Kamis, 15 Mei 2025

Travel

Vlog Wisata Sejarah: Museum Taman Prasasti, Bekas Makam yang Sudah Ada sejak Zaman Hindia Belanda

Minggu, 26 Juli 2020 20:55 WIB
TribunJakarta

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUN-VIDEO.COM, TANAH ABANG - Museum Taman Prasasti, menyimpan banyak cerita masa lalu tentang sejarah Ibu Kota Jakarta.

Jakarta, yang dulu dikenal dengan nama Batavia merupakan kota yang cukup ramai penduduk dibawah pimpinan VOC.

Museum ini, merupakan bekas pemakaman umum bagi orang-orang asing yang tinggal di Batavia.

Demikian kisah yang diceritakan oleh Eko Wahyu, sebagai pemandu wisata di Museum Taman Prasasti saat ditemui TribunJakarta, Jumat (17/7/2020).

"Museum ini awalnya adalah pemakaman khusus untuk warga asing yang tinggal di Batavia. Pemakaman dengan awalnya bernama Kebon Jahe Kober ini diresmikan oleh pemerintah Belanda atau VOC tanggal 28 September tahun 1795," jelasnya.

Dibangun dengan luas lahan sekitar 5,5 hektare, pemakaman ini merupakan makam pindahan dari yang sebelumnya sudah ada.

Tepatnya di kawasan yang kini dikenal sebagai lokasi Museum Wayang, Jakarta Kota.

Karena makam tersebut dinilai tak mampu lagi menampung banyaknya jenazah yang terkubur, maka makam dipindahkan ke pinggiran kota Batavia.

"Lokasinya memang di pinggiran kota Batavia. Kenapa dipinggiran? Karena menurut mereka pemakaman itu menjadi salah satu penyebab udara tidak sehat dan bisa menimbulkan penyakit," tuturnya.

Banyak tokoh terkenal yang dimakamkan di sini.

Salah satunya adalah Lady Raffles, yang merupakan sosok istri pertama dari Gubernur Jendral Inggris yang juga merupakan salah satu pendiri Singapura.

Lady Raffles memiliki nama asli Olivia Mariamne Raffles, adalah istri pertama dari Thomas Stamford Raffles, Letnan Jenderal Hindia Belanda pada masa pendudukan Inggris tahun 1800an.

Namun, pemakaman ini hanya bertahan hingga tahun 1974 saja.

Setelah 1975, pemerintah Provinsi DKI Jakarta kala itu memindahkan semua jenazah.

Sebagian dipulangkan kepada keluarga. Sebagian lagi, dimakamkan secara massal di beberapa TPU.

Sejumlah nisan pun dijadikan sebagai koleksi di Museum Taman Prasasti yang kini berdiri di lahan bekas pemakaman tersebut.

"Setelah semua jenazah diangkat, batu nisan ditata ulang. Kemudian diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti tanggal 9 juli 1977 oleh Gubernur Bapak Ali Sadikin," ujarnya.

Terlihat, beberapa nisan bergaya eropa menjadi koleksi dari museum ini.

Adapula patung wanita menangis, yang menggambarkan kesedihan seorang istri setelah ditinggal mati oleh suaminya.

Selain itu, ada pula koleksi lainnta.

Pada area tengah taman, terdapat sebuah kanopi besi dengan dua buah peti jenazah di bawahnya.

Peti jenazah tersebut, tampak dilindungi oleh sebuah kotak kaca.

Rupanya, ini merupakan peti yang pernah mengantarkan jenazah Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta saat menuju liang lahat.

"Selain punya koleksi prasasti nisan, kami juga punya koleksi peti jenazah. Pertama milik Soekarno dan Bung Hatta. Peti Pak Soekarno disimpan di sini yang mana pada saat itu peti tersebut digunakan mengantar jenazah dari rumah sakit menuju Wisma Yaso," jelas Eko.

Presiden Soekarno, wafat pada 21 Juni 1970 pukul 07.00 WIB di RSPAD Gatot Subroto.

Setelah dibaringkan ke dalam peti, jenazah kemudian diberangkatkan ke Wisma Yaso. Peti tersebutlah yang kini menjadi koleksi di Museum Taman Prasasti.

Dibuat dari kayu jati asli tampak peti tersebut masih asli berwarna cokelat.

"Sementara peti Bung Hatta, dipakai untuk mengantarkan jenazah almarhum sampai ke TPU Tanah Kusir," kata Eko. (*)

Editor: Panji Anggoro Putro
Video Production: Gianta Firmandimas Adya Mahendra
Sumber: TribunJakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved