Olahraga
FIFA Berkata Mendukung Romelu Lukaku yang Mendapatkan Rasisme atau Bentuk Diskriminasi Lainnya
TRIBUN-VIDEO.COM - Hallo tribunners, kembali lagi kita bertemu, dan Superskor kali ini akan membahas terkait rasisme.
Baru-baru ini santer terdengar dari beberapa berita mengatakan jika Romelu Lukaku tertimpa rasisme kala Inter Milan melawan Juventus.
Rasisme Romelu Lukaku tersebut terjadi kala timnya berduel dengan Juventus di Copa Italia 2022/2023.
Tepatnya pada leg pertama semifinal Copa Italia, Kamis (5/4/2023).
Selaku klub Lukaku, Inter Milan bertindak tegas dengan mengeluarkan peringatan penentangan terhadap segala bentuk diskriminatif.
Dalam pernyataan resminya menuliskan, jika kami adalah saudara dan saudari di dunia.
Dan kisah terkait rasisme, telah terjadi sejak 9 Maret 1908.
“Kami adalah saudara dan saudari di dunia. Ini adalah kisah kami sejak 9 Maret 1908."
Mereka menegaskan, jika Inter Milan bersatu melawan rasisme dan segala bentuk diskriminatif.
“Kami ingin menegaskan kembali bahwa kami bersatu melawan rasisme dan segala bentuk diskriminasi," tulis Inter Milan dalam pernyataan resminya.
Selain mengeluarkan surat dan bertindak tegas, pihak klub juga sangat menyayangkan insiden rasis yang telah terjadi.
Baca: FIFA Ingin Transformasi Sepak Bola Indonesia, Kalau FIFA Beri Sanksi, Bisa Terkendala
Dalam pernyataan tertulis, sepak bola dan olahraga tidak hanya harus menjadi tempat untuk emosi.
Tetapi juga untuk nilai-nilai yang jelas dan dibagikan.
Dan apa yang terlihat malam itu di menit-menit terakhir semifinal Juventus vs Inter di Coppa Italia di Turin, tidak memiliki tempat dalam olahraga kita.
"Sepak bola dan olahraga tidak hanya harus menjadi tempat untuk emosi tetapi juga untuk nilai-nilai yang jelas dan dibagikan, dan apa yang kita lihat tadi malam di menit-menit terakhir semi-final Juventus vs Inter Coppa Italia di Turin tidak memiliki tempat dalam olahraga kita."
Sehingga dengan kejadian itu, Inter Milan kembali menegaskan dan kembali memberikan dukungan, kasih sayang, dan solidaritas kepada Romelu Lukaku.
Sama halnya, seperti yang dilakukan dunia sepak bola dari seluruh penjuru sejak insiden tersebut.
"Inilah mengapa kami menegaskan kembali dukungan, kasih sayang, dan solidaritas kami kepada Romelu Lukaku, seperti yang dilakukan dunia sepak bola dari seluruh penjuru sejak insiden tersebut," jelas Inter.
Dalam laga Inter vs Juventus di Semifinal Coppa Italia tersebut, Romelu Lukaku mendapat kartu merah.
Tepat di menit ke 90+5, secara dramatis Lukaku berhasil cetak gol penyama kedudukan.
Dan setelah mencetak gol, Lukaku diberi kartu merah oleh wasit.
Romelu Lukaku diduga melakukan selebrasi yang dianggap memprovokasi.
Baca: Kecil Peluang FIFA Limpahkan Status Tuan Rumah Piala Dunia U-17 ke Indonesia, Ini Dua Indikasinya
Padahal, awalnya Lukaku lah sosok yang mendapat ejekan bernada rasis oleh para pendukung Juventus sepanjang laga.
"Romelu mencetak gol penalti di akhir pertandingan. Sebelum, selama, dan setelah penalti, dia menjadi sasaran pelecehan rasis yang penuh permusuhan dan menjijikkan."
Sebelum menjelaskan apa gerakan selebrasi Lukaku, kita bahas rasisme apa yang dilakukan fans Juventus.
Rasis terjadi ketika Romelu Lukaku akan mengeksekusi penalti yang diberikan wasit.
Di mana sekelompok suporter yang ada di belakang gawang, berusaha menganggu konsentrasi Lukaku.
Tapi sayang, mereka melakukannya dengan cara yang tidak beradab.
Seorang fans menirukan suara monyet, sekaligus meniru gerakan-gerakan ala monyet.
Tapi untung saja Lukaku tidak terpengaruh.
