Rabu, 14 Mei 2025

Sisi Lain Metropolitan

Fakta Menarik Seputar Stasiun Jakarta Kota, Dibangun oleh Arsitek Kelahiran Tulungagung

Rabu, 22 Desember 2021 21:34 WIB
TribunJakarta

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Stasiun Jakarta Kota merupakan salah satu stasiun yang di tetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Bangunan yang sudah berdiri sejak zaman Belanda ini, ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Gubernur Nomor 475 tahun 1993, 29 Maret 1993, dan juga SK Menbudpar Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05, 25 April 2005.

Ada banyak fakta menarik seputar Stasiun Jakarta-Kota.

Salah satunya, dibangun oleh seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, bernama Frans Johan Louwrens Ghijsels.

Manager Preservation and Documentation PT KAI (Persero), Hardika Hadi Rismaji menjelaskan, dahulu stasiun ini dikenal dengan nama Batavia Zuid.

Nama lain dari stasiun ini, juga disebut dengan nama Stasiun Beos, yang merupakan kependekan dari Batavia Ooster Spoorweg Maatschapij yang merupakan perusahaan maskapai angkutan kereta pada masa Hindia-Belanda.

Baca: Jadi Sejarah Kota Jakarta, Stasiun Jakarta Kota Terpahat Seni Unik Arsitektur Kelahirkan Tulungagung

Dalam sejarahnya Stasiun Jakarta-Kota diresmikan pada Oktober 1929 di bawah Gubernur Jenderal A.C.D De Graef yang kala itu berkuasa di zaman Hindia-Belanda.

Dibangun dengan berbalutan konsep art deco, Stasiun Jakarta-Kota konon merupakan stasiun termegah yang dibangun pada zamannya.

"Arsiteknya itu, membuat bangunan ini kental dengan nuansa art deco. Dia menggabungkan unsur modern Eropa, dengan kesederhanaan yang ada di lokal. Jadi perpaduan budaya modern dan Indonesia kala itu. Memang kalau dilihat, bangunan kurang lebih ke arah Eropa. Walaupun arsiteknya kelahiran Indonesia di Tulungagung, tapi dia sekolahnya di Eropa," kata Hardika, ditemui TribunJakarta, Selasa (14/12/2021).

Secara konsep, bangunan stasiun ini, memadukan struktur dan teknik modern barat dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.

Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini memiliki kesan yang megah dan besar, namun tetap sederhana.

Kemegahan tersebut, kini masih bisa saksikan lewat struktur atau bentuk bangunannya yang tinggi, dan bentuk atap baja yang melengkung.

Menurut Hardika, kala itu tidak banyak bangunan yang didirikan dengan desain atap baja melengkung.

Sehingga struktur bangunan seperti inilah yang kemudian menjadi cirikhas dari bangunan Stasiun Jakarta-Kota dari dulu, hingga sekarang.

"Ya yang membedakan Stasiun Jakarta-Kota sama yang lain, ya ini strukturnya," kata dia.

Terdiri dari dua lantai, area-area stasiun ini terbagi ke dalam beberapa unit.

Pada lantai pertama, saat ini digunakan sebagai lokasi operasional pelayanan kereta api.

Sementara di lantai dua, ada beberapa ruangan yang dahulu sempat digunakan sebagai ruangan kantor.

Pada bagian peron stasiun, sang arsitek menggunakan rangka atap frame berbentuk butterfly shed (kupu-kupu) dengan penyangga kolom baja pada stasiun ini.

Sementara dinding bagian dalam aula, dibuat dengan keramik berwarna coklat yang bertekstur kasar.

Atap barrel-vault yang digunakan pada stasiun Jakarta Kota bisa terlihat jelas pada bagian hall utamanya.

Bukaan terbesar, terdapat pada lunette yang berfungsi sebagai jendela.

Meski sempat beberapa kali dilakukan pemolesan ulang, namun struktur bangunan tersebut masih asli sampai sekarang.

Bahkan, selain struktur bangunan yang tidak berubah, terdapat beberapa peninggalan zaman dulu yang masih ada sampai sekarang.

Baca: Sidak Stasiun Jakarta Kota, Kapolda Metro-Pangdam Jaya Bagikan Masker Gratis

Salah satunya, ialah wastafel yang ada pada salah satu ruangan bekas kantor di lantai dua.

Meski sudah tidak lagi digunakan, wastafel tersebut masih terpasang pada tempatnya sampai sekarang.

Wastafel ini, konon sudah ada sejak pertama kali stasiun dibangun pada tahun 1920an.

"Strukturnya masih asli. Masih bisa dilihat sampai sekarang. Ini masih kokoh juga. Terus yang namanya kantor, ada ruangan yang ada wastafelnya. Sampai sekarang wastafel itu masih ada. Dari zaman Batavia, iya," imbuhnya.

Saat ini, kata Hardika Stasiun Jakarta-Kota beroperasi dengan melayani penumpang rute Jakarta-Bogor, Pasar Senen-Bekasi, dan juga Tanjung Periok-Jakarta Kota.

Mempunyai 12 jalur kereta api, Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun tipe Terminus. Dimana stasiun ini, merupakan stasiun akhir dan tidak mempunyai kelanjutan jalur rel kereta api.

Adapun saat ini, Stasiun Jakarta Kota dilengkapi dengan beberapa fasilitas. Diantaranya seperti musala, toilet, serta tenant-tenant minimarket dan kuliner. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Menyusuri Megahnya Stasiun Jakarta Kota Peninggalan Belanda Karya Arsitek Kelahiran Tulungagung

Baca berita terkait lainnya

Video Production: Megan FebryWibowo
Sumber: TribunJakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved