Kamis, 15 Mei 2025

IMLEK 2021

Sejarah Barongsai di Indonesia, Pelarangan Zaman Orba hingga Obati Kerinduan dengan Barong Bali

Sabtu, 13 Februari 2021 08:08 WIB
TribunJakarta

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir 

TRIBUN-VIDEO.COM, SERPONG - Barongsai kini sudah menjadi identitas tersendiri Bangsa Indonesia. Penari berkostum seperti singa dan tetabuhan gendang yang menggelora sudah sangat khas melekat dengan masyarakat.

Warna yang cerah dan koreografi yang menarik, disukai berbagai kalangan, terlebih anak-anak.

Kala pertunjukkan tradisi Tionghoa itu dimulai, sorotan akan langsung tertuju padanya.

Di Indonesia, barongsai memiliki sejarah yang panjang, mulai sebagai seni pemersatu, sempat dilarang pada masa Orde Baru (Orba), hingga perkembangannya saat ini. 

Azmi Abubakar, Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, di Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), menceritakan sejarah tarian tradisional asal Tiongkok itu.

Dalam literatur kuno yang dikoleksinya, Azmi mengungkapkan, pada tahun 1850, jauh sebelum Indonesia merdeka, pertunjukan barongsai selalu dinanti kala menjelang tahun baru Imlek.

Pada masa itu, Kawasan Glodok, Jakarta, menjadi pusat arena pawai seni etnis Tionghoa itu.

Hampir selama sebulan, sebelum dan sesudah Imlek, Glodok menjadi pasar rakyat.

Baca: TRIBUN TRAVEL UPDATE: Hari Libur Imlek, Masyarakat Datangi Pertunjukan Liong Bawah Air di JAQS

"Karawang, Depok, Tangerang itu tumpah ruah ke Glodok, Jakarta pas menjelang Imlek, hari H Imlek, sampai Cap Go Meh. Bahkan kemeriahannya bisa lewat," kata Azmi.

Sepanjang jalan, para saudagar datang ke Glodok menjajakan komoditi andalannya.

Sementara, hiburan datang dari para penari barongsai. Mereka berlenggak-lenggok sepanjang jalan menghibur masyarakat. 

Seperti melihat pertunjukan yang mengamen, para penonton memberikan angpau lewat mulut barongsai.

Azmi menyebut momentum Imlek tersebut sebagai pemersatu. Tidak ada pemisahan pribumi dan pendatang. Berbagai etnis berbaur dalam kehangatan dan keceriaan.

Bahkan, Imlek kala itu juga menjadi momentum pelaku seni tradisi lokal Jakarta dan sekitarnya untuk unjuk gigi.

Sebut saja tanjidor, cokek, gambang kromong, beksi ikut menikmati euforia masyarakat. Mereka mendapat panggung.

"Nah ini yang kemudian menghidupkan perekonomian, budaya, dan hubungan solidaritas. jadi kan ada interaksi antar masyarakat," ungkapnya.

Eksistensi etnis Tionghoa dengan perayaan seperti mencapai puncaknya kala Presiden Sukarno menetapkan hari besar, di antaranya tahun baru Imlek. (*)

Editor: Aprilia Saraswati
Video Production: Muhammad Ulung Dzikrillah
Sumber: TribunJakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved