Senin, 12 Mei 2025

Konflik Rusia Ukraina

Volodymyr Zelensky Tolak Rencana Netralitas untuk Akui Krimea sebagai Bagian Rusia

Kamis, 17 Maret 2022 18:46 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menolak rencana netralitas 15 poin Rusia untuk mengakui Krimea sebagai bagian Rusia dan kemerdekaan Donbass.

Zelensky bersikeras mengenai prioritas Ukraina saat ini termasuk 'memulihkan integritas teritorial'.

"Pembicaraan tentang Ukraina berlanjut. Prioritas saya dalam pembicaraan sangat jelas, akhiri perang, jaminan keamanan, kedaulatan, pemulihan integritas teritorial, jaminan nyata untuk negara kita, perlindungan nyata negara kita," kata Zelensky, dalam sebuah video yang dibagikan di Telegram.

Sebelumnya, Rusia dan Ukraina telah mengisyaratkan adanya kemajuan negosiasi dengan mengamankan gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia, dikutip dari Daily Mail.

Ketentuan dalam rencana 15 poin, berarti Kyiv akan menyetujui netralitas dan menerima batasan militernya untuk menghentikan serangan Rusia di Ukraina.

Ada juga rencana untuk melarang Ukraina bergabung NATO dan berjanji untuk tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer atau persenjataan Barat dengan imbalan perlindungan.

Ketentuan lain termasuk hak mengabadikan bahasa Rusia di Ukraina.

Namun, desakan Rusia dalam rencana 15 poin itu adalah Ukraina mengakui pencaplokan Krimea serta kemerdekaan Luhansk dan Donetsk.

Baca: Tak Terima Vladimir Putin Disebut Penjahat Perang oleh Joe Biden, Pihak Rusia Balas dengan Ini

Presiden Rusia, Vladimir Putin bersikeras seluruh Donbass harus berpisah dari Ukraina.

Komentar Zelensky tentang prioritas Ukraina, termasuk memulihkan wilayah Ukraina, menunjukkan kedua pihak masih jauh dari menyelesaikan kesepakatan.

Rusia: Azov Melakukan Provokasi Berdarah

Rusia menanggapi klaim Ukraina tentang serangan udara yang menghancurkan sebuah teater di Mariupol dan membunuh warga sipil yang berlindung di sana.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tidak ada serangan terhadap sasaran darat di kota itu, seperti yang diberitakan India Times.

Rusia menuduh batalyon neo-Nazi "Azov" yang membunuh pasukannya dan sandera.

Militer Rusia mengetahui laporan gerilyawan "Azov" telah menahan warga sipil di dalam teater sebagai tameng manusia.

Mereka tidak menganggap gedung itu sebagai target serangan udara karena alasan itu.

Demikian keterangan dari perwakilan KementerianPertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov dalam sebuah pernyataan pada Rabu (16/3/2022).

Militan dari batalion nasionalis Azov meledakkan gedung teater Mariupol, yang sebelumnya dipasangi bahan peledak.

Kementerian Pertahanan membantah tuduhan Kiev tentang serangan udara di gedung teater, di mana warga sipil bisa disandera.

“Pada siang hari pada 16 Maret, penerbangan Rusia tidak melakukan misi yang melibatkan serangan terhadap target darat dalam batas Mariupol."

"Menurut informasi yang diverifikasi, militan dari batalion nasionalis Azov melakukan provokasi berdarah lain dengan meledakkan gedung teater yang dicurangi," kata Igor Konashenkov.

Baca: Permohonan Zelensky ke AS Terkabul, Biden Kirimkan Drone hingga Senjata Anti Perang Udara ke Ukraina

"Sebelumnya, para pengungsi yang melarikan diri dari Mariupol, menginformasikan bahwa Nazi dari batalyon Azov bisa saja menyandera warga sipil di gedung teater, menggunakan lantai atas sebagai titik tembak," tambahnya.

"Mengingat potensi bahaya bagi warga sipil dan mempertimbangkan provokasi 9 Maret dengan rumah sakit Mariupol nomor 3, gedung teater tidak pernah dianggap sebagai target serangan."

"Informasi terpercaya yang tersedia menunjukkan militan Azov melakukan 'provokasi berdarah baru dengan meledakkan gedung teater yang telah mereka ranjau," menurut Igor Konashenkov, dikutip dari RT.

Unit paramiliter Ukraina yang menggunakan simbol Nazi Perang Dunia II telah menjadikan Mariupol sebagai basisnya.

Mereka dilaporkan melarang warga sipil melarikan diri ke tempat yang aman ketika pasukan Rusia dan pejuang Republik Rakyat Donetsk mengepung kota Mariupol.

Pasukan Milisi Rakyat Republik Rakyat Donetsk (DPR) mengepung Mariupol pada 1 Maret 2022 dan saat ini berjuang untuk membebaskan kota tersebut.

Terlepas dari kesepakatan antara Moskow dan Kiev tentang koridor kemanusiaan, batalyon nasionalis mencegah penduduk setempat meninggalkan Mariupol dan mengancam mereka dengan senjata.

Namun demikian, beberapa ribu orang berhasil melarikan diri dari Mariupol.

Mariupol saat ini mengalami situasi kemanusiaan yang sulit, tidak ada air, listrik, gas, pasokan makanan.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Zelensky Tolak Tuntutan Moskow untuk Akui Kemerdekaan Donbass dan Krimea sebagai Bagian Rusia

# Volodymyr Zelensky # Presiden Ukraina # Konflik Rusia Ukraina # Krimea # Donbass # NATO # Kyiv # Vladimir Putin

Editor: Khaira Nova Hanugrahayu
Video Production: Puput Wulansari
Sumber: Tribunnews.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved