Jadi Menu Andalan saat Ramadhan, Ikan Salai Kuliner Lokal Sumatera Selatan

TRIBUN-VIDEO.COM - Ikan salai adalah salah satu jenis ikan asap tradisional Indonesia dan merupakan kuliner lokal, hampir di sejumlah daerah Sumatra Selatan ada.

Biasanya tempat pengolahan ikan salai ini berada pada kawasan aliran Sungai Musi.

Di Palembang, perbatasan Jakabaring dan Banyuasin, tepatnya dekat Simpang Empat Tegal Binangun kita akan temukan tempat pembuatan ikan salai Rizki Saputra.

Saban pagi bila melintas di kawasan ini akan terlihat kepulan asap beraroma ikan.

Baca: Doa Buka Puasa Ramadhan, Lengkap dengan Arab, Bahasa Latin Beserta Artinya

Aktivitas proses pengasapan terlihat jelas. Mulai dari penyiangan hingga proses pengasapan.

Ikan yang telah dibersihkan dan dibelah tersusun rapi di tempat pengasapan yang terbuat bertingkat dari beton, serupa bilik bilik lemari.

Potongan kayu balok dibakar dan mengasapi potongan daging ikan yang tersusun rapi.

Eman salah satu karyawan Ikan Salai Riski Saputra sibuk menyiapkan kayu untuk dibakar dan menimbang ikan lele ukuran jumbo.

"Ini ikan lele kita timbang dulu, baru disiangin dibersihkan dan diasapin," jelas Eman kepada Sriwijaya Post di lokasi.

Dikatakan Noni, pemilik produksi ikan salai Riski Saputra, menyambut bulan Ramadhan 1444 H ini meningkatkan dua kali lipat.

"Masuk puasa Ramadhan permintaan ikan salai meningkat. Hari biasa kami produksi 100 - 200 kg, puasa ini bisa 400 hingga 500 kg, ujarnya sambil membolak balik keranjang ikan yang diasap pada tempat tungku yang dibuat bertingkat seperti susunan rak lemari.

Diceritakan olehnya, usaha milik keluarga ini sudah puluhan tahun digelutinya. Dia bersama suaminya membangun usaha ini. Sekarang telah 45 tahun, seusia anak pertamanya.

"Usia usaha ikan salai ini seumur anak kami yang pertama, 45 tahun, kami buka Jalan Rambutan Kabupaten Banyuasin dan baru pindah ke sini kurang lebih hampir 15 tahun," jelas ibu yang disapa Gadis ini.

Bahan baku berbagai ikan sebagian mereka beli dari Pasar Induk Jakabaring Palembang, diantaranya patin, mujair, baung laut, baung sungai, dan ikan lais. Sedangkan ikan lele dari kolam ikan lele yang mereka budidayakan.

"Kalau ikan salai lele ini dari kolam kami yang ada di seberang," ujarnya sambil mengajak Sripo melihat kolam lelenya.

Proses pengasapan dalam sehari memakan waktu 11 jam bahkan lebih agar lebih kering. Dimulai selepas shalat subuh, dibantu anaknya dan dua karyawannya ikan ikan yang sudah diolah dipanggang.

Baca: 4 Menu Praktis Sahur dari Telur yang Wajib Kalian Coba, Rasanya Enak dan Bikin Nagih di Lidah!

"Inilah yang membedakan kami dengan tempat produksi ikan salai lain. kayu bakar kami pakek kayu akasia, selain kayunya lebih awet saat dibakar hingga bisa menekan biaya produksi, juga membuat hasil pengasapan ikan lebih merata dan kering," tandasnya.

Kini ikan salai Riski Saputra tidak hanya diminati wong Palembang saja, namun diminati juga dari luar Palembang seperti Jakarta, Aceh, Medan, Bangka bahkan hingga ke Kalimantan.

"Kami sempet kewalahan kalau sudah banyak pesanan. Naik dua kali lipat, namun terpaksa ada yang tidak disanggupi karena terkendala modal pak," katanya.
Ikan Salai Lele dan Patin dibanderol Rp 80 ribu perkilo, Salai Baung Laut Rp 90 ribu per kg, Salai Mujair Rp 100 ribu per kg, Salai Baung Sungai Rp 350 ribu per kilo dan Salai Lais Rp 400 ribu per kilo.

Di akhir kata, Gadis mengaku hanya terkendala soal modal usaha. Selama ini mengandalkan modal sendiri seadanya tanpa campur tangan pemerintah ataupun pinjaman lunak dari pihak bank.

"Keuntungan hasil jual tiap hari kami putar kembali, jadi kalau dapat dana bantuan untuk usaha kami tidak menolaknya," harap Gadis. 

# Ramadhan # menu # puasa # Ikan Salai

Baca berita lainnya terkait Ramadhan

Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Jelang Puasa, Permintaan Ikan Salai di Palembang Meningkat, Produksi 500 Kilo Selama Ramadhan