Terkini Nasional
Berita Solo Hari Ini: Rekam Jejak Haedar Nashir, Pernah 10 Tahun Jadi Wartawan
TRIBUN-VIDEO.COM - Haedar Nashir resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027, Minggu (20/11/2022).
Artinya Haedar Nashir terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode, sementara Abdul Mu’ti sebagai Sekum PP Muhammadiyah.
Pengumuman Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah ini disampaikan dalam Sidang Pleno VIII di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS pukul 12.30 WIB.
Keputusan dibacakan langsung oleh Ketua Panitia Pemilihan Muktamar ke-48, Dahlan Rais.
"Secara ringkas kami sampaikan bahwa rapat memutuskan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 Bapak Prof. Dr. Haedar Nashir," kata Dahlan Rais dikutip oleh TribunSolo.com.
Baca: Profil Haedar Nashir, yang Kembali Jabat Jadi Ketum PP Muhammadiyah untuk Periode 2022-2027
Namun, mungkin banyak yang tidak menyangka, sebelum Haedar Nashir memimpin organisasi Muhammadiyah, dia pernah menjadi wartawan selama 10 tahun.
Ya, Haedar Nashir pernah menjadi kuli tinta selama sepuluh tahun (1985-1995) sebelum menjadi pemimpin redaksi majalah tertua di Indonesia, Suara Muhammadiyah.
"Ternyata untuk membikin news atau berita, biarpun kita biasa menulis di media itu tidak selalu dipandang tepat dan cocok untuk menulis sebuah berita. Sampai sering kita yakin sudah menulis dengan bagus itu kemudian dicoret-coret dengan tinta merah ala wartawan lama. Betapa terkoyaknya perasaan kita saat itu, ego kita seperti terkoyak saat itu," kenang Haedar Nashir dalam Webinar Peluncuran Lembaga Uji Konpetensi Wartawan Universitas Muhammasiyah Jakarta, dalam aplikasi Zoom dan disiarkan di Channel Youtube tvMU, Senin (5/10/2020), dinukil dari Tribunnews.com.
Haedar Nashir mengaku sempat sakit hati saat hasil liputannya ditolak.
Namun dia menganggap penolakan itu sebagai ujian agar dia menjadi jurnalis yang lebih tangguh dan profesional.
Baca: Biodata Haedar Nashir, Ketum Umum PP Muhammadiyah yang Juga Seorang Dosen Pascasarjana UMY
Selama 10 tahun juga Haedar Nashir sering turun ke lapangan pergi ke daerah-daerah, naik bus, angkot, kereta api bahkan harus jalan kaki.
"Sejak tahun 1985 sampai tahun 1995 proses itu saya jalani. Waktu itu saya sempat belajar menulis, waktu itu pimrednya pak Ajib Hamzah, seorang budayawan dan jurnalis yang sangat dikenal di Yogyakarta," kisahnya.
"Bagaimana diajari titik koma ketika menulis dan bagaimana membikin judul yang menarik dan lain sebagainya. Itu lewat proses perjalanan yang panjang. Itu jadi satu modal untuk bagaimana kita menjadi wartawan dan bagaimana menjadi seorang penulis termasuk penulis news," lanjutnya.
Pada eranya sebagai wartawan, Haedar Nashir masih menggunakan mesin ketik, belum komputer, komputer jinjing alias laptop apalagi smart phone.
"Dulu kalau ngetik kan tidak pakai komputer yang seperti sekarang atau laptop. Kita ngetik harus salah kan pakai tipex kertas. Betapa susahnya waktu itu. Biarpun yang lebih lama, pasti lebih susah lagi," tuturnya.
Baca: Sah! Petahana Haedar Nashir Jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, dan Abdul Muti Jadi Sekretaris
Ketika di Suara Muhammadiyah saat itu ada mesin-mesin yang tinggi dan tutsnya sudah sangat susahnya untuk diketik.
"Bukan main itu berat sekali, butuh sekuat tenaga ini," kenangnya.
Karena bekerja tidak mengenal waktu dan banyaknya kegiatan, Haedar Nashir sempat jatuh sakit tipes.
"Mungkin karena sering main mesin tik seperti itu, lalu sering nulis tidak kenal waktu. Wartawan begitu tidak kenal waktu. Kemudian juga ritme hidupnya tidak teratur ditambah jadi aktivis IPM waktu itu saya sempat kena tipes selama satu tahun saya kena tipes," tuturnya.
"Jadi itu pengalaman jadi wartawan sehingga saya jadi pemred di majalah Suara Muhammadiyah itu berangkat dari bawah bukan karena saya di PP Muhammadiyah," tegasnya.
Oleh karena itu, Haedar Nashir berpendapat, jurnalistik itu bukan sekedar ilmu dan keterampilan tetapi juga ada panggilan, spirit atau jiwa di dalamnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Sosok Haedar Nashir Ketum PP Muhammadiyah Dua Periode, 10 Tahun Rasakan Pahit Manis jadi Wartawan
# Profil Haedar Nashir # Haedar Nashir # wartawan # muktamar muhammadiyah 2022
Sumber: TribunSolo.com
To The Point
Kronologi Wartawan Tempo Jadi Korban Kekerasan, Dibanting Saat Liputan Aksi Hari Buruh di Semarang
Sabtu, 3 Mei 2025
TRIBUNNEWS UPDATE
AJI Kecam Keras Aksi Polisi Banting Jurnalis Tempo saat Liput Demo Hari Buruh di Semarang
Sabtu, 3 Mei 2025
Terkini Nasional
Siapa Sangka! Jokowi Langsung Datang ke Polda, Laporkan Penuduh Ijazah Palsu Tanpa Ampun
Rabu, 30 April 2025
TRIBUNNEWS UPDATE
Momen Wartawan Disuruh ke Luar, Prabowo Langsung Tegur Direksi BUMN saat Meeting Tertutup Danantara
Selasa, 29 April 2025
Cerita Wartawan
CAWAN: Pengakuan Saksi Mata saat Jokowi Tunjukkan Ijazah UGM di Rumahnya
Jumat, 25 April 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.