Tribunnews WIKI
H-1 Pelantikan Presiden, Nyi Roro Kidul Trending Topic, 'Penguasa Laut Selatan' Mitos atau Metafora?
TRIBUN-VIDEO.COM - Sabtu (19/10/2019) satu hari menjelang Pelantikan Presiden yang dijadwalkan dilaksanakan Minggu (20/10/2019).
Di jagad Twitter Indonesia, Nyi Roro Kidul naik jadi trending topic.
Dari penelusuran tribunkaltim.co, Nyi Roro Kidul jadi trending topic terkait sebuah video yang menampilkan Ki Sabdo yang jadi viral di Twitter.
Dalam video tersebut tampak Ki Sabdo yang seorang paranormal tampak tengah melakukan ritual di Gedung Nusantara V DPR.
Selanjutnya dalam video tersebut, Ki Sabdo berbincang dengan seorang pria, yang seolah menjadi host.
Pria tersebut kemudian bertanya apa yang dilakukan Ki Sabdo.
Lalu, Ki Sabdo pun menjawab bahwa dirinya tengah melakukan ritual untuk pengamanan menjelang Pelantikan Presiden Jokowi besok.
Dilansir dari Tribun Bali, Ki Sabdo di beberapa media mengklaim dirinya adalah Presiden Alam Gaib.
Di Twitter, netizen pun banyak yang bertanya-tanya mengapa Nyi Roro Kidul mendadak menjadi trending topic di Twitter.
Banyak pula netizen yang mengunggah video Ki Sabdo tersebut.
Dan ada pula yang memberikan tanggapan soal video Ki Sabdo.
Sebenarnya, siapakah Nyi Roro Kidul?
Sosok ratu wanita yang menjadi disebut sebagai 'penguasa' Laut Selatan Jawa ini digambarkan sebagai wanita cantik yang mempunyai kerajaan di laut.
Dalam cerita rakyat yang beredar masyarakat, disebutkan Nyi Roro Kidul adalah istri dari raja-raja kerajaan Mataram Islam.
Lantas sebenarnya siapakah Nyi Roro Kidul, mitos, fakta, atau sebuah metafora.
Seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap hasil penelitian terkait kisah Nyi Roro Dongeng dan tsunami purba.
Eko Yulianto, pelacak jejak tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan informasi berharga dari mitos Nyi Roro Kidul.
Dalam serangkaian penelitian, ia dan timnya menemukan ada keterkaitan antara peristiwa tsunami purba dan cerita yang ada dalam mitos Nyi Roro Kidul atau Ratu Kidul.
Jejak tsunami yang dilacak oleh Eko adalah gelombang "monster" di selatan Jawa.
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Kompas.com, Februari lalu, Eko menyebut bahwa biasanya tsunami besar di Indonesia menjadi mitos yang berkembang.
Jika merunut catatan sejarah sendiri, wilayah Selatan Jawa memang beberapa kali pernah diterjang tsunami akibat gempa besar.
Sayangnya, melacak jejak tsunami di wilayah ini terbilang sulit karena tak ada banyak catatan sejarah tertulis.
Salah satunya adalah tsunami yang terjadi pada 400 tahun lalu.
"Ada peristiwa yang terjadi pada 5 Januari 1699. Data saya yang dari Lebak, lebih mengindikasikan boleh jadi sumbernya bukan di darat, jalur subduksi Selatan Jawa," ujar Eko Yulianto dalam video berdurasi 22 menit 50 detik tersebut.
"Itulah yang memicu kami lagi untuk mengejar benar nggak ini. Dari situlah penelitian kami lanjutkan lagi untuk menyisir Selatan Jawa," sambungnya.
Menelusuri Mitos Nyi Roro Kidul
Video berjudul The Untold Story of Java Southern Sea itu juga menampilkan juru kunci Pantai Parangkusumo, Yogyakarta, Mas Penewu Surakso Jaladri.
Dia menceritakan kisah awal munculnya Ratu Kidul atau yang kerap kita kenal Nyi Roro Kidul hingga pertemuannya dengan Panembahan Senopati yang ingin membangun Kejaraan Mataram Islam di Jawa.
Bagi Eko Yulianto, kisah Nyi Roro Kidul ini menarik karena ada cerita tentang gelombang besar yang kini kita sebut tsunami dalam kisah pembangunan kerajaan Mataram Islam di Jawa.
"Pada awalnya, sesaat sebelum Panembahan Senopati atau Sutawijaya (Raja Pertama Mataram) mendeklarasikan kerajaannya, dia bertapa di sebuah tempat yang disebut sebagai Watu Gilap.
Dan di situlah dia pertama kali bertemu dengan Nyi Roro Kidul," kisah Eko Yulianto.
"Sebelumnya, saya hanya mendengar kisah itu dari cerita atau drama tradisional ketoprak di Jawa."
