Senin, 12 Mei 2025

LIVE UPDATE

Kronologi Kebakaran di Bromo akibat Flare Prewedding hingga Muncul Fenomena Tornado Api

Selasa, 12 September 2023 12:06 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Kebakaran di savana Gunung Bromo akibat flare prewedding yang terjadi sejak Rabu (6/9/2023) lalu, kini meluas hingga ke wilayah Bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dan kawasan Nongjajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada Senin (11/9/2023).

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengungkapkan kebakaran semakin meluas lantaran embusan angin.

"Sehingga api cepat menyebar ke titik satu ke titik yang lain," kata Sadono, Senin, dilansir Kompas.com.

Meski demikian, titik api yang ada di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, berhasil diredam.

Saat ini, hanya tersisa bekas bara api di sejumlah titik di Kecamatan Sukapura.

Untuk meredam api di wilayah Kecamatan Sukapura, BPBD Kabupaten Probolinggo menerjunkan satu truk tangki air dengan kapasitas 6.000 liter.

"Di kawasan Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, sudah dalam fase pendinginan," ujar Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, Oemar Syarif, Senin, kepada TribunJatim.com.

Lantas, bagaimana awal mula kebakaran terjadi di Gunung Bromo hingga kini api meluas ke wilayah lainnya?

Kapolres Probolinggo, AKBP Wisnu Wardana, mengungkapkan kebakaran yang terjadi bermula saat enam pengunjung melakukan sesi foto prewedding di savana Gunung Bromo di wilayah Kecamatan Sukapura, pada Rabu pekan lalu.

Saat sesi berfoto, mereka menggunakan lima flare asap.

Baca: Miris! Inilah Penampakan Bromo Sebelum dan Sesudah Terbakar akibat Flare, Dulunya Hamparan Hijau

"Ada lima flare asap yang digunakan untuk sesi foto prewedding," ungkap Wisnu, Kamis (7/9/2023).

Wisnu menambahkan, saat sesi foto berlangsung, hanya empat flare yang bisa menyala, sedangkan satu lainnya gagal hingga menimbilkan letupan.

Letupan itulah yang lantas membakar savana Gunung Bromo.

"Letupan flare inilah yang membakar Padang Savana. Dalam sekejap, api membesar dan merambat ke area lain," terang Wisnu.

Aksi keenam oknum tersebut sempat terekam video wisatawan dan viral di media sosial.

Dalam video itu, tampak enam oknum tersebut santai sementara api berkobar di belakang mereka.

"Ini orang-orang sedang membuat kebakaran seperti ini, tapi masih santai-santai. Nih orangnya! Santai banget dong mereka," kata seseorang dalam video itu.

Kebakaran di savana Gunung Bromo yang semakin meluas bahkan sempat menimbulkan tornado api pada Minggu (10/9/2023).

Dalam video yang beredar, terlihat tornado api berukuran kecil di tengah titik kebakaran.

Menurut Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Septi Eka Wardani, tornado api tersebut muncul lantaran ada angin cukup besar berbentuk pusaran yang berembus di tengah titik kebakaran.

Angin itu, kata Septi, biasanya muncul saat hari panas dan kering, seperti ketika musim kemarau.

Ia mengatakan, kondisi itu tidak akan terjadi saat kondisi normal dan tak ada api.

Baca: Tampang Andrie Wibowo Fotografer yang jadi Biang Kerok Kebakaran Bromo, Terancam 5 Tahun Penjara

Septi menyebut tornado sebenarnya adalah fenomena alam yang kadang terjadi di kawasan savana dan lautan pasir Bromo.

"Kebetulan angin besar tersebut kemarin tepat berputar di titik api kebakaran," ujar Septi saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Terkait fenomena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri, mengatakan fenomena tornado api biasanya disebut dengan istilah dust devil.

Dust devil adalah fenomena pusaran kecil, tapi kuat.

Ia menjelaskan, dust devil biasanya muncul saat udara kering dan sangat panas.

Udara kering lantas membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing, termasuk api seperti yang terjadi di savana Gunung Bromo.

“Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api,” jelasnya.

“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan. Karena udara panas menimbulkan pusat tekanan rendah dan menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” tutur dia.

Berbeda dari puting beliung, dust devil tidak disebabkan oleh awan cumulonimbus, melainkan dari pemanasan lokal. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Awal Mula Kebakaran di Bromo akibat Flare Prewedding hingga Kini Meluas, Muncul Tornado Api

# kebakaran # Gunung Bromo # flare # Prewedding # Bukit Teletubis # Fenomena Tornado Api

Editor: Dyah Ayu Ambarwati
Video Production: Erwin Joko Prasetyo
Sumber: Tribunnews.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved