TRIBUN-VIDEO.COM - Djatikusumo merupakan pahlawan nasional yang lahir di Surakarta pada 1 Juli 1917.
Djatikusumo adalah putra kedua dari lima bersaudara pasangan Sinuwun Paku Buwono X dan R.A. Kironorukasi dengan nama lengkap Subandono.
Djatikusumo meninggal dunia di Jakarta, 4 Juli 1992 di usia 75 tahun.
Pendidikan
Djatikusumo memulai pendidikannya di Europesches Lagereschool (ELS) di Solo pada 1924 hingga 1931.
ELS merupakan sekolah dasar yang diperuntukkan untuk keturunan Belanda dan juga orang pribumi namun dari keturunan bangsawan.
Kemudian Djatikusumo melanjutkan pendidikan di Hogere Burger School (HBS) di Bandung (1931-1936).
Baca: Monumen Nani Wartabone Saksi Bisu Sejarah, Sosoknya Jadi Proklamator Kemerdekaan RI di Gorontalo
HBS merupakan pendidikan sekolah menengah umum untuk kalangan Belanda, Eropa atau Elite Pribumi.
Setelah menyelesaikan pendidikan di HBS, kemudian Djatikusumo melanjutkan pendidikan ke Technische Hage School (THS) pada 1936 hingga 1939 di Delft.
Namun karena terjadi Perang Dunia II, maka THS dipindah ke Bandung yang sekarang bernama ITB dari 1939 - 1941.
Djatikusumo belum mendapatkan gelar sarjana pada saat itu, kemudian Djatikusumo terjun ke dunia militer.
Perbuatan Djatikusumo tidak lazim, karena yang masuk ke dunia militer biasanya dari kalangan masyarakat biasa bukan dari bangsawan maupun kerajaan.
Peran
Ketika Jepang menang melawan Belanda, maka Jepang memerintahkan pemuda Indonesia untuk mengikuti pendidikan militer.
Pendidikan militer tersebut disebut PETA yang dilaksanakan di Bogor.
Satu di antara siswanya yakni Djatikusumo.
Pada saat itu Djatikusumo merupakan angkatan I dari 1943 hingga 1944.
Kemudian setelah Djatikusumo menyelesaikan pendidikan PETA, Djatikusumo mendapatkan jabatan sebagai Danki I Yon I PETA Surakarta pada Maret 1945 hingga Agustus 1945.
Djatikusumo juga pernah mengikuti kursus Kendo yang berada di Surabaya serta kursus perwira staf di Jakarta (1950) dan kursus atase militer di Jakarta (1951).
Baca: HUT ke-77 RI: Sejarah Peristiwa 10 November di Surabaya, Pertempuran Pertama seusai Proklamasi
Ketika Badan Keamanan Rakyat (BKR) mulai dibentuk, Djatikusumo mendapatkan jabatan sebagai komandan BKR di Solo dan mendapatkan pangkat sebagai Mayor.
Setelah BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Djatikusumo mendapatkan jabatan sebagai Danyon I TKR.
Kemudian Djatikusumo menjadi pemimpin Divisi IV yang membentuk 3 Resimen.
Masing-masing terdiri dari 4 Batalyon dan wilayah yang meliputi yakni Pekalongan, Semarang, Pati.
Djatikusumo kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai panglima Divisi V/Ronggolawe Jawa Timur, meliputi Pati, Madiun dan Bojonegoro pada Juni 1946 hingga Februari 1948.
Djatikusumo juga dipercaya sebagai Gubernur Akmil pada 1948 hingga 1949 dengan pangkat kolonel.
Kemudian Djatikusumo dipercaya sebagai Kepala Biro perancang Operasi Militer Kementrian Pertahanan dan Kepala Biro Pendidikan Pusat Kementrian Pertahanan di Jakarta pada Agustus 1950 hingga Maret 1952.
Kemudian Djatikusumo menjabat sebagai Komandan SSKAD (sekarang SESKOAD) di Bandung.
Pada bulan April 1955-Agustus 1958 Djatikusumo menjabat sebagai Direktur Zeni Angkatan Darat di Jakarta.
Walaupun jabatan yang diterima Djatikusumo menurun, namun Djatikusumo merupakan sosok prajurit yang rendah hati dan tidak pernah protes.
Jenderal Besar AH Nasution memuji sikap Djatikusumo dengan sebutan "Sepi ing pamrih, rame ing gawe".
Sosok yang pekerja keras dan tidak mengharapkan imbalas.
Karier
-Prajurit dan pejuang dari Keraton Surakarta
-Kopral Taruna CORO
-Komandan Batalyon BKR di Surakarta
-Panglima Divisi IV di Salatiga
-Panglima Divisi V Ronggolawe di Mantingan, Rembang (1 Juni 1946 - 1 Maret 1948) Kemudian berpindah ke Cepu, Jawa Tengah
-Direktur Akademi Militer di Yogyakarta (diangkat pada tahun 1948)
-Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang pertama (1948—1949)
-Duta Besar RI untuk Singapura (1958—1960)
-Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja I (1959—1960)
-Menteri Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja II (1960—1962)
-Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos, Telegraf dan Telepon Kabinet Kerja III (1962—1963). (4)
Tanda Jasa
-Bintang Mahaputra -Adhipradana
-Bintang Dharma
-Bintang Gerilya
-Bintang Sewindu
-Bintang Kartika Eka Paksi -Utama
-Bintang Tahta Suci
Penghargaan
Djatikusumo mendapatkan gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia dengan SK Presiden RI No. 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki.com dengan judul 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Jenderal TNI GPH Djatikusumo
# Pahlawan Nasional # Surakarta # sinuwun # Paku Buwono X # Jakarta # Belanda
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.