LIPUTAN KHUSUS
Ritual Jumenengan Raja Jawa yang Sakral: Datangnya Nyi Roro Kidul dalam Perjamuan Setahun Sekali
TRIBUN-VIDEO.COM - Peringatan satu tahun kenaikan tahta KGPAA Mangkunagara X di Pura Mangkunagaran, pada 1 Maret lalu, menjadi salah satu peringatan Jumenengan terbaru.
Pengamat budaya asal Solo, Tunjung W Sutirta, mengatakan, Jumenengan punya nilai kebudayaan dan kesakralan yang tinggi.
Jumenengan, diambil dari kata Jawa Jumeneng, yang berarti berdiri.
Dalam arti harfiah kekuasaan raja, kata Jumenengan adalah peristiwa naik tahtanya seorang raja.
Baca: Di Balik Tarian Bedhaya Anglir Mendung saat Jumenengan: 7 Penari Wanita Harus Puasa & Belum Menikah
Bahwa rakyat mengakui, Sang Raja atau penguasa yang naik tahta, kokoh berdiri menjadi pengayom mereka.
Raja yang dijumenengkan pun akan melakoni sejumlah tirakat atau laku khusus sebelum peringatan jumenengan dilakukan.
Laku khusus itu, ada yang dilakukan sebelum atau pun setelah prosesi Jumenengan dilakukan.
Sebelum Jumenengan, misalnya, memberikan sesaji kepada para leluhur di empat penjuru mata angin.
Sesaji atau sajen, diletakkan di sisi utara, selatan, timur, dan barat.
Maknanya adalah meminta keberkahan dari yang mahakuasa, juga kepada leluhur.
Di era kerajaan sebelumnya, juga ada laku spiritual lain.
Misalnya, sang raja yang dijumenengkan harus melaksanakan salat Jumat sebanyak lima kali secara berturut-turut, pasca Jumeneng atau naik tahta.
Sebelum ditasbihkan menjadi raja, ada juga adat khusus.
Baca: Terinspirasi dari Mangkunagara VII, Mangkunagara X Gelar Kirab Jumenengan, Eksistensi Makin Disorot
Calon raja, dilarang keras untuk datang ke makam sang ayah, tatkala mendiang raja sebelumnya meninggal.
Lebih lanjut Tunjung mengatakan, mengapa Jumenengan menjadi prosesi yang sangat sakral dalam lingkungan Keraton Jawa.
Dalam mitologi Mataram Islam, seorang raja diyakini bukan hanya penguasa dunia, tapi juga penguasa dunia spiritual juga.
Seorang raja dalam Mataram Islam disyaratkan punya sifat Wicaksono dan Waskito.
Wicaksono berarti seorang raja bisa melakukan semacam dialog batin dengan para leluhurnya.
Sementara Waskito, mengetahui segala hal yang mengetahui ke depannya.
Dari dua sifat itu, seorang Raja dituntut harus bisa memelihara dunia batin dan spiritualnya.
Seorang Raja di dalam mataram tidak hanya menata dunia fisik, tapi juga mampu menata batin.(*)
# ritual # Jumenengan # Nyi Roro Kidul # KGPAA Mangkunegara X # Mangkunegaran
Sumber: TribunSolo.com
Local Experience
Mengenal Lemiwa Ritual Sakral Suku Dayak Kenyah yang Penuh Makna
Selasa, 26 Agustus 2025
Local Experience
Misteri Sosok Nyi Roro Kidul, Penguasa Pantai Selatan yang Melegenda
Minggu, 24 Agustus 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.