Alasan BMKG Mengakhiri Peringatan Dini Tsunami

Editor: Fatikha Rizky Asteria N

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Peringatan akan terjadinya gelombang tsunami usai gempa 7,4 skala richter yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah terus menjadi bahan pertanyaan.

Salah satunya adalah mengapa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengakhiri peringatan dini tsunami pada pukul 17.36 WIB padahal tsunami masih terjadi di Kota Palu dan Kota Donggala.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, awalnya sempat meragukan terjadinya tsunami di Kota Palu berdasarkan video-video yang beredar di media sosial.

Namun setelah ia mengonfirmasi kepada Kepala BMKG Palu bahwa memang benar telah terjadi tsunami setinggi 1,5 hingga dua meter.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati sebelumnya juga menyatakan pihaknya mengakhiri peringatan dini tsunami akibat gempa Donggala, Sulawesi Tengah setelah tsunami terjadi dan surut dari daratan.

"Bukan dicabut [peringatannya], tapi diakhiri. Kalau dicabut itu enggak terjadi tsunami," ujarnya.

Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko yang dikonfirmasi Tribun, Sabtu (29/9/2018) mengatakan memang sempat terjadi kendala saat terjadinya gempa bumi untuk kemudian muncul peringatan dini tsunami.

Hary mengatakan adanya kendala dikarenakan jaringan komunikasi dan listrik lumpuh terutama di sekitar Donggala dan Palu.

Hary juga menjelaskan bahwa ketika tsunami memasuki teluk terjadi interferensi dan resonansi gelombang balik (pantul) dan yang masuk teluk sehingga tejadi amplifikasi gelombang dan perlambatan.

"Istilah awamnya gelombang mengumpul,"kata Hary.

Sejauh ini lanjut Hary, alat pendeteksi tsunami Buoy telah di pasang di kawasan Samudera.

"Sisanya dipasang tide gauge," kata Hary.

Saat ditanya apakah ada alat pendeteksi dini tsunami yang rusak saat gempa bumi terjadi di Palu dan Donggala, Hary membantahnya.

Kata Hary, untuk alat peringatan dini bekerja dengan baik mungkin yang dimaksudkan alat pemantau ketinggian gelombang (tide gauge) juga tetap berfungsi.

"Namun dikarenakan jaringan komunikasi dan listrik lumpuh terutama di sekitar Donggala dan Palu maka seolah-olah kurang optimal,"kata Hary.

UPDATE Kembali Terjadi Gempa Pagi ini

Gempa kembali mengguncang Kota Palu dan sekitarnya sekitar pukul 09:30 WIB.

Kali ini gempa tersebut berkekuatan 5,4 Skala Magnitude.

Episentrum gempa ada di 21 km sebelah tenggara Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dengan kedalaman 10 km.

Meski termasuk gempa dangkal, BMKG memastikan gempa tak berpotensi tsunami.

Sebelumnya, diketahui gempa dahsyat mengguncang Donggala dan Palu pada Jumat (28/9/2018).

Guncangan gempa 7,4 Skala Richter yang diikuti gempa-gempa susulan berkekuatan sekitar 5 SR itu mengakibatkan tsunami.

Menurut data yang tercatat di seismograf BMKG, rentetan gempa susulan itu berkekuatan antara 4,5 sampai 7,1 SR.

Puncak rentetan gempa itu sendiri terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 17.03 wita dengan getaran 7,7 SR.

Bahkan, rentetan gempa susulan itu masih terjadi hingga pukul 04:40 Wita di Kota Palu.

Total, ada 28 gempa susulan berkekuatan menengah.

Akibat gempa tersebut, pemukiman warga di Pantoloan dipastikan rata dengan tanah.

"(Gempa) Ini saat-saat ramai di pelabuhan Pantoloan, di situ rumah kecil semua, gelap gulita," kata Firman, warga Pantoloan yang berkomunikasi dengan bos pabrik kayu pukul 21.00 Wita, M Arif.

Akses jalan dari Donggala juga dikabarkan putus. Artinya kendaraan dari arah Mamuju, Sulawesi Barat dan dari Utara, Gorontalo juga putus.

Jembatan Ponulele Roboh

Sebuah tayangan video yang menggambarkan kondisi Jembatan Ponulele di Palu, Sulawesi Tengah beredar luas di media sosial.

Dalam tayangan video tersebut, terlihat jembatan lengkung pertama di Indonesia itu roboh.

Kondisinya tidak semegah saat jembatan kuning itu masih kokoh berdiri.

Tiang-tiang penyangga jembatan hancur.

Jembatan yang semula berbentuk melengkung itu sudah tak berbentuk.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga membagikan foto dan video Jembatan Ponulele.

Melalui Twitternya, Sutopo Purwo Nugroho memperlihatkan kondisi awal Jembatan Ponulele.

Setelah diguncang gempa 7,7 SR di Donggala, jembatan tersebut hancur.

Sutopo menjelaskan gempa tersebut berasal dari Sesar Palu Koro yang aktif bergerak dan melintasi Kota Palu.

Selain itu, Sutopo juga mengatakan jembatan yang menjadi ikon Kota Palu itu hancur akibat terjangan tsunami di pantai sekitarnya.

Bahkan, pemukiman yang ada di bawah jembatan tersebut hancur dan tersapu tsunami.

Jembatan Ponulele diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Jembatan tersebut membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.

Gempa dan Tsunami di Donggala-Palu

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono mengonfirmasi terkait beredarnya kabar tsunami akibat gempa Donggala dan Palu.

Melalui siaran langsung di Kompas TV, Rahmat Triyono membenarkan adanya tsunami tersebut.

Ia menyebut tsunami itu terjadi di Palu antara 1,5 hingga 3 meter.

Tsunami ini terjadi sore hari saat guncangan gempa dahsyat berkekuatan 7,7 SR.

Sebelumnya BMKG memberikan peringatan potensi tsunami.

Namun, peringatan tsunami itu sudah dihentikan.

Berdasarkan video yang beredar di media sosial, gelombang air laut menghantam daratan.

Dari ketinggian, sejumlah bangunan tertelan air laut.

Video tersebut terekam dikabarkan di kawasan Palu Barat.

Gempa Bertubi-tubi

Gempa bumi mengguncang daerah Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).

Berdasarkan data pada situs BMKG, gempa pertama berpusat di Donggala, berkekuatan 5,9 Skala Richter pada pukul 14.00 WIB.

Kemudian terjadi dua kali lagi gempa susulan berkekuatan 5,0 dan 5,3 SR.

Lalu, gempa susulan kembali mengguncang Donggala pada pukul 17.02 WIB.

Gempa ini mengguncang lebih besar, yakni berkekuatan 7,7 SR.

Tak berhenti di situ, gempa berkekuatan 5,9 SR bahkan terjadi lagi dan berpusat di 12 kilometer tenggara Palu, pada 17.25 WIB.

Data gempa Donggala-Palu, Sulawesi Tengah, 28 September 2018. (Situs bmkg.go.id)

Gempa susulan ini terus terjadi yang berpusat di sekitar Donggala dan Palu.

Berdasarkan informasi yang diterima Tribun Jabar, gempa bumi yang berkekuatan 7,7 SR ini sempat berpotensi tsunami.

Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, banyak kerusakan akibat guncangan gempa Donggala-Palu berkekuatan 7,7 SR ini.

"Laporan sementara banyak bangunan roboh akibat gempa dengan magnitude 7,7. Masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah," kata Sutopo Purwo Nugroho.

Simak video di atas. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Mengapa BKMG Akhiri Peringatan Dini Tsunami Pukul 17.36 WIB Padahal Tsunami Masih Menerjang Palu?

 

TONTON JUGA:

<iframe src="https://www.youtube.com/embed/ZEkNZjK8JyA" width="520" height="292" scrolling="no" frameborder="0"></iframe>

 

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda