Senin, 12 Mei 2025

Polisi Tembak Polisi

Analisa Ahli Psikolog Forensik soal Tangisan Putri Candrawathi, Sebut Ada 2 Makna Aksi Istri Sambo

Jumat, 13 Januari 2023 18:15 WIB
Kompas.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Tangisan terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Putri Candrawathi, dalam persidangan pemeriksaan menjelang tuntutan dinilai mempunyai 2 arti berbeda.

Menurut analisis psikolog forensik Reza Indragiri Amriel, tangisan yang diperlihatkan oleh Putri saat menceritakan tentang nasib anak-anaknya saat ini setelah dia dan sang suami, Ferdy Sambo, mendekam di rumah tahanan selama masa persidangan diyakini tidak direkayasa.

"Tangisan saat bercerita tentang anak-anak, ini asli. Ada studi yang menemukan bahwa hal yang paling merisaukan pesakitan adalah kondisi keluarga yang ditinggalkan," kata Reza saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/1/2023).

Akan tetapi, Reza meragukan tangisan Putri dalam persidangan saat menceritakan tentang dugaan pemerkosaan atau pelecehan yang dituduhkan kepada Yosua.

Baca: Putri Candrawathi Sempat Ingin Cerita Kejadian di Magelang saat Diperiksa tapi Dihalau Ferdy Sambo

"Tangisan tentang pemerkosaan, palsu. Ini malingering," ujar Reza.

Reza memaparkan, dari analisis psikologi dia melihat terdapat sejumlah kejanggalan dari keterangan Putri yang mengaku menjadi korban pelecehan oleh Yosua.

Pertama adalah soal reaksi Putri yang disebut sempat mengalami freeze alias tonic immobility menurut ahli Asosiasi Psikolog Forensik Indonesia (Apsifor), Reni Kusumowardhani, yang dihadirkan dalam persidangan beberapa waktu lalu.

Menurut Reza, sikap freeze atau tak bisa merespon adalah tanda lumpuhnya prefrontal cortex atau bagian otak yang berperan dalam proses berpikir.

Ketika kondisi itu terjadi, maka korban pemerkosaan tidak mampu berpikir, menggerakkan tubuh buat melawan atau melarikan diri.

Reza mengatakan, mengacu kepada riset terhadap 298 korban pemerkosaan, waktu mereka mengalami gejala tidak merespons atau freeze itu bervariasi, mulai dari 2 hingga 37 hari.

"Berarti rata-rata korban butuh waktu 19,1 hari sejak diperkosa sampai freeze-nya berhenti tuntas," ucap Reza.

Sedangkan menurut pengakuan Putri dalam persidangan, dia sempat mendengar keributan yang diduga antara Yosua dan Kuat di rumah itu setelah peristiwa dugaan pelecehan.

Baca: Massa AMPPUH Geruduk PN Jakarta Selatan, Tuntut Sambo Cs Dihukum Mati atas Kasus Brigadir J

Putri juga meminta kepada Kuat dan asisten rumah tangga, Susi, buat mengambilkan ponselnya dan menghubungi Richard serta Ricky.

Bahkan tidak lama setelah peristiwa dugaan pelecehan itu, Putri memanggil Yosua dan berbincang berdua di dalam kamar.

Reza pun mempertanyakan sikap Putri yang segera bangkit setelah diduga mengalami pelecehan oleh Yosua.

"Rasional sekaligus tangguh sekali PC ini. Namun di situ letak kejanggalannya. Hanya dalam hitungan menit dia sudah mampu memikirkan langkah mitigasi pasca pemerkosaan," ujar Reza.

Reza juga memaparkan ada celah kelemahan dari profil yang disusun Reni dalam menganalisis Putri. Menurut dia, kelemahannya adalah Reni memakai pendekatan idiografik atau menilai Putri dengan semata-mata berfokus pada dirinya sendiri.

Padahal menurut Reza analisis itu perlu diperkaya dengan pendekatan nomotetik, yakni membandingkan Putri dengan para korban pemerkosaan lain.

"Dengan memakai pendekatan nomotetik, plus mengamati secara lebih luas tindak-tanduk dan perkataan PC pasca 'diperkosa', akan kentara bahwa PC kontras dengan profil para korban pemerkosaan pada umumnya," ucap Reza.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "2 Makna Tangisan Putri Candrawathi: Soal Anak Dinilai Tulus, Pelecehan Diragukan"

# Polisi tembak polisi # Brigadir J # Ferdy Sambo # Putri Candrawathi

Editor: Aditya Wisnu Wardana
Video Production: Rifqi Khusain
Sumber: Kompas.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved