Tribunnews Wiki
Hari Pendengaran Dunia, Diperingati Setiap Tanggal 3 Maret
TRIBUN-VIDEO.COM - Tanggal 3 Maret di peringati sebagai Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran (HKTP) atau Hari Pendengaran Sedunia (World Hearing Day).
Data WHO menunjukkan mengenai perkiraan ada sekitar 360 juta (5.3%) orang seluruh dunia mengalami gangguan cacat pendengaran.
328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki, 145 juta perempuan) dan 32 juta (9%) adalah anak-anak.
Hari pendengaran diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan telinga dan pencegahan gangguan pendengaran.
Indera pendengaran merupakan investasi masa depan.
Gangguan indera pendengaran akan mengakibatkan gangguan komunikasi, pada anak akan menyebabkan gangguan penyerapan ilmu serta pembinaan masa depan.
Pada orang dewasa akan sulit bersosialisasi, mencari maupun mempertahankan pekerjaan.
Sayang sekali peran penting indera pendengaran masih kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.
Data Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian cukup tinggi yaitu 4,6%, yaitu penyakit telinga 18,5%, gangguan pendengaran 16,8%, ketulian berat 0,4%, populasi tertinggi di kelompok usia sekolah (7-18 tahun).
Selain itu, menurut WHO bila tidak segera ditangani, pada tahun 2030 diperkirakan sebanyak 630 juta orang telah mengalami gangguan pendengaran total.
Hingga tahun 2050 angka tersebut dapat meningkat hingga lebih dari 900 juta orang.
Peningkatan angka gangguan pendengaran di seluruh dunia disebabkan beberapa faktor.
Antara lain, meningkatnya populasi global dan meningkatnya proporsi populasi lanjut usia.
Sejarah
Pada tahun 2007 diselenggarakan konferensi internasional pertama tentang Pencegahan dan Rehabilitasi Gangguan Pendengaran.
Konferensi tersebut terselenggara di Beijing oleh Pusat Penelitian Rehabilitasi Anak Tuna Rungu Cina (CRRCDC), Federasi Orang Cacat (CDPF) Beijing, Cina, dan WHO.
Hasil konferensi tersebut yaitu Deklarasi Beijing dan penetapan tanggal 3 Maret sebagai Internasional Ear Care Day.
Tanggal 3 dipilih sebab bentuk angka 3 merepresentasikan atau berkaitan dengan bentuk telinga.
Sehingga sejak saat itu Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Sedunia diperingati setiap tanggal 3 Maret.
Di Indonesia sendiri, pemerintah telah mencanangkan tanggal 3 Maret sebagai Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional mulai tahun 2010.
Sehingga sejak saat itu tanggal 3 Maret setiap tahunnya Indonesia memperingati Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional.
Pentingnya Peringatan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional
Menurut kajian, mendengar dapat menyerap 20% informasi, angka ini lebih besar dibandingkan dengan membaca yang cuma menyerap 10% informasi.
Menurut World Health Organization (WHO) hingga tahun 2015, diperkirakan ada sebanyak 360 juta (5.3%) orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan), serta 32 juta (9%) lainnya adalah anak-anak.
Prevalensi gangguan pendengaran ini meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Selain itu WHO juga mengungkapkan bahwa diperkirakan 20% orang dengan gangguan pendengaran membutuhkan alat bantu dengar.
Namun, perkiraan produksi alat bantu dengar saat ini hanya dapat memenuhi 10% saja dari kebutuhan global dan hanya memenuhi 3% dari kebutuhan di negara berkembang.
Masalah gangguan pendengaran selain terjadi pada orang tua juga ditemukan pada anak usia sekolah.
Hal ini diakibatkan oleh paparan bising, infeksi, dan sumbatan kotoran telinga (serumen prop).
Sumbatan serumen dapat mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga akan mengganggu proses penyerapan pelajaran bagi anak usia sekolah.
Akibatnya anak menjadi sulit menerima pelajaran, produktivitas akan menurun, dan biaya hidup akan semakin tinggi.
Profesi Perhati dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran UI pernah mengadakan survey cepat di beberapa sekolah yang berada di 6 kota di Indonesia.
Hasilnya menerangkan bahwa prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi dengan kisaran 30-50%.
Tentunya masalah ini harus ditindaklanjuti karena akan sangat mengganggu proses penyerapan pelajaran bagi anak-anak di sekolah.
Untuk mengatasi gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia, pemerintah melakukan upaya promotif, preventif, serta memberikan pelayanan kesehatan indera pendengaran yang optimal sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dengan demikian, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak baik tenaga kesehatan, tenaga pendidik, pemerintah, maupun masyarakat.
Adanya peringatan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran yang jatuh setiap tanggal 3 Maret ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan telinga dan pencegahan gangguan pendengaran.
Setiap tahunnya Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran ini diperingati dengan mengangkat berbagai tema.
Pada tahun 2016 ini, tema global yang diangkat adalah “Childhood Hearing Loss : Act Now, Here Is How!” yaitu peduli dan melakukan aksi nyata dalam kasus gangguan pendengaran/ketulian pada anak-anak.
Selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menghindari pendengaran dari kebisingan, serta melakukan pemeriksaan ataupun deteksi dini adanya gangguan pendengaran.
Karena telinga sehat berawal dari telinga yang bersih dan pendengaran yang baik adalah pendengaran yang sehat dan berawal dari telinga sehat.
Pendengaran yang sehat akan meningkatkan kualitas hidup untuk mencapai kebahagiaan.
(Tribunnewswiki.com / Kaa)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki dengan judul: Hari Pendengaran Dunia.
Sumber: TribunnewsWiki
Kesehatan
Bahaya Asal Mengkorek Telinga Bisa Picu Gangguan Pendengaran, Ini Penyebab yang Jarang Diketahui
Senin, 6 Maret 2023
Terkini Nasional
Penglihatan dan Pendengaran Alami Kemajuan Luar Biasa, Ayah David berikan Kondisi Terkini Putranya
Kamis, 2 Maret 2023
HEALTHY EVERY DAY
Jangan Disepelakan, Pendengaran Mulai Terganggu Segera Diatasi, Ini Kata Dokter Arne
Sabtu, 25 Februari 2023
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.