Hingga pada akhirnya ia mencetak gol tersebut, dan ia pun melakukan selebrasi.
Selebrasi gol penyama kedudukan tersebut dilakukan Lukaku dengan meletakkan jarinya di depan hidungnya.
Lalu membungkam Curva Sud Juventus dan menyebabkan keributan dengan para pemain Bianconeri.
Tapi perlu diketahui, sebelumnya Lukaku juga merayakan golnya dengan cara yang sama.
Baca: Aksi 1000 Lilin dan Doa Bersama untuk Masa Depan Sepak Bola Indonesia, Berharap Tak Kena Sanksi FIFA
Yaitu selama jeda internasional, tepatnya dalam pertandingan melawan Swedia di mana ia mencetak hattrick.
Dan Lukaku kala itu hanya mendapatkan kartu kuning.
"Romelu merayakan dengan cara yang sama seperti dia merayakan gol sebelumnya. Tanggapan wasit adalah menghadiahkan kartu kuning ke Romelu.
Selaku pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi mengatakan, jika gestur selebrasi Lukaku tersebut disalahpahami oleh wasit.
"Romelu disalahpahami. Dia selalu bergembira seperti ini, semoga kartu kuning bisa diambil darinya," ujarnya setelah pertandingan.
Di sisi lain, pihak Inter Milan menuntut permintaan maaf dari Juventus yang dilansir dari Football Italia.
Roc Nation Sports International, yang mewakili Romelu Lukaku, merilis pernyataan terkait insiden rasisme itu.
Roc menyatakan, jika rasis yang dilakukan fans Juventus di Turin terhadap Romelu Lukaku, sangat tercela dan tidak dapat diterima.
"Pernyataan rasis malam ini yang dibuat terhadap Romelu Lukaku oleh penggemar Juventus di Turin sangat tercela dan tidak dapat diterima," kata mereka dilansir Football Italia.
Mereka pun menuntut permintaan maaf dari Juventus kepada Lukaku atas kejadian rasisme tersebut.
Ia pun juga memiliki harapan, agar Liga Italia segera memberi tindakan tegas perilaku kelompok suporter Juventus tersebut.
Baca: Erick Thohir Negosiasi dengan FIFA: Cegah Sanksi Berat hingga Pencalonan Tuan Rumah Piala Dunia U-17
"Romelu pantas mendapatkan permintaan maaf dari Juventus, dan saya berharap Liga Italia segera mengutuk perilaku kelompok suporter Juventus ini."
Lebih lanjut ia mengatakan, jika Otoritas Italia harus menggunakan kesempatan ini untuk mengatasi rasisme ketimbang menghukum korban pelecehan.
"Otoritas Italia harus menggunakan kesempatan ini untuk mengatasi rasisme daripada menghukum korban pelecehan."
Dan ia meyakini, jika dunia sepak bola juga memiliki sentimen yang sama, jelasnya.
"Saya yakin dunia sepak bola memiliki sentimen yang sama," jelasnya.
Jika kita menilik dari sisi Romelu Lukaku sendiri, ia pun turut buka suara.
Ia tak mau hanya tinggal diam, ia pun memberikan reaksi yang ia tulis dalam Instagram pribadinya.
Ia merasa sangat menyesal terkait insiden yang terjadi.
Kejadian yang lagi-lagi dan kembali terulang, yaitu rasisme.
"Sejarah berulang. [Saya] telah melewatinya pada 2019.. dan 2023 lagi..."
Selain menyesalkan insiden rasisme tersebut, ia juga memiliki sebuah harapan.
Lukaku berharap, agar otoritas Serie A benar-benar bisa bersikap tegas.
Demi mengatasi hal-hal buruk seperti itu tidak akan kembali terjadi.
"Saya berharap liga benar-benar mengambil tindakan nyata kali ini karena permainan yang indah ini harus dinikmati oleh semua orang… Terima kasih atas pesan dukungannya. F * ck rasisme!" kecamnya.
Baca: Soundtrack Piala Dunia U20 Karya Weird Genius Dihapus FIFA, Reza Arap: akan Diingat Seumur Hidup
Mendengar hal tersebut, Presiden FIFA, Gianni Infantino mencak-mencak.
Ia murka ketika mendengar Lukaku menjadi korban rasis dalam ajang Coppa Italia melawan Juventus.
Dalam Instagram Story resmi Gianni Infantino, ia menuliskan jika sepak bola tidak memiliki tempat untuk rasisme atau segala bentuk diskriminasi.
Tidak dapat diterima untuk melihat pelecehan rasis yang ditujukan oleh penonton ke penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku selama pertandingan Coppa Italia melawan Juventus di Turin pada 4 April.