"Tapi ketika saya menemukan bukti itu, saya penasaran dan mencari buku Babad Tanah Jawa beberapa versi," imbuhnya.
Menurut Eko Yulianto, kisah tersebut terkesan seperti dongeng.
Salah satu yang digarasibawahi Eko Yulianto adalah kisah Panembahan Senopati yang ingin mendirikan kerajaannya sendiri.
Pada menit ketujuh, pencerita dalam video dokumenter itu berganti dengan juru kunci Pantai Parangkusumo.
Berbahasa Jawa, Surakso mengisahkan awal mula keinginan Panembahan Senopati mendirikan kerajaan.
Surakso menceritakan bahwa Panembahan Senopati diminta untuk melakukan pertapaan menggunakan perahu dari Kerajaan Pajang menuju arah selatan oleh ayahnya, Ki Ageng Pamanahan.
Sementara, calon raja itu bertapa, sang ayah berjalan ke arah utara menuju gunung Merapi untuk mendapatkan pertolongan Ki Sapu Jagat.
"Panembahan Senopati itu anak angkat dari Sultan Hadiwijaya dari kerajaan Pajang, yang berkuasa saat itu.
Jadi dia bukan seseorang yang mempunyai darah biru," Eko Yulianto memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Tapi kemudian Sultan Hadiwijaya mencurigai Panembahan Senopati ingin mendirikan kerajaan dan mengkudetanya."
"Tapi dalam cerita itu menariknya adalah Panembahan Senopati dan ayahnya sudah mendengar bahwa akan ada serbuan pasukan dari Hadiwijaya," tambah Eko Yulianto.
Dalam kisah itu, ketika Hadiwijaya hendak menyerbu ayah dan anak tersebut, tidak lama gunung Merapi meletus.
Singkat cerita, aliran lahar dari gunung Merapi akhirnya menghalangi pasukan Hadiwijaya hingga terjatuh dari gajah tunggangannya lalu sakit dan meninggal.
"Pada kesempatan yang sama, Panembahan Senopati yang ke selatan masuk ke Kali Opak dan berenang.
Tapi kemudian diberi bantuan oleh seekor naga raksasa atau versi lain ikan raksasa yang mengantarkannya sampai ke pantai," tutur Eko Yulianto.
"Sampai di pantai, dia kemudian bersemedi. Di tengah semedinya, terjadilah gelombang sangat besar," tambahnya.
Dalam kisah itu dideskripsikan gelombang tersebut memiliki air panas, mematikan segala makhluk, merobohkan tumbuh-tumbuhan yang ada di daratan, serta mengganggu makhluk-makhluk pengikut Nyi Roro Kidul.
"Sehingga Nyi Roro Kidul menghadap sendiri ke Panembahan Senopati dan memintanya untuk berhenti dari semedi," ucap Eko Yulianto.
Pada kisah selanjutnya, terjadi percakapan antara keduanya hingga sepakat untuk saling membantu dalam membangun kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa.
Menalar Mitos
Kisah ini menarik perhatian Eko Yulianto sebagai peneliti paleotsunami.
"Apakah cerita itu hanya benar-benar sebuah cerita rekaan atau mitos saja?
Atau cerita itu sebenarnya sebuah metafora tentang sebuah gelombang di masa lalu?" ucap Eko.
"Nah, ketika itu tahun pendirian kerajaan Mataram Islam sendiri terjadi pada 1586, penyerbuan Hadiwijaya terjadi tahun 1584, dan hasil dating atau penanggalan (jejak tsunami purba) yang saya dapatkan plus minus 400 tahun yang lalu.
Maka, seolah-olah ini menjadi waktu-waktunya sangat sinkron," tegasnya.
Eko menduga kisah tentang Nyi Roro Kidul ini adalah sebuah metafora.
"Bahwa gelombang besar itu terjadi benar. Tapi kemudian karena kebutuhan politik dari Panembahan Senopati yang ingin menjadi raja baru sementara dia bukan berdarah biru, maka dia perlu legitimasi politik," kata Eko.
"Ratu Pantai Selatan sampai meminta Panembahan Senopati untuk menghentikan semedinya. Seolah-olah, dia direstui untuk menjadi raja.
Jangan-jangan kecerdasan politik Panembahan Senopati inilah yang kemudian dia bisa memanfaatkan yang sesungguhnya peritiwa alam," imbuhnya.
Sebagai informasi, letusan gunung pada tahun-tahun tersebut memang benar terjadi.
Hal ini membuat Eko Yulianto juga mencurigai bahwa hasil temuannya juga merujuk pada gelombang tsunami yang sama dalam kisah tersebut.
"Tapi kemasan yang dihadirkan oleh Panembahan Senopati dan diceritakan itu adalah hasil kerja dia dan ayahnya untuk meminta tolong," ujar Eko Yulianto.
Di beberapa menit akhir video tersebut, Eko Yulianto terlihat sedang melakukan kerja lapangan.
Selanjutnya, dia nampak sedang memberikan penjelasan tentang riwayat gempa dan letusan gunung kepada beberapa orang.
Ketika memberikan penjelasan tersebut, dia berkata, "Kejadian gempa dan tsunami (dalam kepercayaan Yunani) selalu dikaitkan dengan Poseidon."
"Yang dilihat oleh orang, saat itu dan sekarang sama yaitu gempa dan tsunami.
Hanya karena orang dari waktu ke waktu memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, mereka menjelaskan dengan cara yang berbeda," tegasnya.
Lebih lanjut, Eko Yulianto juga menyinggung legenda Nyi Roro Kidul di Selatan Jawa. Menurutnya, legenda Nyi Roro Kidul merupakan hal serupa.
"Tugas kita adalah mengungkap cerita-cerita lama yang sebenarnya adalah kejadian yang sungguh-sungguh terjadi.
Hanya karena kepercayaan masyarakat pada saat itu kemudian ceritanya seolah-olah berbeda," ujarnya.
Geomitologi
Eko Yulianto menuturkan, apa yang dia lakukan saat ini adalah salah satu cabang ilmu yang disebut geomitologi.
"Sebenarnya ini adalah ilmu yang mempelajari kisah-kisah mitos, yang kemudian dicoba dikaitkan dengan peristiwa alam yang terjadi," kata Eko.
"Prinsip yang digunakan seperti ini, bumi itu mempunyai siklus untuk peritiwa-peristiwa yang ada di dalamnya.
Apakah itu letusan gunung, atau tsunami, banjir, gempa sekalipun. Dengan demikian, manusia jaman dahulu juga melihat siklus itu," imbuhnya.
Perbedaannya adalah, menurut Eko Yulianto, kepercayaan zaman peristiwa alam terjadi.
Seperti halnya kisah Poseidon, kisah-kisah mitologi semacam ini juga terjadi di seluruh dunia.
"Cerita-cerita itu adalah sebuah metafor yang wujudnya menjadi cerita karena kepercayaan masyarakat saat itu," ungkap lulusan ITB itu.
"Sehingga kalau kita bisa membuka kulit dari cerita itu dan menemukan inti di dalamnya, kita akan menemukan bahwa itu adalah peritiwa alam yang terjadi di masa lalu.
Dan boleh jadi menyimpan pesan untuk orang yang hidup sekarang," imbuhnya.
Eko Yulianto berpendapat, kisah semacam itu penting karena manusia sering kali mempunyai rentang sejarah yang pendek.
Apalagi di Indonesia yang catatan sejarah tulis baru ada ketika masa penjajahan Belanda.
"Padahal kalau kita tahu, peristiwa gempa dan tsunami raksasa itu perulangannya bisa ratusan hingga ribuan tahun," tegas Eko.
"Kalau kita bisa membuka inti dari cerita itu, maka harapannya adalah bisa menggunakan cerita itu untuk membangun kesadaran masyarakat tentang adanya ancaman bencana apakah itu gempa, letusan gunung, atau tsunami," lanjutnya.
Di akhir video, Eko berharap untuk bisa melengkapi mitos-mitos ini dengan bukti ilmiah untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana.
Artinya, kisah-kisah ini bisa dipandang dari sudut pandang akademis.
(Resa Eka Ayu Sartika)
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul H-1 Pelantikan Presiden, Nyi Roro Kidul Trending Topic, 'Penguasa Laut Selatan' Mitos atau Metafora?
ARTIKEL POPULER:
Baca: Jelang Pelantikan Jokowi-Maruf, Sejumlah Petugas Gabungan Kompak Berjaga
Baca: Jadi Fotografer Resmi Presiden Jokowi, Darwis Triadi: Mimpi yang Terealisasi
Baca: Dicecar Kasus Novel, Jokowi Pilih Jawab Soal Kabinet
TONTON JUGA:
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki
Local Experience
Inilah Asal-Usul Sosok Sang Legenda Nyi Roro Kidul, Sosok yang Kuasai Seluruh Pantai Jawa
Selasa, 6 Mei 2025
Local Experience
Mengenal Lebih Dekat Sosok Nyi Roro Kidul, Sosok Legenda Supranatural Penguasa Pantai Selatan
Selasa, 6 Mei 2025
VIRAL
Geger Muncul Makam 'Nyi Roro Kidul' Penguasa Pantai Selatan di Tangerang, Polisi Beri Klarifikasi
Jumat, 26 Juli 2024
TO THE POINT
Viral Muncul Makam 'Nyi Roro Kidul' Penguasa Pantai Selatan di Banten, Polisi Langsung Turun Tangan
Kamis, 25 Juli 2024
Local Experience
Saksi Bisu Perjanjian Ghaib Nyi Roro Kidul dan Panembahan Senopati, Kini Tempatnya Dikeramatkan
Senin, 3 Juni 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.