JEJAK ISLAM: Keindahan Arsitektur Masjid Jami Banjarmasin, Masjid Tertua dan Bersejarah di Kalsel

TRIBUN-VIDEO.COM - Masjid Jami Sungai Jingah adalah masjid nomor dua tertua setelah Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin.

Dulunya, masjid ini berlokasi di Sungai Jingah, namun kini sudah berpindah di Kelurahan Antasan Kecil Timur, Banjarmasin Utara.

Pada awalnya, masjid ini berlokasi di pinggir Sungai Martapura, kemudian dipindah ke lokasi sekarang (kurang lebih 200 meter dari lokasi lama) karena longsor.

Masjid lama dibongkar, namun masih disisakan menjadi sebuah langgar yang saat ini bernama Langgar Sinar Masjid.

Pengurus Masjid Jami sejak 1978, Fathan, menuturkan masjid yang lama diperkirakan berdiri pada tahun 1777 M (1195 H), dan masjid yang baru (setelah dipindah) didirikan pada tahun 1934 M (1352 H).

Hal itu sesuai dengan tulisan arab di bagian penyangga bedug masjid, tertulis angka arab 1195 H.

Kemudian, Fathan juga menunjukkan bagian atap masjid yang dimana tertulis 1934 (tahun masehi) dan 1352 (tahun hijriah).

“Masjid ini sendiri memiliki empat kubah yang masing-masing ada maknanya,” kata Fathan kepada BPost.

Keempat kubah tersebut jelas Fathan memberi makna, sebagai manusia, kita harus memiliki sifat bersyukur, ikhlas dalam menghadapi hal apapun.

“Kemudian yang ketiga kita harus sabar. Dan yang keempat, kita harus ridho dengan apapun yang didapat,” jelas pria 64 tahun itu.

Lebih lanjut ia menuturkan, di bagian dalam Masjid Jami ini memiliki 17 tiang. Yang dimana, 17 itu bermakna sebagai total rakaat dalam salat lima waktu.

Lalu, masjid ini terang Fathan memiliki ukuran 40x40. Kemudian memiliki total pintu sebanyak 40, dan memiliki tiang guru (tiang utama) sepanjang 40 meter.

“40 itu sendiri artinya ketika ingin melaksanakan salat Jumat, jemaah yang hadir harus 40 orang agar salat itu sah,” katanya.

Mayoritas bahan yang digunakan Masjid Jami itu yakni kayu ulin. Bahkan bagian atap masjid tersebut juga berbahan kayu ulin.

Masjid ini sangat didominasi dengan warna hijau sebagai ciri khasnya. Hasil dari perpaduan ornamen serta warna tersebut membuat masjid ini tampak begitu indah dan mewah serta masih ada kesan tradisionalnya.

Dilanjutkan oleh Fathan, ada dua barang di masjid ini yang merupakan peninggalan masjid lama.

“Jadi peninggalannya itu adalah bedug, yang berfungsi sebagai alat untuk memberikan tanda bahwa waktu salat sudah mulai,” tuturnya.

“Kemudian ada mimbar masjid yang juga dibawa dari masjid yang lama.”

Pada mimbar masjid tersebut, di sampingnya, ada plakat dengan tulisan bahasa arab di atas kuningan dan berlapis kaca.

Diketahui, tulisan tersebut berbunyi “Tarikh didirikan masjid asal hari Sabtu, 17 Syawal tahun 1195 H Sultan Tamjidillah dari dicabut 11 Rajab tahun 1353 umurnya 157 tahun 8 bulan 24 hari tarikh. Didirikan masjid baru hari Ahad 16 Dzulhijjah 1352 Mufti Haji Ahmad Kusasi”.

Demikian bunyi catatan tersebut, sehingga diperkirakan Masjid Jami yang lama didirikan pada tahun 1777 M (1195 H).

Dan yang baru didirikan pada tahun 1934 M (1352 H). Sehingga, jika dihitung, masjid yang sekarang berumur 89 tahun.

Fathan juga mengatakan, Masjid Jami saat ini diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan. Di antaranya pengajian rutin oleh beberapa guru.

“Pas bulan Ramadhan juga akan diisi dengan kuliah subuh, buka puasa bersama, lalu ada tadarusan, dan lain sebagainya,” jelas Fathan.

Dirinya berharap, agar masjid ini selalu ramai didatangi oleh semua kalangan masyarakat.

“Semoga juga para jemaah bisa berbondong-bondong dapat berhadir meramaikan masjid,” pungkasnya.

(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)