Senin, 12 Mei 2025

Bogor Hari Ini

Bogor Hari Ini: Sejarah Klenteng Tertua di Kota Bogor yang Juga Merupakan Simbol Pemersatu

Rabu, 18 Januari 2023 08:27 WIB
Tribunnews Bogor

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com,Rahmat Hidayat

TRIBUN-VIDEO.COM, BOGOR TENGAH - Keberagaman memang akan terasa jika antara masyarakatnya saling memahami.

Tidak hanya memahami, rasa saling memiliki pun menjadi salah satu rasa yang melatarbelakangi keberagaman bisa terwujud sebagaimana mestinya.

Memang, istilah beragam tidak serta merta harus seragam.

Tetapi, beragam bisa menjadi salah satu wujud hakikat manusia untuk saling menghargai jika dilakukan dengan baik.

Itulah yang terlihat di Klenteng Pan Kho Bio, klenteng tertua yang ada di Kota Bogor tepatnya di Kampung Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Berusia ratusan tahun, klenteng yang juga masuk sebagai situs Cagar Budaya dengan nama Vihara Maha Brahma ini menjadi simbol beragam tak mesti seragam.

Hal itu pun semakin terwujud dengan momen perayaan Imlek yang akan jatuh pada tanggal 22 Januari 2023 mendatang.

Klenteng ini terus bersolek menyambut perayaan tersebut.

Aroma wangi dupa pun seketika semerbak menyembul di Klenteng yang lokasinya berada di pemukiman padat penduduk ini.
Bagian luar dan dalam pun terus diperhatikan menyambut perayaan yang tinggal menghitung hari.

Ornamen khas imlek berwarna merah dan kuning cukup mendominasi areal klenteng.

Tidak hanya itu, ornamen berbeda sendiri terlihat jelas di klenteng.

Baca: Perayaan Imlek 2023, Harris Hotel Festival Citylink Sajikan Ritual Yu Sheng dan Haisom

Ornamen hijau menjadi pembeda sendiri dalam balutan nuansa imlek kali ini di klenteng.

Ornamen hijau itu menjadi makna beragam benar-benar terjadi.

Ornamen hijau ini terlihat mendominasi di salah satu batu yang konon katanya disebut sebagai petilasan keluarga dari kerajaan Pajajaran.

Terdapat dua batu besar yang dihiasi dengan ornamen hijau kali ini.

Dua batu besar ini menjadi pembeda dan semakin kuat menyatukan makna keberagaman yang terjalin.

Diruangan batu besar ini juga terdapat tulisan arab penanda bagi umat muslim.

Diruangan ini pun kerap dijadikan tempat sebagai umat muslim memanjatkan doa-doa dan pepujiannya.

Ibarat pelangi, di klenteng ini, keberagaman itu terjalin dengan sangat indah.

Umat muslim dan umat thionghoa bisa beribadah dalam satu ruangan yang sama.

"Disini bisa ibadah secara pribadi. Bisa umat muslim, budha, tridarma dan diluar itu. Bagi semua umat beragama apapun dipersilakan beribadah disini.  Dan melakukan ibadah secara pribadi dan sesuai keyakinannya. Kami, tidak pernah menyamkan perbedaan itu atau mencampur adukan. Justru perbedaan itu kita satukan. Akan terasa indah kalau semuanya bersatu. Saling mendumung dan saling menghormati," kata pengurus Klenteng Candra Kusuma kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (17/1/2023).

Klenteng ini, sambung Candra, terdapat sebuah jalan cerita yang panjang jika diuraikan.

Dari cerita sejarah yang diuraikan, batu besar ini ditemukan bersamaan dengan klenteng saat lokasi ini tidak bertuan.

Saat itu, kata Candra, Pulo Geulis merupakan tempat mencari ikan tanpa menggunakan alat.

Tidak hanya itu, batu besar dan kemunculan klenteng ini bermula dari tempat peristirahatan keluarga turunan kerajaan Pajajaran.

"Bahwa kampung pulo geulis ini seperti yang saya sampaikan dulunya pernah dijadikan tempat peristirahatan keluarga raja raja pajajaran ketika 1482 sampai 1579. Kampung Pulo Geulis ini setelah dijadikan peristirahatan keluarga terjadi penyerangan tahun 1579 dari kerajaan banten itu membuat tempat ini menjadi tidak bertuan," jelasnya.

Selama satu abad lamanya, tempat ini bak hutan belantara.

Barulah, sekitar tahun 1700 Masehi, tim ekspedisi Belanda menemukan peradaban baru

"Jadi selama satu abad menjadi hutan belantara tidak ada penghuninya. Nah, ketika tahun 1703 itu ditemukan kembali oleh tim ekspedisi Belanda. Itu sudah ada klenteng, sudah ada penghuninnya tionghoa dan pribumi. Mereka bersatu disini. Jadi, kelenteng ini sudah ditemukan tahun itu," tambahnya.

Seiring berjalannya waktu, tepat sekitar tahun 1970 an, Klenteng ini diambil alih oleh Yayasan Dhanagun untuk dikelola.

Lewat organisasi, klenteng ini, sampai saat ini, menjadi tempat yang sangat representatif bagi umat muslim dan thionghoa untuk beribadah.

"Setelah itu diurus secara pribadi oleh pengurusnya. Baru tahun 1970 an diangkat dan diadopsi Yayasan Dhanagun dan dikelola secara organisasi," ungkapnya.

Untuk memperkuat status ratusan tahun dan kaya akan cerita sejarah, tahun 2012 masuk ke dalam situs Cagar Budaya yang dikelola oleh pemerintah.

Semenjak saat itu, klenteng yang juga lokasinya tak jauh dari Kawasan Pecinan Suryakencana banyak menerima tamu kunjungan dari berbagai wilayah.

"Plus masuk ke dalam situs Cagar Budaya ini sekitar tahun 2012 an," katanya.

Saat ini, keberagaman terus dilestarikan di klenteng ini.

Baca: Curi Perhatian, Latihan Replika Naga Bersinar di Pontianak Jelang Imlek dan Cap Go Meh

Warna merah, dan kuning serta ornamen khas Thionghoa selalu berdampingan dengan warna hijau serta ornamen khas muslim.

Sebagai simbol penanda, di Klenteng ini juga, terdapat dua payung besar sebagai simbol peneduh keberagaman.

"Kalau kelenteng merah dan kuning. Merah adalah kebahagian dan kuning adalah kemuliaan. Hijau ciri khas daripada muslim. Sepasang payung didepan untuk menanugi semuanya," ungkapnya.

Candra pun akan senantiasa merawat keberagaman yang terjadi di Klenteng ini.

Paling tidak, katanya, kelestarian mengenai keberagaman tetap terjalin ditempat yang kaya akan cerita sejarah.

"Dengan keberagaman dan persatuan kita akan hidup tenang dan harmonis. Mudah mudahan menjadikan satu kesejahteraan di tahun 2023 ini," tegasnya.

Kesiapan Klenteng Merayakan Imlek 2023

Proses menghadapi perayaan Imlek 2023 di Klenteng ini semakin matang disiapkan.

Tak ubahnya tahun lalu, tahun ini klenteng melakukan kesiapannya semenjak tanggal 24 bulan Imlek atau sepekan menjelang perayaan imlek.

Mulai dari bebersih patung, ayak abu, dan merapihkan semua ruangan adalah kewajiban dalam menyambut perayaan imlek kali ini.

Tidak hanya itu, untu memperkuat kesan keberagaman, sehari sebelum perayaan, pengurus akan membagikan makanan gratis kepada warga sekitar yang bertempat tinggal di sekitaran Klenteng ini.

"Setiap malam tahun baru imlek kami mengadakan jajanan gratis di sekitar klenteng yang akan dibagikan kepada warga. Kurang lebih ada 6 macam, 1 gerobak bubur ayam, mie bakso, jajan cakwe, gorengan," kata Candra.

Dalam kesiapan sembahyang atau ibadah umat thionghoa, Candra memprediksikan ibadah imlek akan berjalan dengan khidmat.

Dimana, di Klenteng ini, ibadah akan dijalankan dengan tradisinya masing-masing.

"Karena ini sifatnya klenteng secara tradisi mereka melakukan ibadah secara perorangan. Biasanya start jam 18-mendekati jam 24 datang untuk bersembahyang kepada dewanya," ungkapnya.

"Kami tidak bisa memprediksi banyak atau tiaknya karena sifatnya klenteng sifstnya tradisi dan kami memperseliahkan siapa saja yang datang ke sini," tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Sejarah Klenteng Tertua di Kota Bogor, Ornamen Klenteng Pan Kho Bio Jadi Simbol Pemersatu Agama

Editor: Tri Hantoro
Video Production: ahmadshalsamalkhaponda
Sumber: Tribunnews Bogor

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved