Terkini Daerah
Warga Mengenang 3 Tahun Gempa Lombok, Salwidah: Rasanya seperti Mau Kiamat
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUN-VIDEO.COM, MATARAM – Hari ini, 5 Agustus 2021 bertepatan dengan gempa dahsyat mengguncang Lombok tiga tahun silam.
Gempa bumi dengan magnitudo 7,0 pada kedalaman 15 km itu terjadi hari Minggu, 5 Agustus 2018, pukul 18:45:35 WIB.
Gempa tersebut meluluhlantakkan rumah-rumah warga, rumah ibadah, dan kantor pemerintahan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat kurang lebih 243.744 rumah warga rusak akibat gempa tersebut.
Saat ini, kehidupan warga yang terdampak gempa tersebut sebagian besar sudah normal. Rasa trauma pun sudah mulai menghilang.
Tapi gempa dahsyat tersebut tidak akan pernah hilang dari ingatan warga.
Guncangan gempa besar berkali-kali sulit untuk dihapus.
Seperti diungkapkan Salwidah (50), warga Dusun Ranjok Utara, Desa Dopang, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
Baca: Warga Korban Gempa Lombok Mulai Bangun Kembali Rumahnya
Rasa trauma dalam dirinya sudah perlahan menghilang. Dia beraktivitas dan bekerja tanpa rasa takut gempa lagi.
Tapi masih mengingat betul kejadian malam itu.
”Seperti mau kiamat, ingat sih, seperti kiamat,” kata Salwidah, sembari tersenyum, mengenang gempa tersebut.
Saat gempa tersebut, dia baru selesai salat dan masih mengenakan mukenah sembari duduk-duduk di berugak (gazebo) halaman rumahnya.
Tiba-tiba terjadi gempa dan listrik padam seketika.
”Gelap kan langsung, orang-orang dari arah sana (barat) pada lari semua, mereka takut tsnunami, kita tambah (takut) jadinya,” tuturnya.
Karena ketakutan, Salwidah dan anaknya saling peluk di halaman rumah sembil menangis.
Mereka melihat sendiri rumah-rumah warga di kampung Ranjok Utara ambruk, termasuk rumahnya.
Kala itu, semua warga ketakutan dengan gempa tersebut sehingga lari mencari tempat aman.
Mereka semua tinggal di tenda pengungsian berdesak-desakan dan hidup mengandalkan bantuan.
Tapi kini, setelah tiga tahun lamanya, kehidupan warga sudah berangsur normal.
Baca: 60 Gitaris Gelar Konser Peduli Gempa Lombok, Palu, dan Donggala di Bentara Budaya Jakarta
Dia pun merasa suda tidak trauma lagi dengan gempa. Bahkan merasa semakin akrab dengan bencana tersebut.
Di sisi lain, menurut Salwidah, hubungan antar warga semakin erat karena selama berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsian.
”Kalau ingat masa-masa kita mengungsi, kalau ngumpul itu dah yang dibahas sambil ketawa-ketawa,” ujarnya.
Sekarang mereka sudah membangun kembali rumahnya dengan bantuan dana stimulus dari pemerintah.
Bantuan tersebut dipakai tetapi tidak cukup untuk membangun kembali rumahnya secara total.
”Saya memilih menerima bahan bangunan dan bangun sendiri,” jelasnya.
Rumah yang dia bangun saat ini menggunakan standar tahan gempa. Sebab dalam membangun mereka pun mendapat pengawasan.
”Mudahan tidak terjadi gempa lagi,” harapnya.
Tidak hanya rumah, gempa juga merusak sekolah di tempat itu.
Kini sekolah-sekolah sudah dibangun kembali dengan standar bangunan tahan gempa.
Baca: Pascagempa Lombok, Pemerintah Upayakan Percepatan Pembangunan
Tapi karena pandemi Covid-19, para siswa belum bisa masuk.
Seperti di SDN 1 Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
Bangunan sekolah ini sudah berdiri kokoh dengan konstruksi lebih kokoh dibandingkan sebelumnya.
Muhammad Nakiyuni, SDN 1 Guntur Macan mengatakan, gempa membuat sekolah mereka rusak.
Tapi sekarang sudah dibangun lagi dengan konstruksi lebih kuat dan tahan gempa.
”Kita tidak mengharapkan gempa tetapi kalau terjadi gempa kita harapkan bangunan ini bisa tahan,” katanya.
(*)
Sumber: Tribun Lombok
Live Update
Delegasi IGS Keliling Kota Tua Ampenan dan Museum NTB, Terpesona Kuliner Lombok
21 jam lalu
Live Update
Kanwil Kemenag NTB Serukan Dirinya Mundur, Jika Keberangkatan Haji Bupati Lombok Tengah Tertunda
3 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.