TRIBUN-VIDEO.COM - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy (67), mendorong pemanfaatan teknologi mutakhir berbasis digital untuk layanan perjalalan musim haji di tahun-tahun mendatang.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019) ini, penggunaan aplikasi digital "berbasis IT" kini jadi salah satu kebutuhan dasar jamaah, termasuk penggunaan gelang GPS (geo positioning services) jamaah.
"Saya pikir harus segera, dilaksanakan secepatnya," ujar mantan Rektor UMM Malang ini di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Madinah, Sabtu (3/6/2023) siang.
Respon menteri senior yang membawahi 7 kementerian bidang kesra, agama, kesehatan, pendidikan dan tenaga kerja ini, menjawab konfirmasi wartawan soal naiknya angka jemaah kesasar di kawasan Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram di Mekah, dalam 10 hari terakhir misi haji Indonesia di Arab Saudi.
Data PPIH Daker Madinah, rerata laporan kasus jamaah kesasar saat ibadah Arbain di kompleks Masjid Nabawi, mencapai 150 kasus.
Baca: VIRAL Video Kakek Usia 95 Tahun Calon Haji Indonesia Minta Turun Pesawat untuk Kasih Makan Ayam
Kasus ini meningkat di hajj peak season, saat awalibadah rukun haji (thawaf-sai) di Masjidil Haram serta puncaknya, di hari-hari puncah haji di Arafah, Musdalifah dan Mina.
Guru besar bidang pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, mengonfimasikan. inovasi layanan haji, berbasis IT, harus berbasis identifikasi, keselamatan, keamanan jamaah selama menunaikan ibadah haji.
Penerapan teknologi itu, guna bisa menaikkan mutu layanan, mengidentifikasi kebutuhan dasar jamaah lanjut usia (lansia) serta mengurai masalah tahunan haji, jamaah kesasar di Haramain.
Enam dekade terakhir, alat identifikasi jamaah haji Indonesia, hanya gelang besi mineral.
Sebelum masa pandemi lalu, secara parsial misi haji Indonesia, sudah mengaplikasikan Hajj GPS berbasis smartphone.
Hanya saja, inovasi haji itu tak jadi kebijakan resmi.
Tahun 2016, otoritas haji Arab Saudi mengumumkan penggunaan gelang kertasplastik dengan kode pemindai QRcode berbasis smartphone memuat identitas jamaah, akomodasi, paspor, dan dokumen perjalanan selama di Tanah Suci.
Penggunaan ini, menyusul tragedi Terowongan Mina 2015, dengan 2500 korban jiwa.
Tahun 2017, otoritas haji Saudi juga mengizinkan penggunaan gelang GPS, dengan akronim e-Brecelets Hajj for Pilgrims.
Dilansir Saudi Gazette, gelang GPS tracking system untuk jamaah ini, menyerupai smart watch berbasis satelit atau jaringan telepon selular.
Baca: Kisah Istri Setia Dampingi Suami Kebutuhan Khusus Jalani Ibadah Haji, Merupakan Kewajiban Istri
Bantuknya karet wateproff berisi pelacak posisi penggunanya berbasis GPS.
Fungsi lainnya bisa mengukur gerak jamaah, data medik standar, hingga tekanan darah penggunannya.
Di Singapura, negara Common Wealth, atau di Eropa, sejumlah negara memberikan paket jaminan keamanan dan akses fasilitas publik bagi lansianya, dengan Senior GPS Bracelet, dangan tombol emergency, panic button.
Gelang haji konvensional Indonesia, tahun 2022 lalu semlat jadi kontroversi dan sorotan nasional.
Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi VIII DPR RI, Kemenag memastikan anggaran pengadaan gelang logam haji senilai Rp5,5 miliar telah dihapus.
Gelang logam jadi alat identifikasi jamaah haji sejak haji Indonesia kali pertama menggunakan pesawat terbang, 1979 lalu.
Gelang itu digrafir latin dan huruf Hijaiyyah, dengan memuat infomasi; nama, nomor identitas paspor, asal embarkasi, dan nomor maktab jamaah saat di Armina. (*)
# Jemaah Haji # Kesasar # Menko PMK # MUhadjir Effendy
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.