Kamis, 15 Mei 2025

Terkini Daerah

Layani Penjualan Nontunai di Pasar Manis, Dewi Tak Bingung Lagi Cari Uang Kembalian

Sabtu, 19 September 2020 21:52 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDEO.COM, PURWOKERTO - Hampir satu tahun belakangan ini, Rahayu Yuli (35), pedagang Pasar Manis Purwokerto pulang tanpa membawa uang cash hasil jualan. Padahal, sayuran yang dia jual laris manis.

Ini terjadi lantaran jual beli di lapaknya menerapkan transaksi nontunai. Pembeli cukup memindai barcode di depan lapaknya saat akan membayar belanjaan.

Menurutnya, transaksi nontunai atau cashless ini justru meningkatkan penjualan dibanding transaksi tunai.

 

Semenjak memanfaatkan transaksi nontunai, ia mengaku lebih banyak menjangkau konsumen dari berbagai kalangan, terutama pendatang ataupun milenial.

Tantangan yang dihadapi saat ini adalah membagi waktu antara melayani pembeli yang menggunakan tunai ataupun yang nontunai.

Pendapat senada disampaikan Dewi Lestari (40), pedagang telur di Pasar Manis, yang mengaku sangat terbantu dengan adanya transaksi nontunai.

"Manfaatnya buat para pembeli jadi lebih mudah dan praktis. Kalau saya, ambil uangnya juga langsung di ATM dan masuk ke tabungan, tidak repot mencari uang kembalian," ungkapnya.

Meski diakui, pembeli di lapaknya masih banyak yang menerapkan transaksi tunai. "Masih kecil sebenarnya yang pakai nontunai. Tapi, kalau ada yang pakai nontunai tetap saya layani," tandasnya.

Sementara itu, Kasubag bagian TU Pasar Manis Purwokerto, Wahyu Rianto, mengakui masih banyak kendala yang dihadapi dalam upaya digitalisasi transaksi di Pasar Manis.

Satu di antaranya, tidak semua pedagang mengenal perangkat smartphone dan belum lagi faktor usia mereka yang sudah tua.

 

Pihaknya terus mengimbau kepada pedagang yang telah menggunakan smartphone agar dapat memanfaatkan transaksi nontunai.

"Kalau transaksi nontunai itu, dari 500 pedagang, sekitar 20 persen yang sudah mulai menggunakan atau sekitar 50 sampai 100 pedagang yang sudah berkerjasama dengan sejumlah bank," paparnya.

Jumlah pedagang Pasar Manis saat ini sekitar 500 orang. Terdiri dari 150 pedagang kios dan 350 pedagang los.

Dengan kesadaran dan kemajuannya, Pasar Manis sempat menjadi juara 1 Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19 di masa pandemi ini.

Di Pasar Manis telah diatur bagaimana arus keluar masuk pengunjung.

"Contohnya adalah masuk lewat pintu utama ada tapak kaki warna merah yang harus di ikuti supaya tidak tabrakan dan menjaga jarak," tambahnya.

Bahkan, di Pasar Manis, ada menu penukaran uang steril yang dilayani oleh Bank Jateng.

Langkah maju dan inovatif para pedagang Pasar Manis Purwokerto yang menggunakan transaksi nontunai disambut baik, satu di antaranya dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto menginisiasi digitalisasi transaksi pembayaran nontunai melalui implementasi QRIS di pasar rakyat, misalnya di Pasar Manis Purwokerto.

Digitalisasi transaksi pembayaran nontunai dilakukan dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah di Kabupaten Banyumas melalui implementasi QRIS pada retribusi pasar rakyat, yaitu Pasar Manis sebagai pilot project.

 

Implementasi QRIS dengan retribusi dan transaksi jual beli pedagang diharapkan akan tercipta ekosistem nontunai secara digital di dalamnya.

Digitalisasi pembayaran nontunai menjadi salah satu langkah awal perwujudan Smart City di Purwokerto, Banyumas.

Antusiasme merchant di Kabupaten Banyumas dalam memanfaatkan QRIS sebagai kanal pembayaran juga cukup besar.

Dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah eks-karesidenan Banyumas, mayoritas merchant terimplementasi QRIS berada di wilayah Kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 46 persen atau lebih dari 23 ribu QRIS telah terimplementasi.

"Pertumbuhan jumlah merchant terimplementasi QRIS juga di Kabupaten Banyumas juga meningkat cukup tajam yaitu sebesar 73 persen dari Januari 2020, dengan jumlah merchant terbesar pada tingkat UMKM," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi.

Kedepan, Bank Indonesia terus mengkomunikasikan transaksi nontunai khususnya manfaat QRIS kepada masyarakat secara luas.

Termasuk melalui sosialisasi dan edukasi yang masif dan terstruktur sehingga diharapkan akan meningkatkan literasi keuangan digital dan mendorong akseptansi maupun penggunaan QRIS.

Bupati Banyumas Achmad Husein memberikan pandangan jika transaksi nontunai di era pandemi semestinya adalah sebuah keharusan.

Banyak kasus covid-19 di pasar-pasar karena transaksi uang cash. "Transaksi cash sangat rawan sekali terhadap penyebaran covid-19 dan tangan itu adalah sumber utama penyebaran virus.

Melalui transaksi pembayaran nontunai dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus corona," ujar Husein. (Tribunbanyumas/jti)

Editor: Tri Hantoro
Sumber: Tribunnews.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved