Minggu, 11 Mei 2025

Local Experience

Desa di Aliran Sungai Bengawan Solo Purba, Matahari Terlambat Terbit dan Cepat Tenggelam

Kamis, 22 Februari 2024 16:36 WIB
Tribun Video

TRIBUN-VIDEO.COM - Menelusuri sejarah di kawasan selatan Yogyakarta seolah tak ada habisnya. Salah satu peninggalan purbakala yang masih bisa dinikmati ialah Bengawan Solo Purba.

Sungai terpanjang di Jawa ini saat ini berhulu di Wonogiri dan bermuara di Gresik Surabaya. Jarang masyarakat yang mengetahui jika pada masa purba jutaan tahun lalu, Bengawan Solo Purba bermuara ke pantai Selatan Gunungkidul, yakni Pantai Sadeng, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul.

Perubahan aliran sungai ini karena adanya pengangkatan tektonik. Jejak Bengawan Solo Purba adalah jajaran perbukitan karst yang kini masuk sebagai Geopark Gunung Sewu Network oleh UNESCO pada tahun 2015 pada konfrensi Asia Pasific Global Network di Sanin, Kaigan, Jepang.

Bekas aliran kini sebagian besar menjadi lahan pertanian, namun ada satu wilayah yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal, yakni di Padukuhan Wota Wati, Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo.

Untuk menuju ke Padukuhan Wota Wati jika dari Kota Wonosari melalui jalur menuju Rongkop, dan melalui jalur jalan lintas selatan (JJLS) menuju Kapanewon Girisubo, dan masuk menuju Padukuhan Wota Wati kurang lebih 36 km atau hampir 1 jam menggunakan sepeda motor.

Masuk ke wilayah Padukuhan Wota Wati harus ekstra hati-hati karena berada di lembah dengan kontur jalan menurun cukup curam, jalannya hanya cor blok, dan belum pernah diaspal.

Padukuhan ini sebelah selatannya berbatasan dengan Samudra Hindia, timur dan utara Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Kepala Dukuh Wota Wati, Robby Sugihastanto (27) menerangkan ada 82 kepala keluarga yang tinggal di padukuhan Wota-wati dengan total sekitar 450 jiwa.

Robby menceritakan, hal yang unik dari Desa Wota Wati yakni perihal waranya yang terlamabat menimati matahari terbit, dan terlalu dini matahari tenggelam di sore hari.

Matahari di Wota-Wati seperti terlambat terbit karena baru bisa terlihat sekitar pukul 09.00 WIB, lalu terbenam lebih cepat yakni sekitar pukul 16.30 WIB.

Hal ini karena efek geofrafis Desa Wota Wati yang berada di tengah lembah. Desa Wotatai memang tampak diapit dua bukit yang menjulang tinggi, seolah menjadi dinding hijau raksasa dan mengalangi sinar matahari terbit di sisi timur, dan matahari tenggelam di sisi barat.

Desa Wota-wati pun kini diproyeksikan menjadi destinasi wisata baru dan akan dikembangkan menjadi desa wisata seperti Desa Penglipuran di Bali.

Di Wota-wati, wisatawan bisa jalan-jalan atau gowes menyusuri dusun atau jalan setapak di lahan pertanian dengan panorama lembah Bengawan Solo Purba yang eksotis.

Nuansa pedesaan yang asri juga bisa dinikmati, terutama ketika pagi hari. Udaranya pun masih segar karena banyaknya pepohonan hijau.(*)

Editor: Radifan Setiawan
Video Production: Muh Rosikhuddin
Sumber: Tribun Video

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved