Kamis, 7 Agustus 2025

LIPUTAN KHUSUS

Sosok Kartosoewirjo, Pelopor Negara Islam Indonesia yang Akhirnya Dieksekusi Mati di Pulau Ubi

Senin, 7 Agustus 2023 17:35 WIB
Tribun Video

TRIBUN-VIDEO.COM - Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo kembali disebut-sebut setelah puluhan tahun kematiannya.

Kartosoewirjo dikenal karena pemberontakannya ke pemerintah dengan mendirikan Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949.

Kehidupan Kartosoewirjo bahkan berakhir teragis.

Pendiri Darul Islam atau Tentara Islam ini dieksekusi mati pada 12 September 1962.

Kartosoewirjo adalah salah satu dari 7 anak Kartodikromo, seorang lurah di Cepu.

Sebagian keluarganya dikenal sebagai anti-Belanda berhaluan kiri.

Karena ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu, Kartosoewirjo bisa mengenyam pendidikan hingga tingkat tinggi.

Ketertarikan Kartosoewirjo untuk mempelajari dunia politik turut dirangsang oleh pamannya yang semakin memengaruhinya untuk mendalami ilmu politik.

Kariernya melejit saat menduduki jabatan sekretaris jenderal Partai Serekat Islam Indonesia (PSII) yang merupakan kelanjutan dari Serekat Islam.

Ia kemudian keluar dari PSII dan mendirikan Komite Pembela Kebenaran Partai Sarekat Islam Indonesia (KPKPSII).

Politisi muslim ini menuntut suatu penerapan politik hijrah yang tak mengenal kompromi.

Menurutnya, PSII harus menolak segala bentuk kerja sama dengan Belanda tanpa mengenal kompromi dengan cara jihad.

Ia mendasarkan segala tindakkan politiknya saat itu berdasarkan pembedahan dan tafsirannya sendiri terhadap Al-Qur’an.

Namun pada masa perang ia terlibat dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan Badan Pembantu Presiden.

Kartosoewirjo merupakan salah satu pendiri Masyumi dalam kongres 7 November 1945.

Sebagai anggota Dewan Pengurus Pusat, ia ditunjuk sebagai salah satu dari lima wakil Masyumi di KNIP saat sidang di Malang pada Februari-Maret 1947.

Kartosoewirjo kemudian memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949.

Beberapa daerah menyatakan bagian dari NII terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Pemerintah Indonesia tak tinggal diam, pemerintahan Soekarno kemudian bereaksi menjalankan operasi untuk menangkap Kartosoewirjo.

Gerilya NII melawan pemerintah pun berlangsung lama.

Kartosoewirjo sebenarnya sahabat seperjuangan dengan Presiden Soekarno, keduanya sama-sama pernah berguru kepada HOS Cokroaminoto.

Namun, pemberontakan yang dilakukannya memaksa Bung Karno menetapkan hukuman mati atas sahabatnya itu.

Vonis mati dijatuhkan pada 16 Agustus 1962 oleh Pengadilan Mahkamah Militer, dan Soekarno menolak memberikan grasi.

Sejarawan dan budayan Fadli Zon yang membuka misteri yang tersimpan puluhan tahun lalu itu.

Lewat buku 'Hari terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi mati Imam DI/TII', terungkap Kartosoewirjo dieksekusi mati dan dikuburkan di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu.

Dalam rangkaian foto hitam putih tersebut, Kartoseowirjo sempat berkumpul bersama keluarga untuk makan malam.

Tapi dirinya tidak menyantap menu nasi dan rendang.

Dalam foto tersebut, Kartosoewirjo juga berkesempatan memberikan pesan-pesan terakhir untuk anak-anaknya yang beranjak dewasa, yaitu Tahmid Basuki Rahmat, Dodo Muhammad Darda, Kartika, Komalasari dan Danti.

Setelah selesai bercengkerama dan bersenda gurau, dengan menggunakan kapal LCM (Landing Craft Mechanized), sang pemimpin DI/TII ini dibawa ke Pulau Ubi bersama para regu tembak, dokter dan imam tentara.

Rangkaian upacara berakhir dengan komandan regu memberikan tembakan penghabisan di tubuh Kartosoewirjo.

Tubuhnya pun terkulai.

Setelah disalatkan, kemudian dikuburkan di sana.

Tak ada keluarga dan kerabat yang hadir memberikan penghormatan terakhir.

Setelah puluhan tahun kematian sang ayah, anak Kartosoewirjo kemudian muncul di Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta Pusat pada 13 Agustus 2019.

Sarjono Kartosuwiryo mengatakan bahwa masih ada 2 juta orang yang berstatus sebagai anggota atau pengikut dari NII.

Sarjono juga mengaku memiliki sejumlah instrumen untuk mengajak 2 juta anggotanya untuk berikrar setia Pancasila.

Satu di antara upaya yang akan dilakukannya ialah mengunjungi anggotanya saat momen silaturahmi.

Putra pendiri DI/TII itu mengungkapkan, dirinya akan menjadi contoh untuk 2 juta anggotanya terkait ikrar setia Pancasila.

Ia beralasan bahwa berikrar setia Pancasila harus dilakukan.

Pasalnya, DI/TII sudah lama tenggelam sejak dibubarkan pemerintahan tahun 1962. (*)

# Kartosoewirjo # Negara Islam Indonesia # Eksekusi mati # Pulau Ubi # DI/TII # NII

Editor: Dyah Ayu Ambarwati
Reporter: sara dita
Video Production: Ika Vidya Lestari
Sumber: Tribun Video

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved