Kamis, 15 Mei 2025

Terkini Daerah

Status Ditetapkan pada Level Waspada, Gunung Anak Krakatau Masih Berpotensi Erupsi

Sabtu, 5 Februari 2022 18:44 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDOE.COM, JAKARTA - Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Badan Geologi mencatat pada Jumat (4/2/2022) kemarin gunung yang berada di Selat Sunda itu mengalami letusan sebanyak sembilan kali.

"Pada 4 Februari 2022 teramati letusan sebanyak 9 kali yaitu pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 WIB," kata Kepala PVMBG Andiani melalui keterangan tertulis, Jumat (4/2/2022).

Erupsi terakhir pada pukul 17.07 WIB itu terjadi 3 menit sebelum terjadinya gempa di Banten pada Jumat (4/2/2022) kemarin.

Menurut keterangan resmi BMKG, gempa terjadi di kedalaman 10 km pada pukul 17.10 WIB, koordinat: 7.48 LS-105.92 BT.

Baca: Gempa Banten Murni Gempa Tektonik dan Tak Ada Kaitannya dengan Erupsi Gunung Anak Krakatau

Gempa terjadi di 71 km Barat Daya Bayah-Banten. BMKG menegaskan gempa tidak berpotensi tsunami.

Andiani menuturkan, tinggi kolom abu pada erupsi pukul 17.07 WIB itu mencapai ketinggian 1.000 meter (m) di atas puncak kawah.

Warna kolom kelabu-hitam tebal.

Baca: Gunung Anak Krakatau Erupsi 9 Kali, PVMBG Masih Berpotensi Keluarkan Lava Pijar & Berstatus Bahaya

"Pemantauan visual mengindikasikan bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam," ujarnya.

Dijelaskan Andiani, kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 16 Januari-4 Februari 2022 ditandai dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik dan gempa permukaan yang mengindikasikan adanya intrusi magma dari bawah ke permukaan secara bertahap.

"Peningkatan intrusi magmatik kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021 yang diindikasikan dengan terekamnya gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan," ujarnya.

Hal ini kata dia terjadi seiring dengan energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) serta pola ungkitan dari pengukuran tiltmeter yang menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat pada periode Januari-Februari 2022, yang disebabkan perubahan tekanan di permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida magma ke permukaan.

Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava.

"Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin," tuturnya.

Saat ini tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau ditetapkan pada level II atau waspada.

Dengan status waspada tersebut, masyarakat dan wisatawan dilarang untuk mendekati kawah Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari kawah aktif.

"Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah," tulis laporan Magma Indonesia, Kementerian ESDM.

Tak hanya itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengimbau warga menjauhi pantai di sepanjang selat Sunda.

"Waspada erupsi Gunung Anak Krakatau. Waspada potensi gelombang tinggi, agar menjauhi pantai Selat Sunda," bunyi pesan yang disebarkan BMKG.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Tangerang, Suwardi, membenarkan isi pesan berantai untuk menjauhi Pantai Selat Sunda itu.(tribun network/fah/dod)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gunung Anak Krakatau Masih Berpotensi Erupsi, Bahaya Dapat Berupa Lontaran Lava Pijar & Aliran Lava

# Gunung Anak Krakatau # Gunung Anak Krakatau Erupsi # erupsi # BMKG # Banten # abu vulkanik

Editor: Khaira Nova Hanugrahayu
Video Production: Okwida Kris Imawan Indra Cahaya
Sumber: Tribunnews.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved