MOMEN SPESIAL
Kronologi Terbunuhnya Jenderal Mallaby hingga Kematiannya Picu Pertempuran Besar Pecah di Surabaya
TRIBUN-VIDEO.COM - Tewasnya seorang perwira Inggris bernama Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby atau dikenal Brigadir Jenderal Mallaby masih menyisakan sejumlah misteri
Dikabarkan, tewasnya Jenderal Mallaby ini menjadi pemicu utama NICA menggempur Kota Surabaya hingga terjadi pertempuran sengit pada 10 November 1945.
Informasi mengenai pembunuh Jenderal Mallaby salah satunya datang dari seorang veteran perang bernama Moekari.
Moekari merupakan anggota Tokobetsu Kaisatsu-Tai, polisi bentukan Jepang di tahun 1944.
Menurut Moekari, pembunuh Jenderal Mallaby yang hingga kini masih misterius itu adalah pasukan Belanda sendiri.
Informasi dari teman Moekari yang kini sudah meninggal itu masuk akal.
Sebab, menurut Moekari yang bisa dekat langsung dengan Jendral Mallaby tentu orang-orang Belanda sendiri.
Moekari menyebut, saat itu tentara Belanda melempar granat ke mobil Mallaby.
Target dari aksi itu adalah untuk membuat marah Tentara Sekutu dan menghancurkan tentara Indonesia.
Di sisi lain, berbagai sumber mengemukakan berbagai cerita mengenai awal kedatangan Sekutu ke Indonesia hingga pertempuran 10 November selesai.
Namun, belum ada catatan mengenai sosok orang yang membunuh Jenderal Mallaby.
Buku berjudul 'Indonesia dalam Arus Sejarah edisi 6' (2012) hanya menjelaskan bagaimana Mallaby terbunuh ketika ada aksi tembak-menembak terhadap penduduk Surabaya.
Sumber lain menyebutkan bahwa Jenderal Mallaby terkena granat dari anak buahnya yang berusaha melindungi.
Namun, granat itu meleset dan terkena mobilnya, hingga kemudian terbakar.
Sementara itu, secara terpisah sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rojil Nugroho Bayu Aji menambahkan dan memperjelas peristiwa tersebut.
Menurutnya, tak ada kesimpulan siapa yang menembak atau yang menggranat saat insiden tersebut.
Hingga saat ini masih menjadi misteri siapakah yang membunuh Mallaby.
Seperti diketahui, tewasnya Jenderal Mallaby menjadi pemicu lahirnya perang Surabaya pasca Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Apalagi, kemenangan pihak Sekutu dalam Perang Dunia II semakin memantapkan niat Belanda terhadap Indonesia.
Tentara Sekutu yang diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mulai diberangkatkan menuju ke Indonesia.
Mereka diturunkan di tempat-tempat strategis di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan untuk memulai langkahnya.
Selain kembali berkuasa, pihak Sekutu dan Belanda mempunyai tujuan lain, yaitu untuk melucuti persenjataan Jepang.
Mereka mengambil alih kendali dan menghukum tentara Jepang yang tersisa.
Kedatangan Tentara Sekutu juga sampai ke Surabaya pada Oktober 1945.
Mereka mulai melakukan aksi seremonial berjalan ke berbagai sudut kota untuk melihat situasi dan kondisi.
Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, seorang perwira Inggris, memimpin sejumlah inspeksi dan persiapan menjelang pelucutan senjata tentara Jepang.
Mallaby juga berupaya meredam amarah penduduk Surabaya.
Konsolidasi dilakukan agar pelaksanaan cepat selesai.
Namun, semangat penduduk Surabaya adalah mempertahankan kemerdekaan.
Pada 30 Oktober 1945, perwira Kerajaan Inggris itu tewas.
Mobil yang ditumpanginya hangus terbakar akibat perlawanan rakyat Surabaya.
Kejadian bermula karena perlawanan rakyat Surabaya yang menginginkan Gedung Internatio terbebas dari militer Inggris.
Tewasnya Mallaby menjadi pemicu pertempuran Surabaya, yang kini dikenal dengan Peristiwa 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.(*)
#HariPahlawan #Sejarah #JenderalMallaby #Surabaya #10November1945
Reporter: Tri Suhartini
Sumber: Tribunnews.com
Live Update
Bebas Langsung Beraksi, Residivis Begal di Surabaya Tertangkap Curi Motor Lagi
4 hari lalu
Live Update
Makin Canggih! Tak Perlu Repot Bawa Berkas, Buat SKCK Kini Bisa Pakai POLRI Super App
5 hari lalu
Live Update
Semarak Parade Surabaya Juang 2025, Wali Kota Turun Tangan Main Teatrikal Kepahlawanan
6 hari lalu
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.