TRIBUN-VIDEO.COM - Banyaknya orang Rohingya yang terus berdatangan di Aceh membuat jumlah pengungsi membludak.
Sejauh ini, tingkat banyaknya pengungsi mencapai 1.698 jiwa.
Hal itu berdasarkan laporan United Nations High Commiusioner for Refugees (UNHCR) dalam satu bulan terakhir.
Dari ribuan orang Rohingya itu termasuk 140 orang yang bertahan dalam satu tahun terakhir.
Gelombang kedatangan orang Rohingya ke Aceh diwarnai sentimen negatif warganet Indonesia.
Bahkan, narasi kebencian dan hoaks soal Rohingya marak beredar di media sosial.
Di tengah polemik ini, seorang anggota DPR mewacanakan agar penyelamatan pengungsi yang masuk wilayah Indonesia harus didahului pemeriksaan status mereka.
Baca: Warga Mengamuk, Pengungsi Rohingya di Gampong Batee Laweung Dipindah Seusai Buang BAB Sembarangan
Peneliti yang fokus pada Rohingya dari BRIN mengkritik wacana tersebut, karena bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia, sekaligus bertolak belakang pada aturan yang sudah dibuat Presiden Joko Widodo.
Namun demikian, para nelayan di Aceh dikabarkan tetap membantu para pengungsi.
Seorang nelayan di Aceh mengatakan, “Kalau ada musibah [di laut], wajib kita tolong. Kalau tidak menolong, ada sanksi adat.”
Seorang nelayan di Aceh, Rahmi Fajri, mengatakan hukum adat laut yang disepakati bersama dengan pimpinan adat yang disebut “Panglima Laot”.
Yakni yang mengikat para nelayan untuk menolong siapapun yang kesusahan di laut.
Dikatakan olehnya, meski di darat bermusuhan, tapi ketika di laut pihaknya mengaku menjadi saudara.
Sehigga, jika ada musibah, wajib ditolong.
(Tribun-Video.com/Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengungsi Rohingya tembus 1.600 orang, mengapa nelayan Aceh menolong mereka?
# BRIN # UNHCR # Rohingya # Aceh
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.