TRIBUN-VIDEO.COM - Beragam tindak kriminal terjadi saat kerusuhan Mei 1998 yang berlangsung sejak 13 - 15 Mei 1998.
Termasuk kasus pemerkosaan yang jumlahnya mencapai ratusan.
Hampir 200 pengaduan kasus perkosaan, 189 di antaranya terverifikasi kebenarannya.
Pemerkosaan massal menjadi modus untuk melakukan teror terhadap masyarakat dalam perubahan politik.
Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRK) langsung diminta terjun untuk mengusut laporan-laporan tersebut.
Salah satu relawan TRK mendapat telepon dari pembentuk TRK, Romo Sandy mengenai kasus pemerkosaan yang terjadi di daerah Jakarta Utara.
Anggota TRK bernama Ita Nadia diminta untuk pergi ke lokasi tersebut.
Tak berselang lama, Romo Sandy kembali menelepon Ita dan mengatakan ada perkosaan lagi di daerah Glodok.
Baru saja hendak berangkat, masih dalam keadaan panik, Ita Nadia kembali mendapat panggilan bahwa di depan Trisakti terjadi penyerangan terhadap perempuan oleh sejumlah orang dengan menggunakan mobil.
Ita Nadia sendiri memang sebenarnya sudah terbiasa dengan berita perkosaan, tetapi bukan perkosaan politik.
Setelah itu, Ita Nadia pergi ke Grogol dan temannya pergi ke Jakarta Utara.
Sesampainya di Grogol, Ita Nadia mendapat telepon bahwa terjadi lagi kasus perkosaan di Jembatan Lima, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, dan Pluit.
Dari banyaknya informasi mengenai kasus perkosaan yang masuk, saat itu Ita Nadia membawa tiga korban.
Namun, ketika berada di bandara, Ita Nadia melihat ada tujuh korban lain yang sudah dalam keadaan panik dan stress.
Bahkan, ada juga didorong menggunakan kursi roda.
Baca: Video Detik-detik Oknum Dosen di Bali Diduga akan Perkosa Mahasiswa, Berawal dari Curhatan Kehidupan
Karena kondisi yang sudah tidak dapat ditangani lagi karena semakin banyaknya telepon yang masuk, akhirnya dibentuk Tim Relawan untuk Kemanusiaan Perempuan atau TRKP.
Korban pertama perkosaan massal 1998 merupakan seroang perempuan keturunan Tionghoa.
Dalam tradisi Tionghoa, jika seseorang sudah diperkosa, hal tersebut menjadi aib yang besar untuk keluarga dan komunitas.
Hingga dua korban perkosaan Tionghoa tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena sudah dianggap aib.
Selain korban yang mengakhiri hidupnya, terdapat pula korban yang memilih untuk melarikan diri ke luar negeri.
Tujuh orang ke New York dan dua orang ke Washington, termasuk korban yang banyak diketahui yakni Ita Martadinata.
Ita merupakan seorang aktivis HAM Indonesia yang baru berusia 18 tahun menjadi korban perkosaan massal 1998.
Waktu itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah tahu, karena Ita Martadinata satu-satunya korban yang bersedia untuk bersaksi.
Namun, beberapa hari sebelum Ita Martadinata hendak menyampaikan kesaksiannya, ia dibunuh.
Hingga kini penyebab kematian Ita masih misterius.
Kasus perkosaan massal 1998 ini juga didengar hingga ke kancar Internasional.
Hal ini karena saat Soeharto lengser, pelapor khusus PBB kekerasan perempuan, Radhika Comaraswary, mengundang Ita untuk membawa kasus itu.
Terdapat hampir 200 kasus perkosaan berdasarkan laporan dari semuanya.
Tim TRK membawa 200 kasus tersebut ke Kolombo, Sri Lanka. Dari 200 laporan yang ada, total 189 korban yang terverifikasi.
(Tribun-Video.com/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Perkosaan Massal Tahun 1998
# kerusuhan Mei # perkosa # kriminal # politik # Soeharto
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.