Ramadhan 2023
Mengenal Tradisi Dugderan di Kota Semarang, Sebagai Penentu Masuknya Awal Ramadhan
TRIBUN-VIDEO.COM - Kota Semarang memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan, yakni dengan menggelar dugderan. Acara ini merupakan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Dugderan bukan sekadar perayaan semata, namun sarat makna dan sejarah. Berikut fakta-fakta dugderan di Kota Semarang yang telah dirangkum oleh Kompas.com.
Asal mula tradisi dugderan diperkirakan pada masa kepemimpinan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung Purbaningrat atau Bupati Purbaningrat pada 1881, seperti dikutip dari situs Center Of Excellence (CoE) Budaya Jawa, perpustakaan dan informasi tentang budaya lokal Jawa Tengah (14/12/2016).
Latar belakang acara ini adalah perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai awal bulan suci Ramadhan.
Kala itu, Indonesia masih berada pada zaman kolonial Belanda, sehingga masyarakat Kota Semarang terbagi menjadi empat golongan, yaitu pecinan (etnis Tionghoa), pakojan (etnis Arab), kampung Melayu (warga perantauan dari luar Jawa), dan orang Jawa asli.
Oleh sebab itu, pemerintahan Bupati Purbaningrat menetapkan, untuk menyamakan persepsi penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman serta menyalakan meriam di halaman kabupaten.
Baca: Tradisi Memasang Lampu Botol atau Monuntul, Budaya Sambut Hari Raya Idul Fitri di Boltim Sulut
Baik bedug dan meriam dibunyikan masing-masing tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman awal bulan Ramadhan di masjid.
Saat itu, perayaan dugderan berpusat di Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Semarang (kini Masjid Kauman) yang berada di dekat Pasar Johar.
Berdasarkan informasi dari situs Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kota Semarang (24/02/2020), nama dugderan diambil dari suara bedug yang berbunyi ‘dug dug dug’ dan suara meriam yakni ‘der der der’.
Seperti disampaikan sebelumnya, bedug dan meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali, sebagai penanda awal bulan Ramadhan.
Tujuan dari penyelenggaraan dugderan adalah melebur perbedaan yang terjadi antarwarga Kota Semarang pada zaman kolonial.
Secara khusus, Bupati Purbaningrat ingin menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal bulan Ramadan.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang"
# Semarang # Tradisi Dugderan # TRADISI
Video Production: Febi Frandika
Sumber: Kompas.com
Olahraga
GERALD VANENBURG BLUSUKAN KE JAWA TENGAH, Pantau 9 Pemain untuk Timnas U23 Indonesia
2 hari lalu
Local Experience
Asal Usul Semarang: Tempat Bertemunya Budaya Jawa, Tionghoa, dan Belanda
2 hari lalu
TRIBUNNEWS UPDATE
Laka Maut Tanah Putih Semarang Makan Korban, 1 Pemotor Tewas Tertimpa Truk Muatan Kertas Karton
3 hari lalu
TRIBUNNEWS UPDATE
CCTV Kecelakaan Maut di Tanah Putih, Truk Melaju Turun Lalu Tabrak Pemotor, Muatan Kertas Beserakan
3 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.