Kamis, 15 Mei 2025

konflik rusia dan ukraina

Alasan Indonesia Akan Beli Minyak Mentah Rusia saat Banyak Negara Enggan Membelinya

Kamis, 7 April 2022 04:55 WIB
Kompas.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah mengeluarkan ancaman akan menghentikan pasokan gas ke negara-negara yang "tidak bersahabat" jika mereka tidak membayar impor gas dalam mata uang rubel Rusia.

Ancaman itu muncul setelah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris memberlakukan pembatasan impor minyak dan gas dari Rusia akibat invasinya ke Ukraina Februari lalu.

Di tengah upaya negara-negara yang membatasi hingga menghentikan impor energi dari Rusia, Indonesia, melalui perusahaan BUMN Pertamina, berencana membeli minyak mentah dari Rusia yang harganya lebih murah dari pasar internasional.

Kementrian Luar Negeri RI menegaskan, Indonesia bebas bekerja sama dengan negara mana pun, termasuk Rusia - kecuali ada sanksi yang diatur Dewan Keamanan PBB.

Rencana Pertamina beli minyak Rusia

Sementara di Indonesia, beberapa waktu lalu Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam rapat dengan Komisi VI DPR, mengatakan perusahan energi plat merah itu berencana membeli minyak mentah dari Rusia yang akan diolah di Kilang Balongan.

Nicke menambahkan, saat ini Pertamina tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Bank Indonesia untuk memastikan proses pembelian ini tidak menyebabkan permasalahan politis.

"Kami melihat ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik," kata Nicke seperti dikutip Reuters. Sedangkan Kementerian Luar Negeri RI, melalui juru bicaranya Teuku Faizasyah menegaskan, Indonesia bebas menjalin kerja sama bidang ekonomi dan lainnya dengan negara manapun.

Indonesia akan mematuhi larangan atau sanksi internasional jika diatur oleh Dewan Keamanan PBB.

"Indonesia tidak pernah mengikuti ajakan sanksi yang diberlakukan unilateral oleh pihak tertentu," kata Faizasyah dalam konferensi pers Kamis (31/03) seperti dikutip Kompas.

Sanksi Barat untuk minyak dan gas Rusia

AS telah mengumumkan larangan penuh atas impor minyak, gas, dan batu bara dari Rusia.

Sementara, sekutunya, Inggris akan menghentikan pasokan minyak dari Rusia pada akhir tahun ini, dan Uni Eropa tengah mengurangi impor gas dari Rusia hingga dua pertiganya.

Pemerintah Inggris mengatakan, langkah itu memberikan cukup waktu untuk mencari pasokan energi alternatif.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, upaya negara-negara yang menolak minyak dari Rusia akan menyebabkan "bencana bagi pasar global".

Harga minyak dan gas dunia telah meningkat sejak invasi ke Ukraina, dan jika Rusia menghentikan ekspor, harga energi tak terbarukan itu bisa meroket tajam.

Baca: Beredar Video Pasukan Ukraina Siksa Tawanan Rusia, Dieksekusi Mati hingga Muncul Genangan Darah

Apa yang akan terjadi jika gas Rusia berhenti mengalir ke Eropa?

Biaya pemanas ruangan--yang sudah tinggi--akan meningkat lebih tajam lagi. Hal itu disebabkan karena gas Rusia menyumbang sekitar 40 persen impor gas alam Uni Eropa yang sebagian besar digunakan untuk pemanas ruangan.

Jika sumber energi ini "mengering" maka negara yang paling sangat rentan adalah Italia dan Jerman.

Memang, negara-negara Eropa dapat beralih ke eksportir gas yang lain seperti Qatar, Aljazair atau Nigeria, tetapi terdapat hambatan-hambatan praktis untuk memperluas produksi dengan cepat.

Rusia hanya menyediakan sekitar 5 persen dari penggunaan gas di Inggris, dan AS tidak mengimpor gas Rusia.

Harga gas di Eropa, Inggris (dan pada tingkat lebih rendah, AS) melonjak secara signifikan setelah invasi, karena kekhawatiran akan kekurangan pasokan, meskipun kemudian turun kembali.

Baca: Hadapi Ancaman Perang Rusia, Inggris Kerjasama AS dan Australia Buat Senjata Hipersonik Mematikan?

Bisakah alternatifnya ditemukan?

AS telah setuju untuk mengirimkan tambahan 15 miliar meter kubik gas alam cair (LNG) ke Eropa pada akhir tahun ini. Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan 50 miliar meter kubik per tahun gas tambahan hingga setidaknya tahun 2030.

Namun analis riset kebijakan energi Ben McWilliams mengatakan, tidak mudah untuk mengganti gas yang mengalir dari Rusia. "Lebih sulit untuk mengganti gas karena kami memiliki pipa besar yang membawa gas Rusia ke Eropa," kata McWilliams.

Eropa juga dapat meningkatkan penggunaan sumber energi lain, tetapi untuk melakukan itu tidak cepat atau mudah.

"Membangun dan memproduksi energi terbarukan membutuhkan waktu sehingga dalam jangka pendek ini bukan solusi," kata analis riset Simone Tagliapietra.

"Jadi untuk musim dingin mendatang--yang bisa membuat perbedaan adalah pergantian bahan bakar seperti membuka pembangkit listrik tenaga batu bara, seperti yang direncanakan Italia dan Jerman jika terjadi keadaan darurat."

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Indonesia Mau Beli Minyak Rusia Saat Negara Lain Melarang?"

# Dampak Invasi Rusia # ekspor-impor minyak mentah Rusia # minyak mentah # Konflik Rusia dan Ukraina

Editor: Danang Risdinato
Sumber: Kompas.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved