Kamis, 15 Mei 2025

Terkini Daerah

Derita Cerebral Palsy dan Epilepsi, Remaja Ini Hanya Bisa Terbaring Lemah di Ruang PICU RSUD Nunukan

Rabu, 24 Agustus 2022 17:52 WIB
Tribun Kaltara

TRIBUN-VIDEO.COM - Novel (14) warga Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara) saat ini hanya bisa terbaring lemah di ruang PICU RSUD Nunukan dengan kondisi tubuh yang kurus.

Dari pantauan TribunKaltara.com, Novel hanya bisa melihat ke arah setiap orang yang datang membesuknya.

Akibat sakit yang dideritanya selama 3 tahun membuat Novel tak bisa berbicara bahkan lumpuh hingga berat badannya tak ideal lagi untuk anak seusianya.

Sang ibu Lisda Ludia Kabanga (35) asal Toraja, Sulawesi Selatan hanya seorang diri merawat Novel dan dua adiknya.

Novel merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Dari keterangan ibunya, Novel mulai sakit setahun setelah sang ibu bercerai dengan ayahnya di Malinau.

"Tahun 2017 saya cerai dengan bapaknya. Saya pergi Timika kerja. Enam anak saya tinggal dengan bapak dan neneknya di Malinau. Jadi waktu itu bapaknya bilang awalnya dia demam. Lalu dipanggil mantri suntik. Esoknya tidak bisa berdiri dan kencing juga susah," kata Lisda Ludia Kabanga kepada TribunKaltara.com, Senin (22/08/2022), pukul 15.00 Wita.

Setelah itu kata Lisda, mantan suaminya itu akhirnya membawa Novel ke RSUD Malinau.

Di rumah sakit tersebut Novel mengalami kritis hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit Tarakan.

Baca: Viral Video Seorang Ibu Bawa Poster Butuh Ganja Medis untuk Anaknya, Ternyata Idap Cerebral Palsy

"1 bulan di ruang ICU dan pernapasannya pakai alat bantu sudah. Bapaknya telepon saya di Timika katanya 'mungkin anakmu tinggal tunggu kau saja'. Saya langsung terbang ke Tarakan," ucapnya.

Menurut Lisda, dokter di Tarakan sempat mendiagnosa Novel menderita
Guillain-Barre Syndrome (GBS) yang merupakan sebuah penyakit autoimun yang langka. Hingga membuat Novel menjadi lumpuh.

Sementara itu dokter yang merawat Novel di ruang PICU RSUD Nunukan saat ini mendiagnosa Novel menderita Cerebral Palsy (lumpuh otak) dan Epilepsi.

Epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak.

Kedua penyakit itu yang membuat gairah makan Novel berkurang hingga memperburuk kondisi tubuhnya.

Selama 3 bulan lebih dirawat di rumah sakit Tarakan, Lisda mengaku anaknya sempat ada sedikit perubahan setelah diberikan obat oleh dokter saraf.

Baca: Penyebab Anak Alami Gangguan Motorik akibat Cerebral Palsy, Kenali Gejala dan Jenis Sejak Dini

"Dokter saraf di Tarakan tawarkan obat tapi tidak ditanggung BPJS. Dicobain 1 botol setelah itu bisa mendengar kalau dipanggil orang. Tapi 1 botol harganya Rp1.500.000. Saya tidak mampu," ujarnya.

Akhirnya Novel dibawa berobat alternatif ke Samarinda, Kalimantan Timur.

Meski belum terlalu membaik, namun karena tak ada biaya lagi untuk kebutuhan hidup selama di Samarinda, Lisda membawa pulang Novel ke bapaknya di Malinau.

"Tak berapa lama bapaknya telepon saya, bilang tidak sanggup jaga Novel karena mau kerja. Jadi kami sepakat Novel dan dua adiknya ikut sama saya. Sedangkan tiga anak saya tetap sama bapaknya di Malinau," tutur Lisda.

Jadi Tulang Punggung Keluarga dari Hasil Mabettang

Lisda lalu memutuskan untuk mencari nafkah ke Nunukan dengan membawa bersama Novel dan dua adiknya.

Ia menyebut sudah 2 tahun lebih tinggal ngekost di Nunukan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Lisda pergi mabetang (mengikat rumput laut) di Mamolo.

"Saya turun kerja pukul 10.00 Wita kadang siang, karena harus masak dulu, beri makan Novel dan adiknya. Apalagi novel harus disuap dan itu bisa berjam-jam. Untungnya lokasi mabetang dekat dari kost," ungkap Lisda sembari meneteskan air mata.

Dari hasil mabetang, Lisda hanya bisa membawa pulang uang paling banyak Rp98.000 tiap harinya. Harga satu tali beber Lisda sebesar Rp14.000.

Sementara dengan kondisi Lisda yang harus mengurus anak-anaknya, ia hanya bisa mendapat paling banyak 7 tali setiap harinya.

Bagi Lisda pendapatan dari hasil mabetang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Belum lagi harus membayar uang kost sebesar Rp500.000 per bulan.

"Kalau saya turun mabetang dari pagi sampai sore bisa dapat 10 tali. Tapi kan saya harus urus Novel. Novel itu pakai popok sehari bisa 3 kali ganti. Saya hanya bisa beli per biji Rp15.000. Belum lagi uang kost. Pemiliknya mau naikkan harga sewa jadi Rp900.000. Tapi saya minta tolong biar tetap harganya Rp500.000," imbuhnya.

Novel Harus Dirujuk ke Tarakan

Lisda menyampaikan Novel masuk ke Ruang PICU RSUD Nunukan pada pukul 19.00 Wita tadi malam.

Dari keterangan dokter, kata Lisda Novel harus dirujuk ke Tarakan untuk mendapat perawatan intensif.

"Jadi sebelumnya ada tim perawat dari Puskesmas Sedadap turun ke lokasi mabetang untuk pengecekan anak-anak. Jadi saya bilang ke perawat tolong lihat anak saya lumpuh di kost. Setelah lihat Novel, perawat itu bilang rujuk ke RSUD," pungkasnya.

Lisda juga khawatir dengan kondisi kesehatan Novel yang sekarang. Lantaran hampir tiap malam Novel mengalami kejang-kejang.

"Berat badan Novel itu 15 Kg. Sering kejang-kejang tiap malam. Tidur pun susah. Dia kadang merintih kesakitan. Jadi kalau merasa sakit tangannya yang dipulas-pulas gitu," terang Lisda.(*)

  
# Cerebral Palsy # epilepsi # RSUD Nunukan # Kerusakan Syaraf # Tarakan

Editor: Aditya Wisnu Wardana
Video Production: Gianta Firmandimas Adya Mahendra
Sumber: Tribun Kaltara

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved