Local Experience
Renyah Gurih Keripik dan Tumpi Andalan UMKM Desa Bolo di Ungaran
Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru
TRIBUN-VIDEO.COM - Sebuah dusun di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang memiliki para perajin yang secara turun temurun menghasilkan berbagai aneka makanan kering.
Bernama Dusun Karangbolo, sekitar 80 persen masyarakat di sana memiliki home industry atau industri rumahan sebagai produsen tumpi (rempeyek), aneka keripik, serta kudapan lainnya.
Produk utama yang dihasilkan yaitu tumpi yang berisi kacang hijau, kacang tanah, dan udang rebon.
Selain itu, terdapat juga aneka keripik dengan berbagai bahan, seperti tempe, bayam, pisang, pare dan lain sebagainya.
Dusun di Ibu Kota Kabupaten Semarang tersebut juga dijuluki kampung tumpi karena kekompakan warganya dalam memproduksi hingga memasarkan tumpi.
Produk yang dihasilkan pun telah melanglang buana hingga ke luar Provinsi Jawa Tengah dan luar Pulau Jawa, misalnya Bandung, Jakarta, Surabaya, bahkan Kalimantan.
Berdasarkan penuturan Kepala Dusun Karangbolo, Mitwa Amir, terdapat 55 orang anggota yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mekar Jati di wilayahnya.
“Sebanyak 280 KK (Kartu Keluarga) di sini semuanya aktif sebagai perajin tumpi dan keripik,” kata Amir kepada Tribunjateng.com.
Rata-rata, harga satu bungkus makanan kering yang dijual warga setempat dipatok sekitar Rp 10 ribu saja.
Amir menyebutkan, para produsen bisa memproduksi 100 sampai 200 bungkus per harinya dan rata-rata langsung habis terjual.
Bahkan pada momen-momen tahunan tertentu seperti Ramadan dan Idul Fitri, para penjual di sana bisa kebanjiran pesanan sampai ribuan bungkus.
“Kalau menjelang Lebaran melonjak, pernah sampai 10.000 sampai 12.000 bungkus, padahal biasanya sehari 100-200 bungkus,” imbuh pria yang juga sebagai Ketua Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Center Kabupaten Semarang tersebut.
Dari penelusuran Tribunjateng.com, hampir semua proses produksi tumpi dan keripik itu dilakukan di dapur rumah para warga.
Adonan tepung beras dicampur telur serta bermacam-macam bumbu digoreng di sebuah penggorengan yang apinya masih menggunakan kayu.
Untuk keripik tempe, sebagian warga menggunakan alat pemotong tempe dan sebagian lain memotong secara manual.
Menurut Amir, warga di dusun yang dipimpinnya itu merupakan pekerja keras.
Dia melihat, warganya yang tidak memiliki kemampuan dalam produksi, mengambil alih peran sebagai pemasar dan kurir produk-produk di sana.
“Tidak ada pengangguran, semuanya bekerja, dari luar tampak rumah-rumahnya sepi tapi di dapur pasti berasap,” kata Amir yang juga memproduksi tumpi dengan merek Selera.
Amir menerangkan, kekompokan itu sudah terjadi sejak generasi sebelum dia.
Para warga di sana, lanjut dia, sudah kompak berjualan keripik dan tumpi sejak sekitar 1980 lalu.
Amir juga berencana membangun koperasi khusus barang dagangan tersebut.
Nantinya, keripik yang menjadi produksi khas dusun itu diharapkan bisa semakin dikenal masyarakat luas.
Selain itu, koperasi yang dia impikan juga bertujuan mengakomodir para pembeli dari luar kota yang pada saat tertentu jumlahnya bisa melonjak. (*)
Program: Local Experience
Editor Video: yohanes anton kurniawan
#umkm #ungaran #cemilan #keripik #Tumpi #makanan #jajanan
Video Production: yohanes anton kurniawan
Sumber: Tribun Jateng
Local Experience
Mengenal Lebih Dekat "Lisung Ngamuk" Sukabumi, Kesenian yang Pernah Hilang dari Kerajaan Pajajaran
5 hari lalu
Local Experience
Asal Usul Semarang: Tempat Bertemunya Budaya Jawa, Tionghoa, dan Belanda
5 hari lalu
Local Experience
Cerita Mistis di Balik Nama Madiun Berasal dari Hantu Berayun-ayun, Mitos atau Fakta?
5 hari lalu
Local Experience
Sejarah Awal Boyolali: Dari Hutan Belantara Jadi Kabupaten Strategis di Jawa Tengah!
5 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.