Senin, 12 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Museum Haji Samanhoedi, Museum Sejarah yang Terletak di Jalan KH Samanhudi, Laweyan, Surakarta

Rabu, 31 Juli 2019 12:20 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM - Museum Haji Samanhoedi didirikan oleh Krisnina Maharani A Tandjung.

Krisnina Maharani A Tandjung mendirikan Museum Haji Samanhoedi berdasarkan inspirasi yang ia dapatkan dari sebuah buku yang berjudul Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat Jawa 1912-1928.

Buku tersebut merupakan disertasi Takashi Shiraishi, seorang doktor ahli Indonesia dari Jepang.

Judul asli disertasi yang ditulis Takashi Shiraishi tersebut adalah “An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926."

Buku tersebut memuat cerita tentang batik dan kondisi politik era kolonial di Laweyan.

Krisnina Maharani A Tandjung turut tergugah membaca buku pergerakan itu.

Kemudian, ia mewujudkan emosinya itu dengan memberdayakan sejarah yang ada di Kampung Batik Laweyan.

Ia mendirikan Museum Haji Samanhoedi sebagai ajang bagi generasi selanjutnya agar dapat mempelajari sejarah Kampung Batik Laweyan.

Dalam sebuah prasasti yang dipajang di dekat pintu masuk museum tertulis kalimat “terlalu berani mengatakan sebagai sebuah museum”.

Meski demikian, Krisnina Maharani A Tandjung tetap memulai mendirikan museum ini.

Ia berharap agar kedepannya ada sumbangan dokumen-dokumen baru untuk melengkapi koleksi Museum Haji Samanhoedi.

Baginya, yang terpenting masyarakat bisa mengetahui sejarah tokoh-tokoh pergerakan kala itu, terutama Haji Samanhoedi.

Ia juga menulis bahwa mengajarkan sejarah bukan berarti mengajarkan dendam.

Justru dengan belajar sejarah akan membuat manusia lebih arif dalam menyikapi zaman yang terus bergerak.

Dalam prasasti tersebut juga tertulis ungkapan terimakasih Krisnina Maharani A Tandjung kepada rekan-rekannya di Yayasan Warna Warni Indonesia.

Yayasan tersebut merupakan yayasan nirlaba yang didirikan pada tahun 1999.

Yayasan ini bertujuan memberdayakan kebhinnekaan budaya Indonesia, melalui kegiatan-kegiatan yang mengajak mencintai sejarah.

Berpindah Lokasi

Ketika ditemui Reporter TribunnewsWiki, Aziz Okta, pengurus Museum Haji Samanhoedi sekaligus Linmas, menjelaskan pada tahun 2010 Kelurahan Sondokan sedang mempromosikan diri sebagai desa wisata.

Untuk mencapai misi tersebut, dibutuhkan logo, tagline, dan branding.

Terkait branding, kala itu terdapat beberapa opsi.

Dengan mempertimbangkan berbagai hal, Haji Samanhoedi dipilih sebagai brand Kelurahan Sondakan.

Untuk menunjuang brand tersebut, jalan di depan kantor diberi nama jalan Samanhoedi.

Selain itu, balai di kantor kelurahan juga diberi nama Balai Samanhoedi.

Bersamaan dengan itu, Museum Haji Samanhoedi yang terletak di Laweyan kurang terawat.

Oleh karena itu, museum dipindah di area kelurahan ini.

Selain memudahkan perawatan, hal itu juga bermanfaat untuk memperkuat Sondakan sebagai desa wisata yang menggaungkan tokoh Haji Samanhoedi.

Lokasi

Museum Haji Samanhoedi terletak di Jalan KH Samanhudi, No 75, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Sosok Haji Samanhoedi

Haji Samanhoedi merupakan seorang saudagar batik asli Surakarta.

Selain itu, Haji Samanhoedi adalah pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) dan juga aktif di Sarekat Islam (SI)

Untuk meningkatkan peran SI, Haji Samanhoedi menarik pangeran kasunanan serta pejabat tinggi kepatihan untuk menduduki posisi penting di kepemimpinan SI Surakarta.

Hal tersebut perlu dilakukan mengingat pertumbuhan SI yang semakin besar.

Keberadaan pangeran dalam kepengurusan SI akan mampu melindungi SI dan para pedagang yang tergabung di dalamnya.

Namun koalisi ini tidak berlangsung lama.

Beberapa waktu setelah kongres, Pangeran Ngabehi mengundurkan diri atas dasar perintah Sunan.

Pengunduran ini diikuti oleh beberapa tokoh penting lain.

Karena kejadian ini, hanya tinggal Haji Samanhoedi dan beberapa pedagang batik lain yang menukangi SI Surakarta.

Koleksi

Museum Haji Samanhoedi memuat koleksi berupa foto dan artikel kuno.

Tidak semua foto dan artikel tersebut memuat kisah Haji Samanhoedi.

Beberapa di antaranya merupakan cerita tentang RM Tirtoadhisoerjo, Sarekat Islam, dan Sarekat Dagang Islam.

Selain itu, juga tampak beberapa artikel dan foto yang memuat Laweyan sebagai sentra batik sejak era dulu.

Aziz Okta mengungkapkan museum ini memiliki kurang lebih 43 koleksi.

Dulunya, koleksi ini merupakan milik Krisnina Maharani A Tandjung pribadi.

Kemudian ia menghibahkan pada museum yang didirikanya.

Gambaran

Museum Haji Samanhoedi menempati bagian lantai satu Rumah Dinas Lurah Sondakan.

Memasuki gerbang, pengunjung akan langsung menjumpai pos Linmas di sebelah kiri.

Tepat di depan gerbang masuk adalah pendopo atau balai milik Kelurahan Sondakan.

Balai ini memiliki nama Balai Samanhoedi.

Sementara itu, Kantor Kelurahan Sondakan tetrletak di sebelah barat Balai Samanhoedi.

Lokasi Museum Haji Samanhoedi ada di ujung atau bagian dalam Balai Samanhoedi.

Pengunjung bisa langsung berjalan melewati Balai Samanhoedi.

Pintu masuk museum terletak di bagain kiri, di ujung balai.

Setelah memasuki museum, pengunjung akan diminta mengisi buku tamu tepat di sebelah kanan pintu.

Di dinding yang berada tepat di depan meja tamu terdapat semacam prasasti.

Prasasti ini memuat tulisan Krisnina Maharani A Tandjung, pendiri Museum Haji Samanhoedi.

Berjalan dari area buku tamu, pengunjung mulai dihadapkan dengan berbagai koleksi milik Museum Haji Samanhoedi.

Di meja sebelah timur, terdapat koleksi mengenai Laweyan sebagai pusat batik, foto keluarga Haji Samanhoedi, serta iklan batik milik Haji Samanhoedi.

Di dinding timur, tepat di atas meja, terdapat tiga buah koleksi berupa foto-foto Haji Samanhoedi.

Terdapat satu buah koleksi yang berada di tiang, sekat yang memisahkan dinding timur dan selatan.

Terdapat tiga koleksi mengenai Raden Mas Tirtoadhisoerjo yang terpajang di dinding sebelah selatan.

Di bawahnya, diletakkan di atas meja, memuat koleksi mengenai awal mula SI yang di bawa RM Tirtoadhisoerjo ke Surakarta.

Dinding sebelah barat memuat koleksi tentang SI ketika diawasi oleh pendudukan Belada.

Dinding ini juga berfungsi sebagai sekat pemisah dengan ruang berikutnya.

Pengunjung akan menumpai teks pidato Haji Samanhoedi tepat di balik dinding ini.

Selain itu juga terdapat koleksi yang memuat Anggaran Dasar Sarekat Islam yang tertulis dalam aksara Jawa.

Menengok ke arah selatan, pengunjung dapat melihat logo dan tagline Sondokan sebagai desa wisata.

Di sebelah barat, terdapat sebuah ruangan yang memanfaatkan space di bawah tangga.

Sisi luar tangga terpajang foto kunjungan beberapa pejabat di Museum Haji Samanhoedi.

Tampak dalam foto tersebut , di antaranya adalah mantan Wakil Presiden Boediono dan Joko Widodo.

Di ruang ini terdapat satu set meja dan kursi.

Selain itu, berjajar koleksi berupa foto Haji Samanhoedi dan istrinya di dinding.

Papan yang menyekat ruang ini dengan sisi sebelah utara memuat foto-foto pengrajin batik masa lampau di Laweyan.

Di balik sekat papan ini hingga ujung bangunan Museum Haji Samanhoedi, berjajar berbagai foto koleksi.

Dinding yang berada di sebelah utara memuat sertifikat penganugerahan bintang tanda jasa kepada Haji Samanhoedi.

Sertifikat tersebut tampak ditandatangani oleh Ir Soekarno.

Penganugerahan ini dilakukan setelah Haji Samanhoedi wafat.

Oleh karena itu, penganugerahaan diwakili oleh putra Haji Samanhoedi.

Bahkan, Presiden Soekarno juga menghadiahkan rumah kepada keluarga Haji Samanhoedi.

Konon, rumah ini didesain sendiri oleh Ir Soekarno.

Semua informasi ini termuat dalam kolase foto di dinding sebelah utara.

Paket Wisata

Aziz Okta menjelaskan kunjungan ke Museum Haji Samanhoedi dikemas dalam beberapa paket wisata.

Biasanya, paket tersebut berupa tur di museum, rumah masa kecil Haji Samanhoedi, Rumah Pemberian Soekarno, serta Makam Haji Samanhoedi.

Karena beberapa alasan, tur di rumah Haji Samanhoedi hanya ditunjukkan bagian luarnya saja, tidak diperkenankan masuk.

Untuk paket ini, biasanya pengunjung dipatok harga sekitar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu.

Selain itu, pengunjung juga bisa memadukan tur ini dengan paket wisata membatik di Laweyan.

Batik yang digunakan sebagai media pun bisa dibawa pulang sebagai suvernir.

Jenis suvernir atau media yang digunakan belajar membatik bisa dipilih, mulai dari sapu tangan hingga baju.

Untuk tur yang dipadukan dengan wisata membatik, satu orang pengunjung dipatok harga sekitar Rp175 ribu.

Jika pengunjung merencakan tur atau paket wisata di Museum Samanhoedi dengan kelompok besar, pengunjung dapat menguhubungi pihak museum terlebih dulu.

Meski demikian, kunjungan langsung ke Museum Samanhoedi tetap dilayani.

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil liputan lapangan dan dokumen yang ada di Museum Haji Samanhoedi.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Video Production: Panji Anggoro Putro
Sumber: TribunnewsWiki

Tags
   #Tribunnews WIKI   #KH Samanhudi   #museum   #Surakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved