Tribunnews WIKI
Serangan Umum Surakarta, Serangan Perpisahan Slamet Riyadi
TRIBUN-VIDEO.COM - Pada awal Agustus 1949 ada kabar kurang baik tentang Panglima Divisi II Surakarta, Kolonel Gatot Subroto.
Kala itu Gatot Subroto sedang jatuh sakit.
Hal ini membuat tentara di kawasan Surakarta turut prihatin.
Kondisi ini semakin dramatis ketika diketahui bahwa markas Kolonel Gatot Subroto hancur diserang oleh Belanda.
Serangan itu dipimpin oleh Letnan van Heek.
Ia menggelar operasi militer dengan kode "Steenwijk".
Target dari operasi ini adalah pusat gerilya Desa Balong, markas Gatot Subroto, dan tempat persembunyian pemancar radio republik.
Beruntung, Gatot Subroto dan pasukan berhasil meninggalkan markas sebelum terjadi serangan.
Hancurnya markas di Desa Balong yang terletak di lereng Gunung Lawu ini memicu kemarahan anak buah Gatot Subroto.
Mayor Achmadi, komandan Detasemen Tentara Pelajar (TP) Brigade XVII dan Sub Wehrkreise (SWK) 106 Ardjuna, berniat ingin balas dendam.
Ide ini dilaporkan pada Komandan Brigade V, Letkol Slamet Riyadi.
Kala itu Slamet Riyadi memiliki pasukan yang terdiri atas Kompi Zeni Tentara Pelajar (TP) atau yang lebih dikenal dengan Tentara Genie Pelajar (TGP),
Detasemen TP Brigade XVII, dan Brigade V/Panembahan Senopati.
Selain itu, pasukan juga diperkuat dari Markas Brigade Besar Brimob Polisi serta Markas Brigade Kecil Brimob Polisi.
Serangan yuang sudah direncanakan dilakukan pada 7 Agustus 1949.
Target dari serangan adalah merebut posisi strategis sebelum Jendral Soedirman memerintah untuk menghentikan baku tembak.
Padahal pada 3 Agustus 1949 Belanda dan Indonesia sudah menyerukan gencatan senjata.
Presiden Soekarno juga telah menyiarkan perintah tersebut.
Namun hal ini tidak pernah didengar oleh Mayor Achmadi karena kesulitan komunikasi pada masa itu.
Kronologi
Serangan Umum Surakarta dimulai pada 7 Agustus pukul 06.00 pagi.
Pasukan SWK 106 Ardjuna telah menyusup dan menguasai perkampungan di Surakarta pada hari tersebut.
Pada waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, pasukan TNI menyerang Belanda dari semua penjuru.
Serangan ini memaksa Belanda terkonsentrasi di markas-markas mereka.
Serangan yang dilakukan meliputi Markas Komando KL 402 Jebres, pos di Jurug, Jagalan, kompleks BPM_Balapan, dan markas artileri medan yang ada di Banjarsari.
Di hari kedua, tepatnya 8 Agustus 1949, pertempuran berlangsung hingga tengah malam.
Pada waktu itu TNI membantu serangan dengan memasang berbagai rintangan di jalan sekitar Pasar Kembang.
Namun rencana ini sudah diketahui oleh Belanda.
Mereka menangkap orang yang ada di lokasi.
Kala itu, ada 26 orang yang ditangkap Belanda, termasuk wanita dan anak-anak.
Kemudian Belanda membunuh 24 dari mereka yang berhasil ditangkap.
Semakin hari, pasukan Belanda semakin terdesak.
Di waktu yang bersamaan, mereka tidak bisa mendapatkan bantuan dari Semarang.
Pasukan Depot Speciale Troepen (DST) tidak bisa diterjunkan dari peswawat angkut.
Pesawat Dakota milik Belanda ditembaki ketika hendak mendarat di Landasan Udara Panasan (Bandara Adi Soemarmo).
Slamet Riyadi bersama pasukannya, Brigade V, beraksi pada 10 Agustus 1949.
Slamet Riyadi menyebut serangan ini sebagai "Afscheidsaanval" atau serangan perpisahan.
Serangan ini pada akhirnya benar-benar menjadi serangan perpisahan.
Perintah gencatan senjata berhasil direalisasikan mulai 11 Agustus 1949 pukul 00.00.
Pelanggaran Gencatan Senjata
Meski sudah disepakati gencatan senjata, Belanda tetap melakukan serangan.
Pada 11 Agustus 1949, mereka melakukan serangan terhadap warga di beberapa lokasi.
Akibat serangan ini, beberapa penduduk sipil tewas.
Rinciannya, di Sambeng 32 orang tewas, Pasar Nongko 67 tewas, Serengan 47 tewas, Padmonegaran Gading 21 tewas, Pasar Kembang 24 tewas.
Kejadian ini juga sempat menyulut pertempuran kembali.
Pada 11 Agustus 1949 siang hari, Kolonel van Ohl mewakili Belanda untuk berunding dengan Slamet Riyadi.
Para perundingan ini, Belanda meminta Indonesia menarik mundur pasukan hingga batas kota.
Selain itu, barikade yang ada juga harus dibersihkan.
Sebagai jaminan, Belanda berjanji tidak akan melakukan teror dan serangan terhadap masyarakat sipil yang membantu tentara.
Kala itu, Slamet Riyadi dan Achmadi berbeda pendapat.
Achmadi tidak menyutujui tawaran tersebut lantaran hampir seluruh Kota Solo berhasil dikuasai.
Achmadi tetap berpegang pada perintah gatot Subroto agar pasukan TP tetap berada di sektor masing-masing sesuai posisi terakhir.
Perbedaan pendapat yang terjadi membuat persoalan diambil alih oleh Kepala Staf Divisi Letkol Suprapto.
Namun ia juga tidak bisa memberikan keputusan.
Pada akhirnya, Gatot Subroto memutuskan agar Achmadi mematuhi perintah Slamet Riyadi selaku Komandan Brigade V/Panembahan Senopati.
Selanjutnya, urusan keamanan kota diserahkan pada Mayor Achmadi selaku Komando Militer Kota (KMK) Solo, pada 24 Agustus 1949.
Dampak Serangan Umum Surakarta
Serangan Umum Surakarta turut berdampak positif bagi Indonesia.
Serangan yang dilakukan oleh Tentara Pelajar ini berhasil memperkuat posisi tawar politik Indonesia di Konferensi Meja Bundar (KMB), Den Haag.
Sebagai hasil, kedaulatan Republik Indonesia diakui pada 27 Deesember 1949.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul: 17 AGUSTUS - Seri Sejarah Nasional: Serangan Umum Surakarta
ARTIKEL POPULER:
Baca: Serangan Umum 1 Maret 1949, Pertempuran yang Buktikan pada Dunia Masih Eksisnya Republik Indonesia
Baca: Palagan Ambarawa, Pertempuran Penting di Ambarawa dalam Rangka Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Baca: Perang Padri - Perang Kaum Adat, Ulama, & Kaum Padri
TONTON JUGA:
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki
To The Point
Profil Dani Nur Adiningrat Tokoh di Balik Wacana Daerah Istimewa Surakarta Ini Jabatannya di Keraton
6 hari lalu
Tribunnews Update
Istana Buka Suara soal Usulan Solo Jadi Daerah Istimewa Surakarta: Perlu Pertimbangan Matang
Jumat, 25 April 2025
Live Update
Alasan Jokowi Absen 2 Agenda Sidang di PN Surakarta Perkara Wanprestasi Esemka dan Ijazah SMA 6 Solo
Jumat, 25 April 2025
Nasional
Diserang Balik usai Gugat Jokowi soal Ijazah Palsu, Pengacara Zaenal Mustafa Diduga Pakai NIM Palsu
Jumat, 25 April 2025
Terkini Nasional
Sidang Perdana Ijazah Jokowi Lanjut Mediasi, Sempat Diskors di PN Solo
Kamis, 24 April 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.