Mata Lokal Virtual Tour
Wacana Cuti Bersama Akhir Tahun 2020 akan Dipangkas, PHRI Mengungkapkan Kekecewaannya
TRIBUN-VIDEO.COM – Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) mengungkapkan kekecewaannya terkait wacana pemangkasan cuti bersama di akhir tahun 2020.
Pasalnya, periode cuti bersama di akhir tahun nanti diharapkan bisa jadi salah satu angin segar bagi sektor pariwisata.
Dalam beberapa kali periode libur panjang terbukti bisa memberikan sedikit angin segar untuk sektor pariwisata.
Walaupun kecil, kata Maulana, kontribusinya cukup untuk membuat hotel dan restoran bisa bertahan sedikit lebih lama.
Ia mencontohkan, dalam periode libur panjang akhir Oktober 2020 kemarin untuk okupansi hotel bertambah sekitar 5-6 persen dari biasanya.
“Sejak Maret sampai November berarti sudah sembilan bulan khususnya di hotel, rata-rata hanya antara 20-30 okupansinya dalam sembilan bulan ini,” kata Maulana ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (25/11/2020).
Jika dibandingkan per tahunnya dalam kondisi bukan pandemi, okupansi hotel paling rendah biasa terjadi hanya satu bulan dalam setahun dengan angka 40 persen.
Maka dari itu dengan kondisi hotel hanya memiliki rata-rata okupansi 20-30 persen dalam sembilan bulan terakhir, tentu saja sangat memberatkan para pelaku usaha termasuk masyarakat yang terlibat sebagai pekerja di dalam sektor tersebut.
Menurut Maulana, pemerintah bisa dibilang salah fokus dalam menangani masalah ini. Seharusnya pemerintah bisa melihat permasalahan ini dari sisi lain, yakni ekonomi di sektor pariwisata yang melibatkan begitu banyak orang.
Pelaku usaha, kata Maulana, bertanggung jawab terhadap kehidupan karyawannya. Mereka harus membayar gaji karyawannya, menjaga mereka agar tetap bisa berpenghasilan.
“Geliat wisata yang mutlak akan menggerakkan ekonomi di segala lini masyarakat dan juga dibutuhkan oleh negara.
Pemerintah tanpa pelaku ekonomi kan tidak bisa apa-apa mereka,” tambah dia. Ia menyayangkan kebijakan pemerintah yang belum tegas.
Seperti menghentikan perkumpulan-perkumpulan tertentu, atau kegiatan politik yang tidak berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyarakat.
Seharusnya pemerintah bisa lebih fokus pada menerapkan kebijakan yang tegas untuk menjaga sektor ekonomi tetap bisa berjalan bersamaan dengan prosedur kesehatan yang ketat agar masyarakat tetap aman.
“Jadi statement soal setiap ada pergerakan pariwisata ini terjadi peningkatan Covid, seharusnya bukan itu yang diangkat,” ujar Maulana.
Ia menyatakan bahwa sebaiknya pemerintah bisa memberikan kebijakan atau langkah baru terkait peningkatan pengawasan dan penerapan adaptasi normal baru oleh masyarakat.
Sehingga masyarakat jadi teredukasi dan akhirnya terbiasa menerapkan protokol kesehatan dengan baik di mana pun mereka berada.
Baik ketika berada di rumah, sedang bekerja, atau pun ketika liburan. Karena hingga kini, kata Maulana, belum semua masyarakat sadar untuk menerapkan gerakan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Selain ketegasan pemerintah dan pertimbangan isu yang dibicarakan, Maulana juga menyebut bahwa seharusnya libur panjang dan cuti bersama di akhir tahun bisa dijadikan ajang trial atau percobaan.
Maksudnya, pemerintah bisa menjadikan periode tersebut sebagai sesi praktik peningkatan pengawasan.
“Tantangan pemerintah di situ, bagaimana mereka menurunkan tim satgasnya untuk mengawasi pergerakan orang.
Bukannya mereka dihalangi untuk bergerak,” jelas Maulana. Menurutnya, kebijakan seperti ini tidak bisa dilakukan untuk jangka panjang.
Kuncinya tetap pada ketegasan pemerintah dalam mengawasi berjalannya protokol kesehatan di segala lini, menjaga masyarakat untuk tetap melakukan protokol kesehatan dengan baik.
Pasalnya, untuk menyelesaikan segala masalah termasuk pandemi ini, pemerintah sangat membutuhkan kegiatan ekonomi yang berjalan dengan baik.
Termasuk kegiatan ekonomi yang berlangsung di sektor pariwisata. “Sekarang kondisi pelaku usaha sudah kritis.
Makanya kita selalu bilang kalau mau menyelamatkan itu selamatkan pelaku usahanya dulu supaya dia bisa bayar gaji karyawannya.
Itu yang harusnya dilakukan,” tegas Maulana. Sebelumnya, wacana pemangkasan cuti bersama ini diungkapkan Presiden Joko Widodo agar masyarakat tak berbondong-bondong pergi berlibur yang diduga jadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir ini.
Instruksi Jokowi itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/11/2020).(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Asosiasi Pariwisata Kecewa jika Cuti Bersama Akhir Tahun Dipangkas
Sumber: Kompas.com
Live Update
3 Paslon Adu Gagasan soal Pengembangan Potensi Kemajuan Daerah saat Debat Kedua Calon Gubernur NTB
Sabtu, 9 November 2024
Live Update
Pengadilan Agama Jombang Tetap Berjalan saat Isu Ribuan Hakim Kompak Cuti Bersama 7-11 Oktober
Selasa, 8 Oktober 2024
Live Update
Kecewa Gegara Gaji 12 Tahun Tak Naik, Hakim di Pengadilan Negeri Mamuju Kompak Cuti Bersama
Senin, 7 Oktober 2024
Live Update
Presiden Jokowi Manfaatkan Cuti Bersama Natal dan Tahun Baru untuk Pulang Kampung ke Solo
Minggu, 24 Desember 2023
Terkini Nasional
Libur Cuti Bersama Iduladha, DPR Peringatkan Perusahaan Tak Potong Gaji Pegawai saat Cuti Bersama
Selasa, 27 Juni 2023
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.