"Sepak bola tidak memiliki tempat untuk rasisme atau segala bentuk diskriminasi. Tidak dapat diterima untuk melihat pelecehan rasis yang ditujukan oleh penonton ke penyerang Inter Milan Romelu Lukaku selama pertandingan Coppa Italia melawan Juventus di Turin pada 4 April," tulis Infantino di Instagram Story pada Rabu (5/4) malam WIB.
Selaku Presiden FIFA, ia mengatakan jika pihaknya mendukung penuh Romelu Lukaku yang menjadi korban rasisme.
Hal itu dilakukannya tidak hanya kepada Lukaku, melainkan juga kepada yang lainnya.
Seperti pemain lain, pelatih, ofisial pertandingan, suporter, atau peserta pertandingan sepak bola yang mendapatkan rasisme atau bentuk diskriminasi lainnya.
"FIFA dan saya pribadi mendukung Romelu Lukaku, sama seperti yang kami lakukan dengan pemain lain, pelatih, ofisial pertandingan, suporter, atau peserta pertandingan sepak bola yang mendapatkan rasisme atau bentuk diskriminasi lainnya," kata Infantino.
Lebih lanjut Gianni menuliskan, jika para korban pelanggaran tersebut harus didukung.
Dan para pelaku dihukum sepatutnya oleh semua otoritas.
Baca: Upaya Ketua PSSI agar Indonesia Tak Kena Sanksi, Tunjukan Peta Garuda Mendunia pada FIFA
Ia juga menegaskan, jika sanksi olahraga yang dibuat tegas harus diterapkan untuk mengatasi insiden semacam itu sekaligus sebagai pencegahan.
"Para korban pelanggaran tersebut harus didukung, dan para pelaku dihukum sepatutnya oleh semua otoritas. Saya ulangi imbauan yang saya buat awal tahun ini agar para penggemar berdiri dan membungkam para pelaku rasis. Sama halnya, dalam sepak bola, kita perlu memastikan bahwa sanksi olahraga yang tegas diterapkan untuk mengatasi insiden semacam itu dan sebagai pencegahan," ucap Infantino.
Dan diakhiri dengan penegasan, ia berujar "Sekali dan untuk selamanya: tidak untuk rasisme. Tidak untuk segala bentuk diskriminasi,".
"Sekali dan untuk selamanya: tidak untuk rasisme. Tidak untuk segala bentuk diskriminasi," kata Infantino menambahkan.
Belajar dari insiden rasisme yang menimpa Romelu Lukaku, kita semua bisa mengambil kesimpulan jika rasisme di dalam sepak bola sangat tidak dianjurkan.
Bahkan sangat tidak boleh dilakukan.
Dan untuk para pelaku rasis, sudah semestinya mendapatkan hukuman yang setimpal.
Tetapi jika tetap melakukan, sama halnya yang sudah kita semua ketahui, akan banyak pihak yang akan mengecam dan memberikan tindakan tegas.
Sehingga, rasisme dalam bentuk apapun, sepantasnya dilarang.
Khususnya di dalam sepak bola, bagi dan dari para suporter, pemain dan semua yang terlibat.
Semoga, rasisme di dalam sepak bola tidak akan terulang kembali di masa depan, dan kita semua bisa menjunjung tinggi perbedaan.
Karena sekali lagi, khususnya di dalam sepak bola, perbedaan harus bisa dilebur dan disatukan demi masa depan sepak bola yang lebih cerah.
(*)
(Tribun-Video.com/YessyWienata)
Sumber: Tribunnews.com
To The Point
Seorang Pria Ditikam 50 Kali hingga Tewas di Masjid Prancis, Presiden Macron Kecam Aksi Rasisme
Selasa, 29 April 2025
TRIBUNNEWS UPDATE
Seorang Muslim di Prancis Ditikam 50 Kali hingga Tewas di Masjid, Macron Geram hingga Kecam Rasisme
Selasa, 29 April 2025
Live Update
Markas PSM Berstandar FIFA, Pencahayaan Stadion BJ Habibie Parepare Sulsel Dipuji Warga
Senin, 28 April 2025
Olahraga
FIFA Unggah Foto Nova Arianto, Berseragam Timnas Indonesia: Sampai Kehabisan Kata-kata Untuknya
Rabu, 9 April 2025
Olahraga
Ranking FIFA Timnas Indonesia Melejit Ke-123 Dunia, Erick Thohir Mengaku Belum Puas
Jumat, 4 April 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.