KALEIDOSKOP 2021
Kilas Balik Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu
TRIBUN-VIDEO.COM - Di awal tahun 2021, tepatnya (9/1), terjadi insiden memilukan yakni jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Pontianak.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mendadak hilang kontak di perairan Kepulauan Seribu.
62 orang meninggal dunia termasuk seorang balita dan awak kabin hingga meninggalkan luka kehilangan di keluarga korban yang amat membekas.
Berikut kilas balik insiden memilukan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182.
1. Kronologi Jatuhnya Pesawat
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta pukul 14.36 WIB.
Bila menurut jadwal, pesawat seharusnya terbang pukul 14.30 WIB, namun sempat mengalami penundaan lantaran kendala cuaca.
Informasi awal hilang kontaknya Sriwijaya SJ-182 diketahui dari data FlightRadar24 sekira pukul 17.24 WIB.
Dalam data tersebut pesawat berhenti di sekitar 11 mil laut dari Bandara Soe-tta atau di atas Kepulauan Seribu.
Pesawat sempat melewati ketinggian 11.000 kaki, tetapi tiba-tiba kehilangan ketinggian.
Selain itu, kecepatan pesawat juga turun drastis.
Baca: Kaleidoskop 2021 - 6 Artis yang Menikah di 2021
Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 358 knots.
Dalam waktu 15 detik, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terjun dari ketinggian sepuluh ribu kaki ke ketinggian 250 kaki.
Dari catatan Flightradar, pesawat SJ182 kehilangan ketinggian lebih dari 10.000 kaki dalam waktu kurang dari satu menit, sekitar empat menit setelah keberangkatan dari Jakarta.
Dari data yang tercatat ketinggian jelajah pesawat Sriwijaya Air SJ182 turun 5.500 kaki (dari 10.900 ke 5.400) dalam 15 detik.
Setelah itu dari turun ketinggian 5.400 kaki hingga 250 kaki dalam 7 detik.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.
ELT adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan pada pesawat.
ELT dapat dinyalakan langsung oleh pilot atau bisa hidup apabila pesawat menghantam sesuatu.
2. Proses Evakuasi Pesawat
Proses evakuasi pesawat dan jasad para korban dilakukan selama 13 hari sejak informasi hilang kontak diterima.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Basarnas dalam melakukan operasi yakni selama tujuh hari dan sudah diperpanjang dua kali.
Menteri Perhubungam Budi Kary Sumadi kemudian menyampaikan hasil pencarian kepada Presiden Jokowi.
Proses evakuasi korban dan puing-puing pesawat dibantu oleh beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Amerika Serikat hingga Korea.
Sejumlah penyelam juga diterjunkan untuk membantu proses evakuasi.
Dalam pencariannya, tim relawan menemukan berbagai macam benda mulai dari SIM, tas ransel, hingga bagian tubuh.
Meski begitu, pencarian korban dan puing-puing pesawat mengalami beberapa kendala.
Salah satu kendala yang harus dihadapi adalah dasar laut yang berlumpur dan diperparah dengan langit yang mendung.
Hal ini membuat jarak pandang para penyelam terbatas.
Selain ini juga risiko dekompresi atau masalah yang timbul akibat tekanan tinggi di kedalaman laut yang bisa mengakibatkan beragam penyakit seperti kelumpuhan hingga kematian.
Kala itu, tim DVI Polri berhasil mengidentifikasi 43 korban dan 32 di antaranya sudah diserahkan kepada pihak keluarga.
3. Kisah Sedih hingga Momen Terakhir Keluarga Korban
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mengakibatkan tewasnya 62 orang dengan rincian 56 penumpang dan enam awak aktif.
56 orang penumpang tersebut terdiri dari 40 orang dewasa, tujuh orang anak-anak dan tiga orang balita.
Meninggalnya para korban dalam kecelakaan ini meyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Satu di antaranya keluarga Riyanto, warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Keluarag Riyanto menyebut, korban sempat dilarang sang anak untuk berangkat ke Jakarta.
Riyanto berangkat bersama kakaknya, Suyanto ke Jakarta menggunakan bus dari Terminal Pilangsari, Sragen.
Sebelum berangkat, anak Riyanto yang masih berusia 1 tahun tidak memperbolehkannya pergi.
