TRIBUN-VIDEO.COM - Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua luncurkan buku Seri Memoria Passionis No. 40 berjudul Jalan Panjang Keadilan dan Perdamaian di Papua.
Peluncuran buku melibatkan Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (ADP), Latifah Anum Siregar, Peneliti dan Penulis Buku Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Mochammad Wahyu Ghani, dan Pegiat HAM Papua, Petrus Pit Supardi.
Jalan Panjang Keadilan dan Perdamaian di Papua ini terdiri dari tujuh bab.
Pada bab kedua mengambil topik seputar HIV-AIDS, yang ditulis Petrus Pit Supardi.
Baca: Waspadai Sering Kebas Bisa Jadi Gejala HIV, Kenali Penyebab Gangguan Kesehatan yang Harus Diketahui
Petrus mengatakan, saat ini kondisi HIV-AIDS di Papua sangat memprihatinkan.
Terlebih pada Maret 2022 – 2021, semua perhatian, termasuk anggaran kesehatan beralih pada pada penanganan Covid-19.
Dampaknya terasa di 2022, tepatnya dalam 6 bulan terakhir.
Berdasarkan data Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA) Dinas Kesehatan Provinsi Papua tertanggal 30 Desember 2021, terdapat sebanyak 5.459 ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) pada kelompok usia 15 – 19 tahun dan 11.101 ODHA pada kelompok usia 20 – 24 tahun.
Dengan kata lain, SIHA menunjukkan bahwa di atas 90 persen gejala HIV-AIDS di Papua terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, yakni berganti pasangan dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom.
"Hal ini dapat sebenarnya dapat dicegah dengan adanya pendidikan di lingkungan keluarga, informasi di sekolah, dan pemerintah dan gereja dengan sosialisasi penyadaran-penyadaran di komunitas,"jelasnya di Sentani, Distrik Sentani, Kamis (15/12/2022).
Baca: Yohanes Baptis Resmi Jabat Kepala Perwakilan Ombudsman Papua
Peran pemerintah yaitu menyediakan anggaran di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Pemerintah Kampung, untuk proses sosialisasi itu.
Pada 2021 HIV-AIDS jumlah perempuan positif lebih dominan dibanding laki-laki.
Padahal perempuan yang nantinya melahirkan generasi penerus.
“Jika seperti ini generasi Papua akan habis,” terangnya.
Kemudian, cara lain untuk mencegah HIV/AIDS yakni kembali kepada pendekatan adat dan budaya.
Katanya, budaya orang Papua tidak pernah melegalkan seks bebas.
Adapun bab pertama buku menarasikan situasi pendidikan formal di Papua, bab ketiga tentang Kisah Otonomi Khusus di Papua dan Daerah Otonom Baru (DOB) di Papua.
Bab keempat tentang Konflik Bersenjata dan Dampaknya.
Bab kelima menampilkan persoalan perampasan lahan, hutan, tanah Masyarakat Adat Papua.
Bab keenam Persoalan pembungkaman ruang demokrasi, dan bab ketujuh bagaimana 'utang' atau janji negara Indonesia untuk menyelesaikan pelanggaran HAM di Papua.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul SKPKC Fransiskan Papua Luncurkan Buku, Bahas Keadilan, Perdamaian, hingga HIV-AIDS di Papua
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.