Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat
TRIBUN-VIDEO.COM - Erwin (32) nampaknya menjadi salah seorang penyandang tunarungu yang fokus menghapus stigma buruk bagi yang sering diterima oleh teman-teman yang bernasib sama.
Stigma buruk yang kerap kali terdengar bahwa teman-teman tuli tidak bisa melakukan pekerjaan seperti manusia normal pada umumnya, ditepis dengan tegas oleh Erwin.
Baca: Viral Momen Pasangan Tunarungu dan Tunawicara Langsungkan Akad Nikah, Warganet Ikut Terharu
Dirinya terus memposisikan bahwa dirinya yang tuli serta teman-teman tunarungu lainnya bisa bekerja.
Terbukti, dirinya membuka usaha kopi dengan nama tuli 'Kopi Tuli' semenjak tahun 2018 di wilayah Depok, Jawa Barat.
Erwin menceritakan bahwa kopi tuli buatannya ini berasal dari keinginan untuk setara dengan masyarakat normal lainnya.
"Tujuannya kita untuk bikin kopi tuli untuk memberikan kesempatan teman dengar dan teman tuli untuk berkomunikasi. Seperti, interaksi harus gimana sih dengan teman tuli. Kita juga lewat kopi sosialisasi bahasa isyarat kepada masyarakat untuk kedepannya gimana," kata Erwin saat dijumpai TribunnewsBogor.com di BCC, Minggu (25/9/2022).
Keinginan itu terbentuk, diceritakan Erwin bermula ketika dirinya masih belum memiliki pekerjaan.
Saat itu, sekitaran tahun 2018, Erwin dan kedua orang temannya memberanikan diri membuka kedai kopi.
"Awalnya memang ketemu temen tuli lainnya. Awalnya dulu pertama kali ada tiga orang namanya. Dika, Putri mereka berdua ngajak saya. Kita ketemu Awalnya saya ga ngerti ngomongin apa. Ternyata ngomongin bisnis," ungkapnya.
Namun, tuli 'Kopi Tuli ' tidak serta berdiri begitu saja.
Baca: Momen Ketulusan Kapolsek Ajak Bicara Penyandang Tunarungu, Gunakan Bahasa Isyarat
Perlu proses yang sangat panjang yang dilakukan Erwin beserta temannya itu.
Mulai dari riset kopi, survei tempat kopi, dan banyak hal lainnya yang dilakukan oleh Erwin.
"Bingung awalnya. Saya kan bisa desain grafis Dika itu bilang suka minun kopi. Terus betiga diskusi buka kopi," tambahnya.
Pertama kita latihan dulu rentang kopi. Terus meneliti riset dulu kopi. Datangi kopi survei survei dulu. Belajar tentang kopi lebih dalam gimana. Aku tuh belajar 210 hari. Lama banget. Tapi, belum buka kedainya," imbuhnya
Alhasil, barulah sekitaran bulan Mei setelah melewati proses yang sangat panjang, Erwin dkk berhasil membuat kedai kopi pertamanya di daerah Depok.
"Kita bertiga berusaha buka di Krukut Depok kali tanggal 12 Mei akhirnya 2018 kita buka. Terus kedua di Jakarta di duren tiga. Kalau gasalah 18 oktober 2018. Terakhir, ketiga di Beji Depok tanggal 18 Agustus 2020," jelasnya.
Dalam perjalannya sampai saat ini, kesulitan-kesulitan untuk memutus stigma buruk terhadap teman tuli terus terjadi.
Terutama, dalam hal komunikasi yang sedianya merupakan cita-cita dalam membuka kedai kopi belum bisa lancar terlaksana.
"Ada hambatannya itu adalah komunikasi aja. Banyak yang ga ngerti. Biasanya terus komunikasi di kertas. Atau lewat oral pelan pelan baca bibirnya. Kalau tidak kasih menunya. Bahasa isyarat juga. Atau kalau bisa cara lain pake HP," ungkapnya.
Belum lagi, diakui Erwin, pada saat pandemi kedai kopi buatannya sempar gulung tikar saat itu.
"Gara gara pandemi semua kedai kita tutup. Semua karyawan kena PHK. Tapi, kita berusaha tetap berjalan. Akhirnya sampai saat ini toko tetap buka," ungkapnya.
Meski begitu, Erwin bersikeras bahwa lewat 'Kopi Tuli' keseteraan bisa terwujud antara teman tuli dengan masyarakat normal pada umumnya.
"Semoga kita kedepannya bisa setara dengan masyarakat yang normal," harapnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kisah Sukses Penyandang Tunarungu yang Kini Jadi Pengusaha Kopi Tuli, Sekarang Sudah Punya 3 Cabang
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.