Kamis, 15 Mei 2025

Travel

Wisata Religi di Masjid Agung Surakarta, Peninggalan Mataram Islam di Kota Solo

Kamis, 6 Mei 2021 22:01 WIB
Kompas.com

TRIBUN-VIDEO.COM – Kota Solo atau Surakarta yang ada di Provinsi Jawa Tengah memiliki satu bangunan keraton atau istana yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan istana kelima Mataram Islam setelah Kotagede, Kerto, Pleret, dan Kartasura.

Karena pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam, Kota Solo pun memiliki situs sejarah lain selain keraton.

Salah satu situs sejarah yang sampai saat ini bisa dikunjungi, bahkan masih berfungsi seperti sedia kala adalah Masjid Agung Surakarta.

Sejarah Masjid Agung Surakarta

Sejarah berdirinya Masjid Agung Surakarta, dilansir dari cagarbudaya.kemendikbud.go.id, tidak lepas dari peristiwa perpindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura menuju Desa Sala (Solo) pada 17 Februari 1745.

Perpindahan pusat kerajaan itu dilakukan pada masa pemerintahan Pakubuwana II dan keraton baru dinamakan Surakarta.

Adapun, rintisan pembangunan Masjid Agung Surakarta juga dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton.

Pada masa pemerintahan Pakubuwana III, pembangunan masjid dimulai pada tahun 1757 dan diperkirakan selesai pada tahun 1768.

Informasi tersebut diketahui dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta.

Sebagai informasi, Mataram Islam terbagi menjadi dua pada masa pemerintahan Pakubuwana III melalui perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Berlanjutnya pembangunan Masjid Agung Surakarta

Setelah Masjid Agung Surakarta berdiri, pembangunan masih berlanjut.

Pada masa pemerintahan Pakubuwana IV, mustaka berbentuk paku bumi ditambahkan di puncak atap masjid.

Penggantian tiang juga dilakukan pada tahun 1791.

Saat itu, tiang lama berbentuk persegi yang merupakan bawaan dari Masjid Agung Kartasura diganti menjadi tiang baru berbentuk bulat.

Renovasi kembali dilakukan saat masa Pakubuwana VII (1830-1875), yakni pendirian Pawestren pada 1850, perluasan serambi masjid dengan kolom-kolom bergaya doric.

Serambi ini dibangun dengan lantai yang lebih rendah.

Selain itu, dibangun juga pagar tembok keliling masjid pada tahun 1858.

Sebelumnya pada tahun 1855, mustaka masjid diganti karena tersambar petir.

Kemudian pada masa Pakubuwana X (1893-1939), menara dibangun di halaman masjid.

Dilakukan pula pembangunan jam matahari untuk mempermudah penentuan waktu shalat.

Gapura utama pun diganti menjadi gapura baru bergaya arsitektur Persia pada 1901.

Kemudian, kolam air yang dulu difungsikan untuk bersuci diganti dengan bentuk pancuran atau keran.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Masjid Agung Surakarta, Peninggalan Mataram Islam di Kota Solo

Editor: Radifan Setiawan
Video Production: Ignatius Agustha Kurniawan
Sumber: Kompas.com

Tags
   #Masjid Agung Surakarta   #Solo   #Mataram

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved