Putusan MK soal Usia Cawapres Diduga Untungkan Gibran, Demo Mahasiswa Tolak Politik Dinasti Bergulir

Editor: Ramadhan Aji Prakoso

Reporter: Ninaagustina

Video Production: Rania Amalia Achsanty

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Penolakan terhadap politik dinasti di tengah masyarakat Indonesia masih terus bergulir.

Terutama, pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90 yang dinilai memuluskan jalan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi calon presiden (capres) Prabowo Subianto.

Ribuan mahasiswa dari yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat (AMARA) menggelar Mimbar Demokrasi di Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Kendari pada Selasa (5/12/2023).

Koordinator aksi, Ardianto mengatakan tujuan kegiatan tersebut menolak politik dinasti dan pelanggaran HAM.

Baca: Soroti Kasus Korupsi SYL, Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran: Jangan Cari Pemimpin yang Petugas Partai

Adapun, Ardianto juga merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra).

Menurut Ardianto, putusan Mahkamah Konstitusi [(MK) No.90/PUU-XXI Tahun 2023] terkait batas usia calon Presiden dan Wakil Presiden penuh dengan kepentingan elite.

Terlebih, melalui keputusan tersebut, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi calon wakil presiden.

"Yang sangat kita miriskan dengan kejadian kemarin putusan MK. Kami menduga ada sebuah settingan oleh MK sehingga sengaja dibukakan gerbang sebesar-besarnya agar bisa mendaftar," kata Ardianto saat dihubungi.

Lebih lanjut, Ardianto mengatakan bahwa pembentukan MK sejak tahun 2003 telah mewarnai perkembangan hukum dan tata negara RI.

Namun, peran MK kemudian terdegradasi akibat putusan tentang batas usia capres-cawapres.

Baca: Uji Ulang Aturan Batas Usia Capres Cawapres di MK, Pemohon Jalani Sidang Perbaikan Permohonan

Menurutnya, kehadiran MK juga telah dipolitisasi oleh kepentingan-kepentingan elite-elite politik.

"Kehadiran MK ini merupakan kemajuan besar. Hari ini sudah dipolitisasi oleh kepentingan-kepentingan elite-elite politik. Maka hadir lah keresahan mahasiswa, maka ada mimbar demokrasi. Kita harus kembali merefleksikan politik dinasti jangan terulang kembali," kata mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) itu.

Karena hal itu, ia berharap dengan adanya mimbar demokrasi buntut dari keresahan mahasiswa ini bisa memantik kembali daya kritis mahasiswa.

Adapun, dalam aksi tersebut, sejumlah mahasiswa dari Uho kendari, IAIN Kendari, UMW Kendari, STIMIK Binabangsa, Unilaki Konawe turut hadir.

Sebegai informasi, sebelumnya ribuan mahasiswa dari 35 kampus di Yogyakarta turun ke jalan dalam aksi protes.

Khusus di kawasan Tugu Yogyakarta, sebagian mahasiswa terlihat menggelar aksi unjuk rasa dengan mengenakan topeng Guy Fawkes atau topeng kelompok anonimus.

Koordinator mahasiswa dalam aksi di Tugu Yogyakarta, Ahmad Kholil menyebut penggunaan topeng anonimus merupakan simbolisasi perlawanan terhadap elite politik yang antidemokrasi.

(Tribun-Video.com/Tribunnews.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penolakan Politik Dinasti Terus Bergulir, Mahasiswa Nilai Keputusan MK Sarat Kepentingan Elite 

Host: Nina Agustina
VP: Rania A.

# cawapres # Gibran Rakabuming # Sidang Putusan MK # batas usia Capres

Sumber: Tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda