Sabtu, 17 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Perang Padri, Perang Kaum Adat dan Kaum Padri di Sumatera Barat

Minggu, 11 Agustus 2019 21:33 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM - Perang Padri berawal dari pertentangan sekelompok ulama, Kaum Padri, terhadap kebiasaan dan adat yang biasa dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya.

Haji Miskin, salah seorang ulama yang baru saja pulang dari Mekah melarang warga melakukan sabung ayam.

Mengunyah sirih, minum rokok dan tuak, pewarisan berdasar garis pihak perempuan, atau dikenal matrilineal dalam kebudayaan Minangkabau, juga haram menurut Haji Miskin.

Kaum Adat telah memeluk Islam namun tak kunjung meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri.

Tahun 1803 menandakan dimulainya Perang Padri.

Kronologi Peristiwa

Kaum Adat yang menolak pemaksaan Haji Miskin bersikeras mempertahankan adat.

Persekutuan untuk melawan Kaum Adat terbentuk.

Setidaknya ada delapan ulama seperti Tuanku nan Renceh, Tuanku Lubuk Aur, Tuanku Berapi, Tuanku Padang Lawas, Tuanku Padang Luar, Tuanku Galung, Tuanku Biaro, dan Tuanku Kapau.

Perang Padri terdiri atas tiga tahapan periode.

1. 1803-1821

Ini merupakan tahapan awal peperangan yang terjadi karena masalah pertentangan Kaum Adat dengan Kaum Padri atau merupakan perang saudara.

Perang Padri berlanjut saat para pengemuka adat meminta bantuan dari para kaum Belanda hingga peperangan kembali terbuka dan pecahlah perang padri yang dimulai untuk melawan Belanda. 

2. 1822-1832

Begitu Belanda berhasil memenangkan Perang Jawa (1825-1830), pasukan Belanda dikerahkan untuk berfokus pada Perang Padri dengan kekuatan tambahan dari kaum adat.

Pada 1832, tentara kolonial mengalahkan Imam Bonjol, dan menundukkan Sumatera Barat ke dalam koloninya.

Pada masa ini juga terjadi genjatan senjata karena pecahnya perang Diponegoro yang melibatkan konflik besar di seluruh jawa.

Belanda melakukan mediasi dengan Kaum Padri untuk berdamai melalui Perjanjian Masang pada tanggal 15 November 1825.

Hal ini dimaklumi karena disaat bersamaan Pemerintah Hindia Belanda juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropa dan Jawa seperti Perang Diponegoro.

3. 1832-1838

Periode ini merupakan perang puncak dari perang Padri.

Padri dan Adat mulai berdamai dan melawan Belanda bersama.

Taktik gerilya digunakan melawan Belanda.

Perang ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.

Pada tahun 19831 semua rakyat Minang Kabau dan Kaum Padri melakukan penyerangan terhadap pasukan Belanda dan menjadi salah satu perang semesta yang melegenda.

Tuanku Imam Bonjol melakukan pengungsian dari Bonjol ke Marapak karena tanggal 16 Agustus di tahun 1837, Bonjol dikuasai secara keseluruhan oleh pemerintah Belanda.

Perang Padri berakhir dengan penangkapan dari Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur dan pada tahun 1389, dipindahkan ke Ambon.

Dampak

Setelah kemenangannya, Belanda memperketat kendali mereka di Sumatera Barat.

Namun bagi penduduk asli Minang, perang itu melahirkan persatuan para pemimpin tradisional dan agama.

Meski mendapat perlawanan sengit, Belanda butuh waktu yang sangat lama untuk menaklukkan daerah Bonjol dan mendirikan benteng di sana.

Banyak korban jiwa berjatuhan baik dari perang saudara maupun peperangan melawan Belanda.

Walaupun Tuanku Imam Bonjol tertangkap pada 25 Oktober 1937, perlawanan kaum Padri tetap berlanjut.

Tuanku Tambusai memimpin perlawanan tahun 1838.

Namun sayangnya perlawanan tersebut tetap saja mengalami kekalahan dan akhirnya kaum Padri kalah dalam perperangan tersebut. (3)

(TribunnewsWiki/Indah)

Artikel Ini Telah Tayang di Tribunnewswiki dengan Judul : Perang Padri

ARTIKEL POPULER:

Baca: Perang Puputan Margarana, Perang Kemerdekaan yang Meletus pada 20 November 1946 di Margarana, Utara

Baca: Serangan Umum 1 Maret 1949, Pertempuran yang Buktikan pada Dunia Masih Eksisnya Republik Indonesia

Baca: Palagan Ambarawa, Pertempuran Penting di Ambarawa dalam Rangka Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

TONTON JUGA:

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved