Puasa Asyik
PUASA ASYIK: Menjelajah Masjid Laweyan di Kampung Batik Pajang
TRIBUN-VIDEO.COM - Bulan Ramadan selalu menjadi bulan yang dinantikan oleh umat muslim.
Segala keistimewaan dan keunikan bulan Ramadan hanya terjadi sekali saja dalam setahun.
Puasa Asyik kali ini akan menemani Tribunners menjalani ibadah puasa.
Kali ini kita masih menyusuri Kota Batik, alias Solo yang kaya akan peninggalan sejarah budaya dan keagamaannya.
Salah satu Masjid yang akan kita datangi adalah Masjid Laweyan.
Masjid Laweyan berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 162 meter persegi, di Kampung Pajang, Laweyan, Solo.
Lokasinya tidak jauh dari anak sungai Bengawan Solo, yang dulunya menjadi jalur perdagangan utama para saudagar.
Tidak hanya mengandung budaya Islam, namun masjid ini juga menyiratkan bangunan Pura, tempat ibadah umat Hindu.
Dikenal juga sebagagai Masjid Ki Ageng Henis, masjid ini dibangun pada tahun 1546 pada masa Sultan Hadiwijaya, salah satu sultan Kesultanan Pajang, yang merupakan cikal bakal dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Pada zaman Kerajaan Pajang sekitar tahun 1546 saat pemerintahan Sultan Hadiwijaya, berdiri sebuah Pura unutuk tempat ibadah umat Hindu di Pajang, Laweyan.
Penasehat kerajaan Pajang, yaitu Ki Ageng Henis bersahabat dengan pemuka agama Hindu bernama Ki Beluk.
Kedekatan mereka membuat salah satu Pura di Laweyan menjadi Langgar untuk melayani umat Islam beribadah.
Baca: Jelang Ramadan, Stok Daging Ayam di Pasar Segar Paal 2 Manado Naik, Capai Rp 38 Ribu per Kilogram
Setelah itu Langgar Laweyan dibangun menjadi Masjid Laweyan seperti sekarang.
Meskipun sudah mengalami pemugaran berkali-kali, Masjid Laweyan masih meninggalkan kesan autentik.
Salah satu daya tarik di Masjid ini adalah konstruksi bagunan yang menyerupai Pura.
Bentuk bangunan masjid yang mirip seperti kelenteng jawa, menjadi ciri khas Masjid Laweyan yang berbeda dengan bentuk masjid pada umumnya.
Ciri arsitektur Jawa ditemukan pula pada bentuk atap masjid, bentuk atap menggunakan tajuk atau bersusun.
Atap Masjid Laweyan terdiri atas dua bagian yang bersusun.
Ada dua belas pilar utama dari kayu jati kuno dan makam Ki Ageng Henis serta kerabat kerajaan zaman dahulu.
Terdapat tiga buah lorong di bagian depan masjid sebagai jalur masuk ke dalam Masjid Laweyan.
Tiga lorong itu merupakan simbol atau perlambang tiga jalan dalam upaya menuju tata kehidupan yang bijak yakni Islam, Iman dan Ihsan.
Lalu lintas perdagangan dan interaksi para pedagang dengan warga saat itu memperkaya keragaman budaya, salah satunya Masjid Laweyan, lahir dari akulturasi Hindu-Islam.
Menjelang sore hari, banyak masyarakat khususnya anak-anak belajar mengaji di Masjid Laweyan.
Sebagian dari mereka merupakan anak dari warga sekitar.
Ada waktu-waktu tertentu diadakan kajian di masjid ini.
Pada bulan Ramadhan, menjelang waktu berbuka puasa, akan ada Murottal.
Jamaah akan mendengarkan dan membaca ayat-ayat Al-Quran agar mendatangkan ketenangan jiwa.
Setelah berbuka puasa, akan dilanjutkan salat maghrib, shalat isya dan ibadah tarawih.
Setiap menjelang lebaran, Masjid Laweyan ramai dikunjungi oleh warga.
Biasanya mereka melakukan wisata religi atau sekedar berziarah.
Kalau Tribunners gimana, tertarik untuk mengunjungi Masjid Laweyan?
Sekian perjalanan Sara dalam Puasa Asyik kali ini.
Pantengin terus Puasa Asyik selanjutnya ya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.(*)
# puasa asyik # Masjid Laweyan # Kampung Batik # Kampung Pajang
Reporter: sara dita
Videografer: Bintang Nur Rahman
Video Production: Muhammad Askarullah
Sumber: Tribun Video
RamadanĀ 2025
Bekas Pura Jadi Masjid, Sejarah Masjid Laweyan Solo Perpaduan Islam-Hindu yang Terus Eksis
Sabtu, 15 Maret 2025
Live Update
Peringati Hari Batik Nasional, Kampung Batik Mayang Siap Menjadi Destinasi Wisata Buaya Nasional
Jumat, 4 Oktober 2024
Local Experience
Bekas Toko Ganja kini Tempat Ibadah di Kampung Batik Laweyan, Langgar Merdeka
Jumat, 10 Mei 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.