Minggu, 11 Mei 2025

Local Experience

Pesona Gua Koo Wujud Keindahan Alam Pembawa Berkah bagi Masyarakat Mawasangka Tengah Buteng Sultra

Selasa, 15 Oktober 2024 13:46 WIB
Tribun Sultra

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Segala sesuatu yang tercipta di bumi ini sudah memiliki peran dan tugasnya masing-masing. Bahkan alam sekalipun, sadar atau tidak sadar memiliki dampak bagi kehidupan. 

Seperti halnya juga Gua Koo. Sebuah tempat wisata alami yang ada di Desa Latongau, Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara (Sultra). 

Tak cukup baginya jika sekadar memanjakan mata dengan kondisi alam yang masih terjaga. Gua Koo juga menjadi berkah bagi masyrakat dengan fungsinya sebagai penunjang sumber air bersih untuk 3 Desa dan 1 Kelurahan di Mawasangka Tengah. 

Yakni Kelurahan Lakorua, Desa Lantongau, Desa Morikana dan Desa Katukobari.

Air yang dimaksud bersumber dari danau yang berada di dasar gua. Bentuk danau itu jika dilihat dari atas nyaris menyerupai paru-paru pada tubuh manusia. 

Menurut cerita warga sekitar penamaan Gua Koo diambil dari seorang pria zaman dahulu bernama La Koo yang disebut penemu awal mata air di gua tersebut. 

Saat itu, La Koo sedang masuk ke hutan dengan tujuan mencari akar pohon untuk dijadikan tali. Namun, saat menarik akar pohon untuk dipotong keluarlah mata air yang hingga kini membentuk danau di dasar gua tersebut. 

Karena menjadi yang pertama kali menemukan mata air, jadilah namanya diabadikan sebagai nama gua tersebut yanin Gua Koo. 

Saat pertama kali tiba di sana, pengunjung langsung dihadapkan dengan pemandangan pohon rindang yang mengelilingi bagian atas gua. Suasana sejuk juga ditimbulkan kala angin bertiup.

Ada pula beberapa bangunan usang serta bak penampungan air untuk dikonsumsi warga. 

Tidak ada fasilitas-fasilitas penunjang seperti WC, Pos Jaga, maupun gazebo di sana. Tapi tak apa, memanjakan mata dengan birunya danau dan stalaklit yang menghiasi dinding gua sudah cukup.

Tidak ada pula tarif masuk khusus untuk memasuki wisata eksotis itu. Hanya saja, saat berkunjung beberapa peraturan juga perlu ditaati dan sudah terpampang pada papan informasi yang ditempel dipohon. 

Aturan yang dimaksud diantaranya tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok, tidak berenang, dan mewajibkan anak-anak harus berada dibawah pengawasan orang tua apabila berkunjung. 

"Semenjak air danaunya dipakai untuk konsumsi rumah tangga warga, pengunjung sudah tidak boleh mandi lagi. Sebab dikhawatirkan bisa mencemari air," ujar seorang warga. 

Jika dilihat dari atas, danau di Gua Koo memilki bentuk seperti paru-paru. Dua kubangan danau itu terpisah oleh bebatuan. 

Jika ingin turun ke dasar gua, pengunjung harus terlebih dahulu melalui anak tangga yang cukup curam. Sayangnya, anak tangga ini tidak sampai ke dasar gua. 

Agar bisa sampai ke dasar setelah menuruni tangga, pengunjung harus melalui jalur penurunan yang lumayan ekstrem. Jika tidak berhati-hati bisa saja tergelincir. 

Akar-akar tumbuhan serta pipa besi bisa dimanfaatkan sebagai pegangan saat menuruni medan yang jika dihitung dari mulut gua ke bawah kurang lebih sedalam 30 meter. 

Ketika tiba di dasar gua, pengunjung lalu disambut dengan birunya air danau. Terbukti dengan dapat terlihat dengan jelasnya batu di dasar danau. 

Bebatuan itu yang biasanya dijadikan spot foto bagi para pengunjung. 

Di bagian atas danau juga masih terdapat stalakmit yang menunjukan aktivitasnya. Terbukti dengan tetesan air yang masih keluar darinya. 

Jika ingin bertandang ke Gua Koo, disarankan untuk memilih waktu di jam 10-2 siang agar birunya danau bisa terlihat lebih jelas, dibantu cahaya matahari. 

Seorang pengunjung, Ipang yang baru pertama kali datang ke Gua Koo mengaku cukup takjub melihat keindahannya. 

"Saat melihat sari atas itu keindahan danaunya ini sudah sangat jelas. Apalagi saat sampai di bawah kita bisa melihat stalakmit yang masih sangat sehat. Terbukti dari airnya yang masih menetes," ujarnya. 

Maski jalur turun ke gua cukup menguras tenaga, lelah itu terbayarkan saat sampai di bawah, bisa menyaksikan rimbunnya pepohonan serta alam yang masih terjaga. 

Apa lagi jika turun di waktu yang tepat saat matahari cerah-cerahnya. Cahaya sinar matahari yang masuk melalui sela-sela ranting pohon membuat kesan eksotis semakin terasa saat berada di dasar gua. 

Sayangnya saja di lokasi wisat ini tidak ada fasilitas penunjang seperti WC, Kantin, atau bahkan gazebo. Sehingga pengunjaung tidak bisa berlama-lama karena tidak adanya fasilitas penunjang tersebut.(*)

Program: Local Experience
Vo: Nina Agustina 
Editor Video: yohanes anton kurniawan

Editor: Sigit Ariyanto
Video Production: yohanes anton kurniawan
Sumber: Tribun Sultra

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved