Menilik Tradisi Bau Nyale di Kawasan Pantai Mandalika, Ini Alasan Suku Sasak Menyukai Cacing Hijau

TRIBUN-VIDEO.COM - Traveler, Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang tersebar di berbagai daerah.

Satu di antaranya tradisi nyale yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di kawasan Pantai Mandalika.

Lantas seperti apa tradisi bau nyale ini?

Dikutip dari TribunLombok.com, bau nyale merupakan tradisi berupa menangkap cacing laut yang keluar dari celah bebatuan.

Biasanya tradisi ini dilakukan Suku Sasak di kawasan Pantai Mandalika, Lombok Tengah, NTB.

Baca: Kunjungan Menparekraf Sandiaga Uno: Bangga pada Desa Tetebatu Lombok

Pasalnya, Nyale dalam masyarakat Suku Sasak berarti cacing, sedangkan bau berarti menangkap.

Sementara itu, malam bau nyale biasanya dilakukan dini hari menjelang subuh.

Sedangkan berakhirnya bau nyale yakni menjelang terbitnya matahari dari arah timur.

Diketahui, ada berbagai jenis nyale yang keluar saat malam bau nyale.

Namun, nyale yang disukai masyarakat Suku Sasak adalah nyale hijau, yang memiliki rasa yang sangat lezat saat disantap.

Baca: Naik Empat Kali Lipat, Kisaran Harga Penginapan di Kuta Lombok Saat Nonton MotoGP Mandalika

Selain itu, nyale hijau juga sangat gurih dan memiliki banyak kandungan protein.

Nyale hijau ini keluar pada malam puncak bau nyale yaitu setiap tanggal 20 bulan 10 pada kalender Suku Sasak.

Sementara pemerintah menetapkan puncak bau nyale tahun ini pada tanggal 20-21 Februari 2022.

Penentuan tanggal tersebut berdasarkan hasil Sangkep Warige (Musyawarah) yang dipimpin oleh Ketua Majelis Adat Sasak H.Suardi BE, pada Sabtu (8/1). (*)

(Tribun-Video.com/TribunLombok.com)

Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Mengenal Jenis Nyale, Cacing Laut Favorit Masyarakat Suku Sasak Lombok

# Pantai Mandalika # Suku Sasak # cacing # Bau Nyale # Festival Bau Nyale #