TRIBUN-VIDEO.COM - Tradisi budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), seolah tak pernah habis. Mulai tradisi sedekah ruah, nganggung hingga perang ketupat pun ada.
Ribuan orang dari berbagai daerah pun datang menyemarakkan pesta adat, Tradisi Perang Ketupat di Pantai Pasir Kuning, Kecamatan Tempilang itu.
Ratusan ketupat pun sudah pasti disiapkan di acara ini.
Sebelum, acara inti yakni Perang Ketupat, sejumlah pertunjukan adat juga ditampilkan seperti Tarian Serimbang, Kedidi, Ngancak hingga pertarungan antar dua pendekar pencak silat dalam Tradisi Seramo.
Pada acara puncak, pertama kali puluhan peserta dari pihak panitia yang mengenakan seragam hitam pun saling berebut ketupat guna saling lempar satu sama lain.
Selanjutnya perang ketupat dilaksanakan para pejabat dan terakhir antara masyarakat setempat.
Baca: Tradisi Cucurak, Kegiatan Makan Bersama yang Dilakukan Masyarakat Sunda dalam Sambut Ramadhan
Pesta Adat Perang Ketupat Desa Tempilang ini mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI, sebagai situs warisan sejarah tak benda, wujud perhatian pemerintah terhadap pelestarian budaya.
Kegiatan adat yang sudah masuk agenda tahunan Kabupaten Bangka Barat, dihadiri Pejabat (PJ) Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin, Ketua DPRD Bangka Belitung, Herman Suhadi, Bupati Bangka Barat Sukirman, Wakilnya Bong Ming Ming serta tamu undangan lainnya.
Sukirman mengatakan, wisata budaya ini terus dilestarikan yang merupakan adat istiadat Tempilang, Kabupaten Bangka Barat. Kegiatan ini juga mendapatkan penghargaan HKI, sebagai warisan budaya tak benda.
"Penghargaan itu sudah menjadi cita-citakan bersama. Para pelaku budaya kita sudah melaksanakan itu, jadi pemerintah daerah sudah sepatutnya memberika apresiasi setinggi-tingginya," kata Sukirman.
Ke depannya, Perang Ketupat ini, bakal digencarkan hingga agenda nasional, bahkan pemerintah daerah meminta kegiatan ini masuk sampai ketingkat intenasional.
"Jadi tahapan kabupaten dan provinsi sudah ada agenda tetapnya. Atas kelancaran kegiatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada para sponsor terutama PT Timah para rekan-rekan DPR RI dan semua masyarakat kita," ungkapnya.
Baca: Tradisi Dugderan Kota Semarang untuk Sambut Bulan Ramadhan, Dimeriahkan dengan Mercon & Kembang Api
Sukirman juga mengajak masyarakat tetap melaksanakan budaya dan adat istiadat, terutama perang ketupat ini agar masuk dalam agenda nasional.
Di tahun depan anggaran kegiatan ini bakal di tambah oleh pemerintah daerah.
"Kalau memungkinkan kami akan tambah anggaran kegiatan ini sampai Rp150 juta bahkan lebih. Saya bersama Bong Ming Ming sepakat. Kami tidak main-main untuk hal ini," ujarnya.
Sementara itu, Wabup Bangka Barat, Bong Ming Ming, menyebut berharap perang ketupat ini tidak hanya dikenal hanya di sekala kabupaten dan provinsi. Namun harus dikenal di tingkat nasional bahkan internasional.
"Rencana di tahun 2024 mendatang, kita akan mengajak beberapa negara seperti Australia yang sering ke Bangka Barat karena beberapa kegiatan mereka,"
"Untuk ikut dalam kegiatan ini, akan kami undang dan ajak perang ketupat bersama masyarakat dengan kegiatan seperti itu kita bisa mengenalkan budaya kita ke mancanegara," tambahnya.
Mudah-mudahan, dengan adanya kegiatan perang ketupat ini menjadi sebuah tradisi yang bisa mendunia dan punya nilai positif serta berdampak pada pelaku UMKM dan masyarakat sekitar.
"Yang pastinya saling melengkapi. Pariwisata di Bangka Barat ini merupakan pariwisata paling lengkap dari kabupaten/kota di Bangka Belitung. Kenapa demikian, Babar punya segala macam pariwisata, baik itu wisata budaya, sejarah, kuliner, religius dan bahkan wisata alam," ungkapnya.
Baca: Tradisi Pemuda Sumenep Bangunkan Sahur Pakai Musik Tong-dong, Pratroli Sejak Dini Hari Sampai Imsyak
Untuk itu kata Bong Ming Ming harus dimanfaatkan guna menarik wisatawan dan memperkenalkan budaya Bangka Barat, salah satu perang ketupat ini. Karena Kunjungan wisata perang ketupat ini setiap tahun meningkatkan bahkan sampai ribuan masyarakat yang datang.
Sementara untuk pembangunan pariwisata di Bangka Barat, pemerintah daerah sedang memperbaiki bahkan menambahkan, sebab semuanya harus terintegrasi.
Beberapa tahun silam, ketika Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Barat dijabat Rozali, Perang Ketupat juga tak kalah meriahnya di Tempilang.
Ia menjelaskan, tradisi turun temurun Perang Ketupat Tempilang memiliki makna semangat gotong royong yang tinggi warga setempat.
Untuk tradisi Perang Ketupat, hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan dimulainya tradisi ini.
Berdasarkan cerita dari turun temurun pada saat Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus pada Tahun 1883, tradisi ini sudah ada.
(*)
Artikel ini telah tayang di PosBelitung.co dengan judul Uniknya Tradisi Budaya di Bangka Belitung, Sedekah Ruah hingga Perang Ketupat pun Ada, Ini Maknanya
# Tradisi Budaya # Kepulauan Bangka Belitung # perang ketupat
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.