LIPUTAN KHUSUS
Dahulu Menjadi Area Pemakaman Hewan Peliharaan Raja Pakubuwana X
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUN-VIDEO.COM, SUKOHARJO - Sebuah kuburan di barat jalan Ir. Soekarno Dusun Tanjunganom, Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo menarik perhatian.
Sebab, ada satu kuburan yang tidak digeser dan tetap dibiarkan oleh warga.
Setelah ditelusuri ternyata malam tersebut adalah makam Kucing Raja Solo, PB X.
Hal tersebut diketahui setelah KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro bersama sejumlah pegiat media sosial memosting keberadaan makam tersebut, banyak warga yang mengetahui jika ternyata batu nisan itu merupakan makam Kucing Raja Solo, PB X.
Layaknya makam-makam keramat atau makam para Wali, makam itu juga mulai diziarahi.
Bahkan, ada rombongan dari Jawa Timur yang datang untuk berziarah.
Nah, lantas bagaiamana makam kucing raja itu bisa ada disitu?
Baca: Sejarah Makam Misterius yang Ada di Trotoar Jalan Ir Soekarno Sukoharjo
TribunSolo.com berhasil mendapatkan keterangan lengkap dari salah satu keturunan Raja Solo.
KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro yang merupakan keturunan IV atau Canggah Dalem PB X.
Kucing raja Kasunanan Surakarta ini berjenis Candramawa. Bernama Nyai Tembong.
Pada batu nisan tersebut, juga terdapat tulisan aksara jawa yang dibaca Klangenan Dalem Nyai Tembong.
"Wujud kucingnya berwarna hitam, dan matanya juga hitam," katanya, Minggu (31/10/2021).
Diperkirakan, makam itu sudah ada antara tahun 1893 hingga 1939, saat masa kepimpinan PB X di Kasunanan Surakarta.
Dulunya, kawasan tersebut dijadikan areal makam hewan peliharaan raja. Utamanya makam hewan Gajah, Kerbau, dan Kuda.
Baca: Cerita Makam Misterius yang Ada di Trotoar Jalan Ir Soekarno Sukoharjo, Tak Pernah Dipindahkan
Jalan penghubung Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo, berada di sebelah timur makan.
"Setelah ada pelebaran jalan ini, sejumlah kampung dan makam dipindahkan. Tapi hanya makam ini (Nyai Tembong) yang tidak dipindahkan," jelasnya.
Nuki mengatakan, pada zaman dahulu, tempat seperti ini lebih berbau ke hal-hal mistis.
Banyak petani yang datang, memberikan serahan bumi agar Nyai Tembong melindungi pertanian mereka, agar hasil panen mereka berhasil, dan terhindar dari serangan hama.
"Tapi saat ini, saya harap masyarakat bisa arif dan bijak, untuk melihat ini sebagai kearifan lokal," ucapnya.
"Ini suatu budaya, yang tidak bisa melupakan atau mengilangkan masa lalu kita. Maka, mari pelihara peninggalan ini untuk anak cucu kita," harapnya. (*)
Sumber: TribunSolo.com
Live Update
Live Update Sore: 2 Pemuda di Sukoharjo Ditemukan Penuh Luka Bacok, Preman di Depok Bawa Senpi
7 hari lalu
Live Update
Damkar Gerak Cepat Tolong Bocah yang Terkunci Dalam Mobil hingga Tampak Lemas di Sukoharjo
Selasa, 13 Mei 2025
Live Update
PT Sritex Sukoharjo Beroperasi Lagi, Investor Baru Masih Jadi Teka-Teki
Sabtu, 10 Mei 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.