Minggu, 11 Mei 2025

Tribunnews Wiki

Film Soekarno: Indonesia Merdeka, Film Biopik Ir. Soekarno

Jumat, 2 Agustus 2019 08:16 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM – Film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang diusung dari kisah Ir. Soekarno.

Film Soekarno merupakan film yang memakan waktu syuting paling lama.

Direncanakan film ini syuting selama 45 hari, namun ternyata malah memakan waktu 70 hari.

Dalam sehari Hanung Bramantyo biasanya dapat mengambil adegan 10 sampai 11 scene.

Tetapi untuk film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' hanya dapat memenuhi setengahnya saja.

Film Soekarno ini pertama kali dirilis pada 11 Desember 2013 dengan durasi 137 menit.

Pada tanggal 14 Agustus 2014, film Soekarno kembali tayang untuk menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tetapi film Soekarno ini ditambahkan durasi selama 25 menit, jadi durasi total film ini 2 jam 42 menit.

Pemutaran pertama pada Desember 2013 lebih pendek sebab banyak adegan yang dibuang oleh karena berbagai alasan.

Sinopsis

Dulunya bernama Kusno, karena sakit-sakitan, oleh bapaknya nama Kusno diganti dengan Soekarno.

Di umur 24 tahun Soekarno berteriak, "Kita harus merdeka sekarang!".

Akibatnya dia dipenjara, dituduh menghasut dan memberontak seperti Komunis.

Dia makin menggugat, pledoinya “Indonesia Menggugat” di pengadilan membuat dia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.

Di kota terakhir ini Soekarno istirahat dari politik.

Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati.

Padahal saat itu Soekarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan lebih tua dari Soekarno, yang selalu menjadi perisai baginya tatkala di penjara dan dibuang.

Inggit harus rela melihat sang suami tercinta jatuh cinta dengan gadis lain.

Di tengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang memulai peperangan Asia Timur Raya.

Berahi politiknya kembali menguat, kemerdekaan Indonesia seolah di ambang mata.

Hatta dan Sjahrir, rekan politik Soekarno di masa muda mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda.

Soekarno punya sudut pandang berbeda, "Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk upaya meraih kemerdekaan Indonesia" kata Soekarno.

Hatta terpengaruh, tapi Sjahrir tidak.

Bekerjasama dengan Jepang sama saja memosisikan Indonesia menjadi bagian dari Fasisme.

Soekarno tidak peduli, dia yakin dengan pilihannya, bekerjasama dengan Jepang untuk Indonesia Merdeka.

Bersama Hatta, Soekarno berupaya mewujudkan cita-citanya mewujudkan Indonesia Merdeka.

Kontroversi

Banyak terjadi pro dan kontra dalam film 'Soekarno: Indonesia Merdeka', garapan Hanung Bramantyo.

Film Soekarno digugat oleh Rachmawati 'Soekarnoputri: Indonesia Merdeka' selaku anak dari Presiden RI pertama.

Gugatan tersebut terkait larangan penayangan film Soekarno.

Film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' digugat karena dianggap melanggar hak cipta, sementara Hanung Bramantyo sebagai pihak tergugat menyatakan gugatan niaga tersebut sebenarnya tidak melarang pemutaran film, hanya berupa penghapusan dua adegan.

Tetapi gugatan yang dilayangkan Rachmawati Soekarnoputri ditolak oleh majelis hakim dengan mencabut putusan sementara tertanggal 11 Sesember 2013.

Sedangkan kekecewaan lain diungkapkan Guruh Soekarno Putra, anak bungsu dari Presiden Soekarno itu kecewa terhadap pemeran tokoh Soekarno, Ario Bayu.

Dia menganggap peran Ario Bayu sangat berbeda 180 derajat dari Soekarno.

Di sisi lain, banyak yang mengapresiasi film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' ini.

Salah satunya Ketua Umum DPP Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme saat itu, Sukmawati Soekarnoputri menilai Film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' adalah sebuah tontonan yang baik.

Pujian juga datang dari luar negeri, Mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, memuji film garapan Hanung Bramantyo tersebut.

Mahathir Mohamad menilai film Soekarno cukup hidup karena mengaitkan kehidupan pribadi Presiden RI pertama serta perjuangannya bagi Indonesia.

Pemeran

Ario Bayu sebagai Soekarno

Muhammad Abbe sebagai Wikana

Moch. Achir sebagai Dr. Soeharto

Norman R. Akyuwen sebagai Dr. Waworuntu

Alex sebagai Latief Hendraningrat

Anta sebagai Kyai Wahid Hasyim

Argo sebagai Sukarni

Tika Bravani sebagai Fatmawati

Widi Dwinanda sebagai Ratna Djoeami

Elang sebagai Kartosuwiryo

Fajar sebagai Kyai Zaenal Mustofa

Anto Galon sebagai Muso

Ganesh sebagai Maskoen

Tanta Ginting sebagai Sjahrir

Ade Firman Hakim sebagai Chaerul Saleh

Husni sebagai Sujatmoko

Ria Irawan sebagai Pelacur

Kedung sebagai Subadio

Rully Kertaredjasa sebagai Fatmawati's Mother

Noel Kevas sebagai Dr. Radjiman

Agus Kuncoro sebagai Gatot Mangkuprojo

Maudy Kusnaedi sebagai Inggit Garnasih

Ayu Laksmi sebagai Soekarno's Mother

Patton Otlivio Latupeirissa sebagai Riwu

Agus Mahesa sebagai Ki Hadjar Dewantara

Emir Mahira sebagai Soekarno (Remaja)

Mia sebagai Mien Hessel

Mathias Muchus sebagai Hassan Din

Helmy Nonaka sebagai Nakayama

Keio Pamudji sebagai Harada

Roza sebagai Cokroaminoto

Hamid Salad sebagai Subarjo

Ferry Salim sebagai Sakaguchi

Aji Santosa sebagai Soekarno (anak)

Lukman Sardi sebagai Hatta

Henky Solaiman sebagai Koh Ah Tjun

Diel Sriyadi sebagai Asmara Hadi

Budiman Sudjatmiko sebagai Suyudi

Nelly Sukma sebagai Kartika

Susumu sebagai Jenderal Imamura

Suzuki sebagai Laksamana Tadashi Maeda

Sujiwo Tejo sebagai Soekemi

Theo sebagai Oto Iskandar Dinata

Coach Timo sebagai Letkol Hoogeband

Michael Tju sebagai Kaisar Hirohito

Toyik sebagai Ki Bagus Hadikusumo

Uchida sebagai Nishijima

Stefanus Wahyu sebagai Sayuti Melik.

Kru

Sutradara: Hanung Bramantyo

Penulis: Ben Sihombing

Produser: Raam Punjabi

Sinematografi: Faozan Rizal

Sound Departement:

Satrio Budiono ... re-recording mixer

Jones Roma ... re-recording mixer

Trisno ... sound mixer

Special Effects by: Adam Howarth ... special effects supervisor

Camera and Electrical Department: Umar Setyadi ... still photographer

Editorial Department: Andy Manoppo ... post-production coordinator

Music Department: Tya Subiakto Satrio ... musical director

Kru lainnya: Jayesh Shikarkhane ... Visual Promotions.

Penghargaan

ASEAN International Film Festival and Awards 2015 – Menang - AIFFA Award - Best Screenplay - Ben Sihombing

ASEAN International Film Festival and Awards 2015 – Nominasi - AIFFA Award - Best Actor - Ario Bayu

ASEAN International Film Festival and Awards 2015 – Nominasi - AIFFA Award - Best - Best Supporting Actor - Lukman Sardi

Festival Film Indonesia 2014 – Menang – Piala Citra - Best Art Direction

Festival Film Indonesia 2014 – Menang – Piala Citra - Best Supporting Actress - Tika Bravani

Festival Film Indonesia 2014 – Menang – Piala Citra – Best Editing

Festival Film Indonesia 2014 – Menang – Piala Citra – Best Costume Design

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra – Best Film - Raam Punjabi

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra - Best Actor - Ario Bayu

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra - Best Actress - Maudy Koesnaedi

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra - Best Director - Hanung Bramantyo

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra - Best Supporting Actor - Lukman Sardi

Festival Film Indonesia 2014 – Nominasi – Piala Citra - Best Adapted Screenplay - Hanung Bramantyo.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Saradita Oktaviani)

ARTIKEL POPULER:

Baca: Kekesalan Tasya Kamila kepada Komentar Body Shamming Netizen terhadap Anaknya

Baca: Ashanty Minta Maaf kepada Nafa Urbach karena Pengakuan Millendaru yang Mengejutkan

Baca: Chord Gitar dan Lirik Lagu Amin paling Serius - Nadin Amizah & Sal Priadi cover Rey x Feby cover

TONTON JUGA:

Editor: Tri Hantoro
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved