Kamis, 8 Mei 2025

Travel

Fakta Unik Gurita Cincin Biru, Hewan Laut Paling Mematikan di Dunia

Minggu, 7 Juni 2020 14:35 WIB
TribunTravel.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Gurita cincin biru, hewan laut mungil yang memiliki racun mematikan.

Meski terlihat menggemaskan, Gurita Cincin Biru adalah satu hewan paling mematikan di dunia.

Sefalopoda kecil ini memang tidak memiliki gigi setajam silet atau bahkan kemampuan untuk melakukan gerakan cepat, tetapi ia menghasilkan neurotoksin yang dapat membuat korbannya lumpuh hingga akhirnya tewas.

Cincin biru dan hitamnya muncul ketika hewan itu merasa terancam, moluska yang tampaknya tidak berbahaya memiliki neurotoksin berbisa, yang dikenal sebagai tetrodotoxin, yang dilepaskan melalui kelenjar ludahnya.

Secara teknis, semua gurita dan sotong berbisa, tetapi gurita cincin biru paling berbahaya.

Tetrodotoxin 1.000 kali lebih mematikan daripada sianida dan jumlah cairan beracun yang dibawa oleh sefalopoda kecil dapat menyebabkan kematian hingga 26 orang sekaligus, atau membuat seseorang lumpuh, 24 jam setelah kontak awal.

Lebih buruk lagi, tidak ada penawar racun yang diketahui.

Anatomi dan Habitat

Dilansir TribunTravel dari laman allthatsinteresting.com, gurita cincin biru, yang secara ilmiah dikenal sebagai Hapalochlaena maculosa , berdiameter kurang dari lima inci, beratnya hanya satu ons, dan memiliki delapan lengan fleksibel yang bisa digunakan.

Meskipun kelenjar ludahlah yang menghasilkan neurotoksin yang fatal dan melumpuhkan, zat ini didistribusikan ke seluruh bagian tubuh, terutama lengan dan perut.

Delapan lengan mereka ditutupi dengan bantalan isap seperti kebanyakan gurita lainnya.

Gurita cincin biru ini memiliki umur yang cukup pendek.

Dari bayi seukuran kacang hingga bola ping-pong dewasa, gurita biasanya bertahan tidak lebih dari tiga hingga empat tahun.

Gurita cincin biru berada dalam kelas moluska sefalopoda karena mereka memiliki tubuh yang lembut yang mengingatkan pada siput dan siput.

Cara Kerja Neurotoksin yang Mematikan

Neurotoxin, tetrodotoxin, juga ditemukan pada ikan buntal dan digunakan oleh gurita untuk berburu .

Setelah mangsa didapatkan- apakah itu kepiting, udang, atau ikan - gurita harus menembus melalui kerangka luarnya.

Setelah lapisan pelindung itu meresap, gurita mengeluarkan racunnya ke dalam aliran darah hewan itu.

Akhirnya, mangsa akan mati rasa, dan kemudian lumpuh.

Saat itulah gurita memakan korbannya dengan bebas.

Lalu apa yang terjadi jika racun gurita cincin biru mengenai manusia?

Pertama, racun itu akan memotong sinyal saraf dan mematikan otot kamu, dan kemudian kamu akan mengalami kelumpuhan total.

Hilangnya penglihatan, meluas menjadi kebutaan, bisa terjadi.

Keterampilan motorik kamu terhambat, sebelum akhirnya menjadi tidak berguna ketika kamu tidak bisa lagi bergerak sama sekali.
Kamu tidak akan bisa mencium, menyentuh, merasakan, atau mendengar.

Selain itu, kamu tidak akan bisa menelan.

Pada akhirnya, kelumpuhan ototlah yang akan membunuh kamu - bagaimanapun juga, jantung adalah otot.

Tanpa organ pemompa darah berfungsi sebagaimana dimaksud, paru-paru kamu tidak akan menerima darah beroksigen yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka.

Perlahan tapi pasti tubuh akan kehilangan fungsinya dan akhirnya kematian tak dapat terhindarkan.

Selamat Dari Gigitan Gurita Cincin Biru

Tentu saja ada beberapa kasus yang terbukti sebagai pengecualian terhadap aturan tersebut.

Anna Van Wyk, 49 tahun, cukup beruntung saat terkena racun dari gurita cincin biru di Australia, ia mendapat perawatan darurat dengan menginduksi pernapasan buatan sesegera mungkin.

Seorang anak balita yang bermain dengan saudara lelakinya di pantai Australia yang dangkal menjadi korban gigitan gurita cincin biru, dan menghabiskan malam dengan mendapatkan perawatan intensif.

Seperti yang dijelaskan oleh pengguna Reddit, Delamoor dalam sebuah topik populer , racun dari gurita cincin biru sangat melemahkan tubuh manusia sehingga responden darurat harus menyadari bahwa penanganan pertama korban gurita cincin biru tak cuma menge nai bantuan pernapasan.

Delamoor menceritakan sebuah anekdot dari seorang guru yang melakukan CPR pada korban gurita cincin biru.

Dia melakukannya sampai layanan darurat tiba di tempat kejadian, tetapi responden pertama sangat sibuk menyelamatkan nyawa seseorang dengan memprioritaskan fungsi pernapasan, sehingga mereka lupa untuk melindungi mata korban - yang telah lumpuh, terbuka, dan menatap matahari selama berjam-jam. .

"Kelumpuhan total, mudah bagi pertolongan pertama tidak berpikir untuk menutupi mata mereka," jelasnya. “Menyebabkan kerusakan permanen. Mereka secara permanen kehilangan penglihatan mereka. "

Meski berbahaya, sebenarnya gurita cincin biru adalah hewan yang penakut.

The Ocean Conservancy bahkan melaporkan bahwa tidak ada satupun kematian oleh gurita cincin biru telah terjadi sejak 1960-an.

TribunTravel/Ambar Purwaningrum

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Sumber: TribunTravel.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved