Tribunnews WIKI
Profil Mr Assaat - Tokoh Nasional
TRIBUN-VIDEO.COM - Assaat Datuk Mudo lahir di Dusun Pincuran Landai, Kubang Putiah, Banuhampu, Agam, Sumatra Barat, pada 18 September 1904.
Assaat mengawali pendidikannya di sekolah agama Adabiah, kemudian melanjutkan ke MULO di Padang.
Setelah itu Assaat melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Jakarta.
Namun, ia merasa kurang cocok menjadi dokter.
Hal itu membuat ia keluar dan memilih melanjutkan ke AMS (setingkat SMA).
Setelah lulus, Assaat melanjutkan studinya di Rechts Hoge School (RHS), sebuah sekolah hukum di Jakarta.
Kala itu ia aktif di berbagai organisasi kemerdekaan seperti Jong Sumatranen Bond, Perhimpunan Pemuda Indonesia, dan Indonesia Muda.
Di waktu yang hampir bersamaan, Assaat juga mulai aktid di Partai Indonesia.
Karena aktif di berbagai gerakan politik, Assaat tidak diluluskan dari RHS meski sudah mengikuti beberapa kali ujian.
Merasa tersinggung, ia memutuskan keluar.
Assaat kemudian menempuh pendidikan di Universitas Leiden, Belanda.
Di sini ia berhasil lulus dan memperoleh gelar Meester in de Rechten (Mr) atau setara Sarjana Hukum.
Perjuangan
Setelah kembali ke Indonesia, Assaat tidak pernah kooperatif dengan Belanda.
Karena itulah ia lebih memilih menjadi seorang advokat.
Selain itu, ia juga menjadi anggota direksi NV Centrale Hulpspaar en Hypnotheekbank (Bank Tabungan Kredit Pusat) sampai masuknya tentara Jepang di Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang, Assaat mulai aktif di pemerintahan.
Ia tercatat pernah menjadi camat Gambir dan Wedana Mangga Besar.
Assaat pernah menjabat sebagai Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada 1948.
Pada waktu itu, Supeno yang menggantikan Sutan Sjahrir, diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda.
Selain itu, Assaat juga menjadi ketua KNIP yang kedua sekaligus yang terakhir, hingga KNIP dibubarkan.
Dikemudian hari, KNIP dikenal sebagai cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Selama aktif di KNIP, Assaat turut terlibat dalam berbagai keputusan penting.
Beberapa peran tersebut antara lain ratifikasi perjanjian Linggarjati, Roem-Royen, dan KMB.
Pada waktu agresi milite II Belanda, Assaat diasingkan bersama Soekarno dan Hatta.
Akan tetapi mereka dibebaskan setelah perjanjian Roem-Royen.
Presiden Negara Republik Indonesia
Setelah pengakuan kedaulatan, terbentuk Republik Indonesia Serikat.
Layaknya negara serikat lain, RIS juga terdiri dari beberapa negara bagian, satu di antaranya adalah Negara Republik Indonesia.
Kala itu, Assaat dilantik sebagai Presiden Negara Republik Indonesia.
Ada salah satu alasan dilantiknya Assaat menjadi presiden, agar seandainya RIS tak sepaham dan tak sejalan dengan gaya Indonesia, masih ada Republik Indonesia yang bisa menggantikan pemerintahan itu.
Setelah memangku jabatan itu, dirinya mengadakan perjalanan keliling menegok keadaan daerah-daerah.
Hal ini dilakukan agar seorang pemimpin bisa melihat kondisi di lapangan secara langsung.
Walaupun sebagai presiden, Assaat tak mau dipanggil Presiden atau Paduka Yang Mulia.
Malahan berkat Assaat istilah "Paduka Yang Mulia" dihapus.
Ia mengganti sebutan itu dengan sebutan Bapak atau Ibu.
Menurut Assaat, penyebutan Paduka Mulia pada era-era kemerdekaan merupakan paham feodal, tidak sesuai dnegan bangsa Indonesia yang hidup dalam sebuah negara republik.
Hingga kini, istilah Bapak masih digunakan.
Sebagai contoh, Bapak Presiden, Bapak Gubernur, atau Bapak Bupati.
Demokrasi Terpimpin
Ketika Soekarno menjalankan demokrasi terpimpin, Assaat menentang keputusan tersebut.
Kala itu ia tetap menghormati pribadi Soekarno.
Ia hanya menentang sikap politik presiden yang seolah-olah condong pada PKI.
Karena merasa terancam dan diawasi, Assaat dan keluarga berhasil melarikan diri dan menyeberang ke Sumatra.
Kala itu, di Sumatra sudah terbentuk Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Ketika Assaat tiba di Sumatra, ia bergabung dengan PRRI.
Suatu hari ia berhasil di tangkap dan dipenjara selama empat tahun.
Assaat baru dibebaskan setelah Orde Baru berdiri.
Wafat
Assaat meninggal di rumahnya di Warung Jati Jakarta Selatan, Pada tanggal 16 Juni 1976.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki dengan judul 17 AGUSTUS - Seri Tokoh Nasional: Mr Assaat
ARTIKEL POPULER:
Baca: Profil Brigjen Katamso Darmokusumo - Pahlawan Revolusi
Baca: Profil Pakubuwono VI - Pahlawan Nasional yang Juga Merupakan Raja Keraton Surakarta
Baca: Profil KS Tubun - Pahlawan Revolusi
TONTON JUGA:
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki
Terkini Nasional
Fakta Skripsi Dan Ijazah Jokowi Terungkap, Pihak UGM dan Rekan Langsung Beri Klarifikasi #shorts
19 jam lalu
Terkini Nasional
Jokowi Lebih Pilih Berdamai! Tegaskan Tak Ada Konflik Antara Dirinya dengan PDIP
20 jam lalu
TO THE POINT
Putin Ucapkan Selamat Nowruz kepada Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran, Perayaan Tahun Baru Meriah
1 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.