Riyanto kemudian menghibur sang anak lalu menidurkannya sebelum akhirnya berangkat bersama Suyanto.
Bahkan, Riyanto sempat menitipkan pesan kepada sang istri yang menyebut bila sang anak merasa rindu, maka bisa melihat pakaian Riyanto.
Hal itu diceritakan oleh istri Riyanto sambil menangis.
Firasat juga dirasakan oleh keluarga pilot Sriwijaya Air SJ-182, Kapten Afwan.
Baca: Kaleidoskop 2021: 7 Orang Hilang yang Gegerkan Indonesia, Hilangnya Brigadir Agus hingga Prank Yana
Ferza Mahardika, keponakan Kapten Afwan mengatakan, merasakan hal yang tak biasa saat keberangkatan sang pilot.
Kapten Afwan mendadak minta maaf kepada istri dan anaknya saat hendak berangkat.
Sang anak yang mendengar permintaan maaf itu menyebut sang ayah berlebihan.
Tak disangka, momen tersebut ternyata menjadi momen terakhir keluarga bertemu dengan Kapten Afwan.
Pasangan pengantin baru juga menjadi korban dalam insiden kecelakaan ini.
Ihsan Adhlan Hakim dan Putri Wahyuni merupakan pasangan suami istri yang baru menikah pada akhir tahun 2020.
Tujuan keduanya ke Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) untuk menggelar acara ngunduh mantu.
Namun takdir berkata lain, keduanya menjadi korban meninggal dalam insiden tragis tersebut.
Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mengejutkan banyak pihak terlebih keluarga para penumpang.
Ayah dan ibunda Fadly Satrianto tak dapat menyembunyikan rasa sedih mereka saat jenazah sang putra tiba di rumah duka.
Suasana haru serta tangis sanak saudara langsung pecah.
Sang ayah tampak sesekali menunduk menahan air mata, sementara sang ibu terus menangis sambil sesekali meraba serta memeluk foto sang anak.
4. Hoaks Seputar Jatuhnya Sriwijaya
Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 juga diikuti sejumlah berita bohong atau hoaks yang muncul di media sosial.
Hoaks pertama adalah kabar tentang adanya bayi yang selamat dari kecelakaan.
Bahkan informasi tersebut juga disertai dengan foto bayi yang sedang menangis serta mengenakan topi pelampung.
Dari penelusuranm ternyata bayi tersebut merupakan korban selamat dari kecelakaan pesawat Lion Air JT610 di Pantai Karawang pada (3/7/2018) lalu.
Selanjutnya beredarnya video kepanikan sebelum pesawat jatuh.
Video itu diunggah di akun Facebook dengan narasi detik-detik di dalam pesawat sebelum meledak.
Setelah ditelusuri, ternyata video itu merupakan kejadian turbulensi di pesawat Etihad Airways EY 474 rute Abu Dhabi-Jakarta pada Rabu (4/5/2016).
Hoaks berikutnya tentang tanda Save Our Soul (SOS) di Pulau Laki yang lokasinya berada tak jauh dari jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182.
Banyak netizen berharap simbol itu menjadi tanda adanya keajaiban, bahwa ternyata masih ada korban yang selamat dalam insiden jatuhnya pesawat tersebut.
Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu Fredian mengatakan, pihaknya bersama Basarnas dan TNI Angkatan Laut telah menyisir Pulau Laki dari awal kejadian kecelakaan.
Namun, tidak ditemukan adanya penumpang yang selamat.
Baca: Kaleidoskop 2021: Kasus Mutilasi yang Terjadi Sepanjang 2021
5. Pencarian dan Penemuan Black Box
Bagian dari Black Box yakni Flight Data Recorder (FDR) ditemukan pada hari keempat pencarian yakni Selasa (12/1/2021) pukul 16.40 WIB.
FDR langsung diberikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto kepada KNKT untuk dilakukan investigasi.
FDR ini berisi rekaman yang merupakan laporan keadaan mesin pesawat.
Laporan tersebut meliputi rekaman pesawat, ketinggian, percepatan vertikal dan aliran bahan bakar.
Setelah ditemukan, FDR akan dilakukan investigasi oleh KNKT sehingga bisa diketahui penyebab teknis dari kecelakaan pesawat SJ-182.
FDR menyimpan data selama 25 jam penerbangan dan tentunya bisa membantu KNKT dalam melakukan investigasi.
Sementara itu, bagian lain dari Black Box yakni Cockpit Voice Recorder (CVR) ditemukan pada Rabu (31/3/2021) atau dua bulan setelah insiden jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182.
Sebelumnya, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkapkan, tanpa adanya CVR, pihaknya tidak bisa mendapatkan data percakapan yang terjadi di kokpit antara pilot dan co-pilot.
Padahal data tersebut sangat signifikan untuk proses investigasi penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182.
6. Dugaan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya
Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan, pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Kepulauan Seribu adalah jenis Boeing 737-500.
Pesawat dibuat pada 1994 jadi usianya sekitar 25-26 tahun.
Meski begitu, ia mengatakan usia pesawat tak mempengaruhi apapun bila maintenance dilakukan dengan baik.
Pesawat tersebut pertama kali digunakan oleh maskapai AS, Continental Airlines setelah keluar dari pabrik pada 1994, kemudian dipakai oleh maskapai United mulai Oktober 2010.
Baru pada Mei 2012, pesawat dioperasikan oleh Sriwijaya Air.
Berikut adalah spesifikasi pesawat Sriwijaya yang jatuh dihimpun dari berbagai sumber.
Registrasi: PK-CLC Serial number: 27323
Tipe: Boeing 737-500
Mesin: 2 buah CFMI CFM56-3C1
Terbang perdana: 13/05/1994
Umur pesawat: 26,7 tahun
Konfigurasi: Kelas ekonomi 112 penumpang
Kemudian berdasarkan data flightradar, pesawat Sriwijaya dapat diduga menukik tajam dalam keadaan stall atau macet.
Menurut panduan Stall and Spin Accidents, stall lebih mungkin terjadi ketika pesawat ada dalam fase keberangkatan, yaitu lepas landas, naik ke ketinggian, dan berputar.
Menurut Aeronautical Dictionary oleh Deborah Balter, macet bisa terjadi karena dua hal.
Pertama perbedaan sudut sayap pesawat dengan aliran angin (Angle of Attack) terlalu besar, lebih dari 15 derajat. Artinya, pesawat mendaki terlalu cepat.
Stall juga bisa terjadi karena cairan dalam pipa bensin atau pipa lainnya macet atau vapor lock.
Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Iwin Jauwena angkat bicara menjawab kondisi pesawat jatuh.
Sebelum insiden, ia memastikan pesawat dalam kondisi baik lantaran sebelumnya sudah melakukan beberapa perjalanan.
Bila dilihat dari laporan maintenance juga terlihat semua baik-baik saja.
Soal delaynya pesawat, ia menyebut murni karna kendala cuaca yang saat itu tidak mendukung lantaran hujan deras.
Insiden kecelakaan yang menimpa Sriwijaya Air SJ-182 menjadi kenangan buruk di awal tahun 2021.
Semoga keluarga para korban yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan dan insiden serupa tak terjadi lagi di tahun 2022 mendatang. (*)
# Sriwijaya Air SJ-182 # Bandara Soekarno-Hatta # Pontianak # kecelakaan
Reporter: Ratu Budhi Sejati
Sumber: Tribunnews.com
Tribunnews Update
Sosok Dian Sandi Penyebar Foto Ijazah Jokowi hingga Hasan Nasbi Batal Mundur dari Kepala PCO
4 hari lalu
Tribunnews Update
Sosok Gus Alam Anggota DPR Meninggal di Tol Pemalang, Putra Ulama NU yang Juga Ketua DPP PKB
4 hari lalu
Nasional
NGERI! Detik-detik Laka Bus ALS di Padang, Badan Bus Sampai Terbelah, 12 Orang Tewas
4 hari lalu
TRIBUNNEWS UPDATE
1 ABK Ditemukan Tewas di Kapal Feri Muchlisa yang Tenggelam, 1 Korban Masih Dalam Pencarian Tim SAR
4 hari lalu
TRIBUNNEWS UPDATE
Anggota DPR Gus Alam Meninggal Usai Kecelakaan, Ganjar hingga Taj Yasin Melayat di Rumah Duka
4 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.