola dengan baik.

Baru pada 1976 didirikan PT MetroMini, bersamaan dengan Koperasi Angkatan Jakarta (Kopaja).

Keduanya difungsikan untuk menaungi 152 ornag yang mengoperasikan 313 bus mini atas instruksi Gubernur Ali Sadikin.

Selanjutnya, bus Metromini diperbarui dengan bus pabrikan Toyota dan Mitsubishi pada tahun 1980.

Seiring dengan berjalannya waktu, Metromini berkembang.

Metromini berhasil meraih masa kejayaannya pada era 80-an hingga 90-an.

Bukan tanpa alasan, Metromini menjadi andalan karena tarifnya yang murah.

Pada tahun 1982 tercatat tarif Metromini sebesar Rp 100 per trayek sementara pelajar dikenakan Rp 25.

Pada April 1996 tercatat tarif naik dari Rp 300 menjadi Rp 400 untuk umum, sementara pelajar Rp 100.

Harga pelajar ini tidak dinaikkan sejak tahun 1990.

Memasuki tahun 2014 tarif menjadi Rp 4.000 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar dan pada tahun 2016 tarif turun menjadi Rp 3.800 kemudian Rp 3.500 untuk umum.

Meski demikian, realita di jalanan banyak pengemudi enggan menurunkan tarif.

Kontroversi

Meski menjadi angkutan andalan, Metromini seringkali menjadi sorotan publik.

Satu di antara yang menjadi bahan pembicaraan adalah kelakuan sopir yang ugal-ugalan.

Sopir Metromini juga kerap menaikkan penumpang meski bus sudah penuh.

Akibatnya, tak jarang ditemui penumpang yang bergelantungan di pintu atau bahkan atap bus.

Selain itu, kondisi bus juga semakin tidak layak.

Seringkali ada unit yang ditemui dengan keadaan kaca bolong, panel instrumen rusak, hingga asap knalpot yang hitam pekat.

Peremajaan

Pada era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama, keberadaan Metromini dan Kopaja mulai tersaingi dengan adanya Transjakarta.

Selain itu, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi mengamanatkan semua angkutan umum harus diremajakan setelah berusia 10 tahun.

Karena rata-rata Metromini dan Kopaja berumur di atas 10 tahun maka Ahok yang saat itu jadi gubernur ingin pemilik kendaraan tersebut bergabung di bawah bendera Transjakarta.

Akan tetapi pemilik keberatan karena tak sanggup jika harus membeli armada baru.

Seiring berjalannya waktu, komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyajikan angkutan umum modern tidak hanya sebatas pengoperasian kereta cepat Moda Raya Terpadu (MRT) maupun Light Rail Transit (LRT) semata.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan akal mengganti seluruh bus ukuran sedang yang sudah tua.

Para operator bus sedang seperti Kopaja, Metro Mini, Kopami, Dian Mitra maupun Koantas Bima diwajibkan meremajakan armadanya mulai April 2019.

Mereka diberikan kesempatan untuk memiliki armada baru dengan cara mengakses e-katalog daerah melalui Badan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (BPBJ).

Terkait harga armada, disesuaikan dengan merek bus yang dipilih, seperti Hino, Mitsubishi ataupun Mercedes Benz.

Apabila seluruh operator telah menyetujui peremajaan armada, seluruh bus lawas akan menjadi besi tua lantaran dilarang beroperasi.

Untuk mewujudkan target sebaran armada, pihak terkait terus merangkul operator existing yang masih di luar TransJakarta.

Hal itu bertujuan agar moda transportasi massal Bus Rapid Transit (BRT) maupun Non BRT dapat terintegrasi seluruhnya.

Sebab, dalam rencana pengembangan kapasitas layanan sistem TransJakarta, dibutuhkan sebanyak 10.018 unit armada yang terdiri dari sebanyak 2.140 unit bus besar, 1.518 unit bus sedang dan 6.360 bus kecil. (TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)

Artikel ini telah ditayangkan di tribunnewswiki.com dengan judul: Bus Metromini

ARTIKEL POPULER:

Baca: Kenali 9 Jenis Transportasi di India untuk Keliling Kota Lebih Mudah

Baca: Viral Turis Thailand yang Protes Mahalnya Tarif Transportasi di Bromo, Begini Tanggapan Kemenpar

Baca: Belajar Nama-nama Alat Transportasi dalam Bahasa Inggris Bagian 2 | Bunbun Learning Transportation

TONTON JUGA:

Editor: Radifan Setiawan
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved