Selasa, 28 Oktober 2025

Hot Topic

Bendera Perang Houthi Berkibar! Bersumpah 'Balas' IDF hingga Netanyahu Terancam Dipenjara 30 Tahun

Sabtu, 18 Oktober 2025 22:03 WIB
Tribunnews.com

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Kelompok Houthi di Yaman dilaporkan kehilangan satu di antara tokoh militernya, Muhammad al-Ghamari, yang tewas dalam serangan udara presisi Israel di wilayah Hodeidah, Kamis (16/10/2025).

Sumber militer Yaman menyebut ledakan yang menewaskan al-Ghamari sangat kuat.

Hingga menimbulkan kobaran api besar dan merusak bangunan di sekitar lokasi.

Beberapa sumber menyebut, sebelum tewas, al-Ghamari sempat terluka parah.

Kematian tokoh penting ini dianggap menjadi pukulan besar bagi kelompok Houthi dan menandai babak baru dalam konflik regional.

Pemimpin tertinggi Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, menyampaikan pernyataan keras melalui siaran televisi resmi kelompok itu.

Ia menegaskan kematian al-Ghamari justru menjadi pemicu bagi perlawanan yang lebih besar.

Abdel-Malik mengatakan darah para syuhada tidak akan dibiarkan tumpah sia-sia dan memperingatkan bahwa Israel serta sekutunya akan menanggung akibat dari serangan tersebut.

Pengamat politik Timur Tengah menilai ancaman balasan dari Houthi patut diwaspadai.

Kelompok itu didukung Iran dan dikenal memiliki kemampuan militer kuat, termasuk rudal balistik dan drone bersenjata.

Jika ancaman pembalasan benar-benar dilancarkan, ketegangan di kawasan diprediksi akan meningkat dan berpotensi mengganggu jalur perdagangan global.

Menanggapi peringatan keras Houthi, Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz mengonfirmasi bahwa negaranya memang bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan al-Ghamari.

========

Baca: Netanyahu Dikepung Krisis Politik dan Hukum Usai Gencatan Senjata, ICC Ancam Hukuman Penjara

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kini menghadapi tekanan politik dan hukum terbesar sepanjang masa pemerintahannya.

Gencatan senjata di Gaza yang awalnya disebut sebagai kemenangan, justru memperburuk posisinya di mata dunia dan di dalam negeri.

Mengutip dari Tribunnews pada (18/10), banyak pengamat menilai Netanyahu memanfaatkan perang di Gaza.

Untuk menutupi kasus korupsi serta ancaman hukum dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Namun, berakhirnya perang membuat perlindungan politiknya ikut runtuh.

Netanyahu kini menghadapi isolasi internasional akibat pembunuhan puluhan ribu warga Palestina dan krisis kemanusiaan yang memburuk.

Visinya menjadikan Israel sebagai “Super Sparta” justru membuat ekonomi Israel anjlok.

Bahkan, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

Jika terbukti bersalah, Netanyahu bisa menghadapi hukuman hingga 30 tahun penjara.

Hubungan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun memburuk setelah Israel menyerang negosiator Hamas tanpa koordinasi.

Trump dikabarkan marah besar dan mengancam akan menahan dukungan terhadap Israel sampai mendapat izin langsung darinya.

(Tribun-Video.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Houthi Kibarkan Bendera Perang, Siap Balas Serangan Israel Usai Komandan Senior Tewas Dirudal IDF, https://www.tribunnews.com/internasional/7743099/houthi-kibarkan-bendera-perang-siap-balas-serangan-israel-usai-komandan-senior-tewas-dirudal-idf?page=all&s=paging_new.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Analis: Netanyahu Terancam Isolasi Global, Diseret ke ICC, dan Ditinggal Sekutu Utama Israel, https://www.tribunnews.com/internasional/7743444/analis-netanyahu-terancam-isolasi-global-diseret-ke-icc-dan-ditinggal-sekutu-utama-israel?page=all&s=paging_new.

Program: Hot Topic
Editor Video: Bima Respati

Editor: Tim Kreatif Tribun-video.com
Video Production: bima berseri
Sumber: Tribunnews.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved