TRIBUN-VIDEO.COM - Sarasehan Kongres Masyarakat Adat Nusantara ke-VI hari kedua resmi digelar di Kampung Kayo Pulo.
Satu pembahasan di antaranya soal konservasi tradisional "Egek" dari Sorong, Papua Barat.
Bahasan soal peran masyarakat adat dalam pengelolaan pesisir dan laut, ancaman, serta kendalanya.
Dibawakan oleh Koordinator Masyarakat Adat sekaligus Kepala Kampung Malaumkarta, Jerfi Mobalen.
Mengenai peran masyarakat adat dalam pengelolaan pesisir dan laut, Kampung Malaumkarta punya cara sendiri.
Baca: Tarian Adat Iso Moro Sambut Peserta KMAN VI di Kampung Tahima Soroma Kayo Pulo
Egek untuk memulihkan stok sumber daya perairan, baik berupa ikan, udang, lobster, dan lainnya.
Sejak lama, masyarakat adat di Sorong mampu memahami kondisi ruang laut dengan pengetahuan lokal.
"Hal-hal ini apabila punah, maka generasi mendatang tak lagi menikmati ruang laut seperti saat ini," ujarnya.
Oleh sebab itu, kampungnya melakukan Egek di wilayah Tanah Moi.
Baca: Rangkaian Acara KMAN VI Papua, Aneka Makanan Khas Daerah Dijual di Pameran Festival Danau Sentani
Yaitu bentuk konservasi internasional yang telah diwariskan oleh leluhur secara turun temurun tersebut.
Dalam kearifan lokal Egek, alat penangkapan ikan yang dilarang, yaitu jaring dan potasium atau bom.
Egek berupa larangan memanfaatkan sumber daya alam di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Hal itu untuk memulihkan stok sumber daya kelautan kembali.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Sarasehan KMAN VI Hari Kedua di Kayo Pulo, Konservasi Tradisional "Egek" dari Sorong Dikemukakan
# Sarasehan # masyarakat adat # Sumber Daya Alam # penangkapan ikan # Papua Barat
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.